Tempat tinggalku di rumah mas Windi di daerah Wheaton
Maryland memang terlalu jauh dari tempatku bekerja. Pertama aku harus naik bis
ke stasiun Wheaton dan kemudian ganti naik kereta bawah tanah menuju Dupont Circle
di Washington DC yang jaraknya cukup jauh. Selain ongkosnya mahal, kadang aku
kesulitan pulang setiap restoran tutup tengah malam. Maklum restoran ini
sekaligus Bar sehingga banyak pelanggan yang betah sampai larut malam. Belum
kalau ada dari mereka yang mabuk berat, maka jam tutup restoran bisa molor.
Kereta bawah tanah sudah tak ada, bis Metro juga tak ada. Akhirnya aku sering
menunggu pagi menumpang di apartemen mas Tio yang letaknya tak jauh dari
restoran Mimi.
Monday, September 2, 2013
AKU PINDAH KE WASHINGTON DC
Karena aku hanya bekerja empat shift seminggu, dua shift
malam, dua shift siang, ongkos transport menjadi masalah yang cukup signifikan
alias it is a big deal bagi kantongku. Kalau begini terus tentu aku tak
bisa menabung, habis buat sewa kamar dan transport. Mas Windi memahami hal itu
dan mencoba membantu mencarikan lowongan pekerjaan lain, kerja full time
di daerah dekat rumah.
Pada suatu hari di restoran, mas Tio memberitahu kepadaku
kalau Bang Herdi yang tinggal di lantai 7 mencari room mate. Aku memang
sudah lama mengeluhkan keadaan ini pada mas Tio, dan siang hari ketika sudah
selesai bekerja ia mengajak aku menemui Bang Herdi di apartemennya. Bang Herdi
walau sudah pertengahan 40 tapi bergaya anak muda, perawakannya pendek dan gaya
bicaranya hangat. Di kamar studionya ia tinggal bersama Arif dan Oki. Dia
bilang kalau aku mau tinggal bersama ya seadanya, tidur berempat di ruang
tengah. Masalah pembayaran di share berempat, tiap kepala kena $250 perbulan.
Tanpa pikir panjang aku menyetujuinya. Walau harus tidur di kasur lesehan
bagiku tak masalah, yang penting dengan kepindahanku aku bisa menghemat waktu,
tenaga dan uang transport karena tempat kerjaku hanya dibelakang apartemen ini.
Sebulan lebih aku kos di tempat mas Windi dan kini saatnya
aku pindah. Ketika kuutarakan rencana kepindahanku mas Windi tampak kecewa, ia
berusaha menghalangi kepindahanku secara halus dengan menjanjikan akan
mencarikan pekerjaan full time di sekitar Wheaton. Jujur bagiku amat
berat juga meninggalkan rumah yang penuh kehangatan, keramahan dan
kekeluargaan, tapi alasanku semata hanyalah masalah jauhnya jarak yang harus
kutempuh kala aku kerja. Akhirnya mas Windi bisa menerima alasanku.
Ya, kini aku pindah ke Washington DC, ibukota Amerika, sebuah
kota kecil yang asri dengan taman-taman kota, pepohonan rimbun dan bunga sakura
yang mekar di kala musim semi, bunga yang akan merubah kota menjadi romantis,
dengan warna warni jambon diantara bangunan museum yang tampak gagah, atau
dalam rangkulan sungai Potomac yang meneduhkan.
Ya kini aku tinggal di
tempatnya Bang Herdy di daerah Dupont Circle, daerah trendi dengan hingar
bingarnya Club dan Bar di tiap sisi jalan, berhadap-hadapan atau bersebelahan,
juga berbagai jenis Cafe dan Restoran segala masakan. Pelataran jalan
Connecticcut Avenue akan menjadi ramai oleh pengunjung yang antri masuk Bar,
muda-mudi dengan segala pakaian indah, ada yang seronok memperlihatkan belahan
dada rendah dan lencir kakinya, dengan make up tebal dan setengah mabuk. Tak
lupa kusebutkan bahwa daerah ini pusatnya komunitas Gay dan Lesbian di Washington
D.C., daerah yang tak pernah sepi untuk melihat pasangan bercengkerama di
keremangan taman, atau membaur dalam gelak tawa di Bar atau Restoran dari
petang hingga pagi.
Posted by Janu Jolang at 5:30 AM 0 comments
Subscribe to:
Posts (Atom)