Walau sudah
tinggal di Amerika, tinggal di kawasan elit daerah downtown Washington DC dalam
sebuah apartemen dengan sebutan keren Kampoeng Melajoe, kita warga Indonesia
tetap tak bisa melepaskan tradisi untuk menghormati seseorang yang di-tua-kan.
Ya.. tanpa lewat pemilihan, kita sepakat menyebut Rudi Syamsudin sebagai
Lurahnya Kampoeng Melajoe. Jadi Lurah di sini bukanlah seorang yang punya pekerjaan
seperti layaknya lurah di Indonesia tapi hanyalah sebutan untuk seseorang yang
dihormati. Ya .. jiwa penolong, supel dan mengayomi membuat para perantau segan
padanya.
Rudi si Pak
Lurah sering menjadi juru damai ketika ada permasalahan timbul diantara sesama
perantau. Maklum, warga Indonesia yang tinggal di apartemen Kampoeng Melajoe
datang dari berbagai ragam kalangan sosial maupun tingkat pendidikan. Ada para
TKW yang bekerja sebagai pembantu, ada mahasiswa yang sedang sekolah di
Amerika, ada staf lokal Kedutaan Indonesia, dan turis-turis overstayed alias
imigran gelap sepertiku.
Pernah suatu
kejadian sebut saja Yusuf yang mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi swasta di
Washington DC berantem dengan Darus gara-gara rebutan cewe. Dilain waktu si Murni
yang bekerja sebagai nanny menggosipkan Rani sebagai wanita murahan yang sering
bergonta ganti lelaki. Keributan - keributan itu bisa didamaikan oleh Rudi.
Ya .. Rudi telah melewati
beberapa generasi warga Indonesia yang tinggal di Kampoeng Melajoe. Lelaki yang
kini menginjak usia 40an asal Jakarta itu pernah bekerja jadi staf lokal di
Kedutaan Indonesia di bagian umum, atau menjadi tenaga keamanan bersama Ocim si
jago silat. Dalam sebuah obrolan, Rudi menceritakan generasi terdahulu yang
tinggal di Kampoeng Melajoe, ketika ekonomi Indonesia masih bagus, dengan nilai
tukar waktu itu 1 dollar masih 1800an rupiah. Orang Indonesia datang ke Amerika
hanya karena berwisata atau bersekolah. Ya .. Kala itu banyak anak-anak dari
pejabat negara datang hanya untuk bersekolah. Sungguh kala itu tak ada yang mau
menjadi imigran gelap. Saat itu nilai uang $1000 adalah setara dengan Rp.
1.800.000, bayangkan dengan kurs sekarang yang rata-rata $1 setara Rp. 10.000.
Nilainya melonjak menjadi 13 jutaan rupiah. Dan berbondong-bondonglah orang
ingin bekerja di Amerika, juga anak-anak pejabat yang bersekolah tadi tak bisa
lagi mengandalkan uang kiriman dari orang tuanya. Terpaksa mereka bekerja.