Arif
teman sekamarku perantau asal Madura menawari aku pekerjaan full time
sebagai dish washer alias tukang cuci piring di restoran sushi tempat
dia bekerja. Pekerjaanku sebagai Bush Boy selama ini memang mendatangkan
uang tip yang lumayan tapi itu hanya part time. Aku hanya dapat jadwal
dua kali shift malam dan dua kali shift siang. Ketika restoran ramai di akhir
pekan, untuk shift malam aku bisa mendapatkan uang tip 80 dollar dari 12
pelayan restoran. Seminggu aku rata-rata mengantongi 200 dollar, sebulan 800
dollar.
Di
tempat baru restoran Jepang, si bos yang orang Singapore menawari bayaran 1300
dollar sebulan, bekerja dari jam 11.00 pagi hingga 11 malam, 6 hari seminggu.
Tanpa pikir panjang aku segera menerima tawaran itu. Aku tak perlu malu menjadi
tukang cuci piring. Aku juga tak perlu malu pada anak-anak Kampoeng Melajoe
kalau aku hanyalah tukang cuci piring.
Keesokan
harinya aku diajak ke restoran tempat Ari bekerja. Tanpa prosedur yang berbelit
hari itu juga aku langsung bekerja. Arif mengantarkan aku ke bagian belakang,
di sana terletak mesin cuci. Hari itu aku belajar menggunakan mesin cuci piring
otomatis, gampang cara pemakaiannya. Piring kotor tinggal disemprot air panas
lalu dijejer pada rak sampai penuh, setelah itu rak dimasukkan ke dalam mesin
dan secara otomatis akan membilas hingga kering.
Pekerjaan
lainnya yang harus kulakukan adalah menyapu dan mengepel lantai restoran, juga
kamar mandi. Hari pertama kulalui tanpa halangan berarti, cuma saat
membersihkan toilet banyak tissue bekas berserakan di lantai, juga mutahan
pengunjung karena kebanyakan minum alkohol. Menjijikkan ...