Wednesday, August 5, 2009

KERJA DI RESTORAN TAK HARUS PANDAI BERCAKAP INGGRIS

Ya begitulah kenyataannya. Biarkata di Amerika bahasa resmi yang dipakai bahasa Inggris, tapi untuk bekerja di restoran tak harus pandai bercakap Inggris. Yang penting cukup ngerti Inggris pasif, dan lebih penting lagi harus bertenaga kuat alias 'manol', cepat, sekaligus tanggap. Untuk pekerjaan 'dish washer' alias tukang cuci piring, hanya dibutuhkan 1 Kata Kerja atau Verb yang harus diingat yaitu: Wash. Ditambah 2 Kata Benda/Noun yang juga harus diingat, Plate dan Glass. Itu sudah cukup. Kalau restoran ramai maka si tukang cuci piring ketambahan 1 Kata lagi: Faster! Faster!

Untuk pekerjaan Dapur seperti Kitchen Helper, perbendaraan Kata Kerja bertambah dengan beberapa kata antara lain: Cut, Cook, Make, dan Get, sedangkan perbendaharaan Kata Benda yang harus diingat cukup banyak, seperti sayuran, daging dan bumbu-bumbu antara lain: carrot, scallion, onion, garlic, cilantro, pork, salmon, white meat, ribeye, flank beef, salt, pepper, soy sauce, dan lainnya. Kalau orderan banyak, tiket menumpuk, maka teriakan para 'waiter' kepada juru masak membuat mereka jengkel. Satu kalimat yang (harus) dipelajari untuk menunjukkan ekspresi kejengkelan mereka adalah,” Don't push me, okay!!!”

Begitulah kondisi sehari-hari dunia restoran, bahasa yang dipakai adalah Inggris simple dan kebanyakan bernada perintah. Untuk memahaminya pun semudah memahami tanda-tanda lalu lintas atau instruksi – instruksi di tempat umum. No Park, Keep Right, Stop, Exit Train/Bus – Watch Your Step, Don't Lean on Doors, atau No Trespassing - Private Property.

Memang untuk pekerjaan kasar dan rendahan (salah satunya di restoran) tak banyak dibutuhkan kecakapan berbicara. Lowongan pekerjaan itulah yang kebanyakan diisi para pendatang dari berbagai penjuru dunia. Mulai dari tukang bersih gedung, tukang potong rumput, kuli panggul, sampai pekerja bangunan. Maka tak heran kalau kita menemui banyak imigran yang sudah puluhan tahun tinggal di Amerika tapi tak bisa bahasa Inggris.

Hal itu bisa ditemui salahsatunya di kawasan China Town New York. Kebanyakan para penghuninya yang imigran dari China tak bisa bahasa Inggris. Selain pekerjaannya memang tak perlu banyak bicara, juga setiap harinya hanya berinteraksi dengan komunitasnya sendiri. Mau belanja yang jualan orang China, badan sakit perginya ke tabib China, cari kerja restoran yang punya orang China. Bahkan untuk hal transportasi, mereka punya trayek bis (supirnya orang China) yang menghubungkan China Town lainnya di penjuru Amerika. Pokoknya mereka serasa hidup di kampung halaman sendiri.

Hampir mirip ceritanya, demikian pula imigran dari Africa, Jamaica, Vietnam, Mexico, Puertorico, Cuba, Honduras, atau El Salvador. Mereka secara kultur dan etnis membentuk kantong – kantong komunitasnya sendiri. Walau tak bisa dipungkiri, komunitas 'ghetto' tersebut lebih terbentuk karena faktor kemiskinan dan pembatasan terhadap minoritas rasial kaum pendatang.


Janu Jolang
Catatan Saku Imigran Gelap Di Amerika

 
Site Meter