Wednesday, July 29, 2009

INDIVIDU FATALIS

DARI KOLOM TENTANG HUKUM DI TABLOID EXAMINER KUTEMUKAN BERITA INI:

COURT
WAUSAU,WIS.
Seorang wanita yang melihat gadis cilik usia 11 tahun sekarat, bersaksi di depan pengadilan bahwa ia shock melihat kondisi gadis cilik itu, tapi tak pernah menyarankan keluarganya untuk membawa ke dokter. Jennifer Peaslee bersaksi hari Rabu dalam persidangan ibu si gadis cilik, Leilani Neumann.

Neumann di dakwa melakukan 'second-degree reckless homicide' karena lebih mempercayai permohonan doa daripada membawa anaknya ke dokter. Medeline akhirnya meninggal pada 23 Maret 2008 karena diabetes akut.

Peaslee mengatakan Ia melihat Medeline pagi itu dalam kondisi parah tergeletak di kamar mandi. Gadis cilik itu mengatakan bahwa dia tahu orangtuanya tak akan membawanya ke dokter karena mereka percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkannya.--AP (Dari Examiner 21 Mei 2009)

(Catatan: Aku tak habis mengerti motif apa yang membuat si ibu menerlantarkan anaknya hingga meninggal. Apakah Ia tidak mempercayai ilmu medis yang (barangkali) bisa menyembuhkan penyakit anaknya? Atau sebaliknya si ibu lebih percaya bahwa kuasa Tuhan di atas segala-galanya, dan akan menyembuhkan anaknya? Sungguh ironis mendengar keyakinan si ibu akan kemanjuran doa terhadap penyakit anaknya.

Kadang dalam diri seseorang, antara kehidupan spiritual dan kehidupan nyata bercampur aduk, jumbuh, dan susah menarik benang merah pertalian. Antara hubungan dirinya dengan Tuhan, hubungan dirinya dengan manusia lain, antara akhirat dan duniawi, antara yang gaib dan nyata, antara mukjizat dan kodrat alam.

Di Amerika hukum tidak bisa mengadili keyakinan seseorang. Entah Ia penganut faham Fatalis, sebuah doktrin filosofis yang mempercayai bahwa semua kejadian telah ditentukan sebelumnya, dan manusia tidak berdaya untuk merubahnya.

Atau dia penganut faham Atheis yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan, sebaliknya dia lebih mempercayai Ilmu Pengetahuan - Teknologi.

Atau seseorang yang berkeyakinan bahwa Ilmu Pengetahuan - Teknologi merupakan salah satu hukum Tuhan (Walau kadang timbul kontroversi antara Tuhan dan Ilmu Pengetahuan - Teknologi, Mereka berusaha menarik benang merah antara keduanya). Tuhan mengajarkan manusia untuk belajar dari Alam Semesta. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari jahiliyah menuju berperadaban, dari sosok bocah kecil menjadi dewasa. Ada proses pencerahan di dalamnya. Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kalau dia tidak berusaha merubahnya.

Karena Amerika negara sekuler, semua produk hukumnya tidak mendasarkan pada hukum agama melainkan berdasar hukum positif, berdasarkan etika – etika kemanusiaan, hak azasi manusia, dan hak untuk hidup tanpa paksaan dan tekanan. Entah Ia beragama Kristen, Islam, Budha, atau Atheis, Agnostic, Ras Asia, Kaukasia, Afrika, Kaya, Miskin, Laki-laki, atau Perempuan. Semua orang dengan berbagai keyakinan, agama, ras, dan strata sosial sama di mata hukum.Yang bisa diadili adalah akibat dari keyakinan yang dianutnya itu akankah menimbulkan: kebencian, kerugian, cedera, atau kematian terhadap individu lain maupun tata sosial masyarakat.)



Janu Jolang
Catatan Saku Imigran Gelap Di Amerika

Friday, July 10, 2009

STUPID CRIMES 3

Otoritas di South Carolina sedang menyelidiki kasus seorang laki-laki jangkung yang telah meninggal dunia, dan dipercaya kakinya telah dipotong untuk bisa pas dengan ukuran peti matinya.

Sejak James Hines yang berukuran 6foot 7inch meninggal di tahun 2004, rumor menyebar di Allendale County bahwa pihak pengurusan jenazah telah memotong kakinya dari lutut dan menempatkannya disamping tubuh di peti matinya. Janda Hines tidak menanyakan ukuran peti mati waktu itu tapi kemudian dilaporkan ia mengontak rumah pemakaman untuk menanyakan tentang ukuran luas makamnya. Penyelidikan berlanjut.. (dari Tabloid Examiner)


Janu Jolang
Catatan Saku Imigran Gelap Di Amerika

Monday, June 29, 2009

CSIG di Amerika: PARADE GAY DAN LESBIAN LEWAT DEPAN RESTORAN

Seperti yang pernah aku singgung di catatan sebelumnya, restoran tempatku bekerja terletak di daerah 'ngumpulnya' Gay dan Lesbian. P Street diartikan mereka sebagai Jalan alat vital laki-laki dan istilah 'slank' untuk alat kelamin perempuan. Bulan Juni ini menjadi bulan spesial bagi kaum Gay dan Lesbian di DC, karena di bulan itu mereka punya hajatan pawai keliling kota. Temanya adalah CAPITAL PRIDE PARADE. Kebanggaan dan Kejujuran menjadi Gay dan Lesbian.

Kulihat dari jendela kaca restoran, pawai mereka sangat atraktif dan mencengangkan, walau nuansa politis-nya sangat kental. Rombongan terdepan dipimpin sekumpulan polisi yang berjalan disamping mobil patroli mereka dari Baltimore-MD, DC, dan Virginia. Kupikir mereka hanya mengawal jalannya parade, ternyata mereka ikut berpartisipasi. Ya, mereka para polisi Gay dan Lesbian. Salahsatunya adalah polisi perempuan pelanggan restoran sushi.

Masyarakat Amerika sudah bisa menerima orientasi sexual mereka, juga institusi tempat bekerjanya. Tetapi sedikit fakta, kalau merunut 40 tahun silam, justru polisilah yang sering merazia dan menangkapi para Gay.

Seorang Gay pelanggan restoran bercerita, dahulu pada tahun 1969 di akhir bulan Juni ada sebuah Gay Bar di New York bernama Stonewall yang sering dirazia oleh polisi. Karena jengkel atas seringnya mereka digrebeg, diperlakukan kasar dan diskriminasi – maka kemarahan para gay tak bisa dibendung lagi. Ratusan Gay dan Lesbian mengepung barikade polisi di depan Bar dan memprotes tindakan mereka. Teriakan “Gay Power” berkumandang di jalan-jalan. Selanjutnya botol beer, kaleng soda, dan lainnya berhamburan melayang ke arah polisi. Kekacauan dan kerusuhan akhirnya tak bisa dihindari. Beberapa polisi terluka, kemudian Polisi anti huru – hara datang untuk menghalau para Gay yang berubah beringas, beberapa terkena pentungan dan terluka, dan puluhan lainnya ditangkapi. Justru dari tindakan represif polisi itulah yang menginspirasikan kebangkitan kaum Gay di Amerika. Keesokan paginya seribu orang baik gay atau para simpatisan melanjutkan protes dengan arak-arakan sambil meneriakkan yel – yel “Gay Power” di jalan-jalan. Pergerakan dimulai, bangkit menuntut dihapuskannya perlakuan diskriminasi atas mereka.

Dan 40 tahun berlalu gerakan mereka makin politis, menjangkau ke ranah hukum. Banyak dari peserta pawai membentangkan spanduk dengan slogan berbunyi:
MARRIAGE EQUALITY IN DC NOW!!

Ya, mereka menuntut persamaan hak dalam masalah perkawinan. Perkawinan Sejenis alias Same Sex Marriage. Kulihat salahsatu rombongan pawai 'membawa nama' sebuah gereja L yang membentangkan spanduk bertuliskan: GOD MADE RAINBOW (simbol Gay & Lesbian). Juga jemaat dari gereja E yang membawa spanduk berisi perjuangan Persamaan hak kaum Gay dan Lesbian dalam Perkawinan Sipil.

Timbul berbagai pertanyaan dalam benakku, apakah institusi gereja dan para pemimpinnya menyetujui dan mendukung perjuangan mereka? Atau sekedar simpati? Atau barangkali mereka tidak tahu sama sekali kalau jemaatnya ikut parade? Sepertinya semua agama memandang dosa dan tak bermoral terhadap perilaku homoseksual.

Perkawinan adalah institusi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Perkawinan adalah “procreation”, wadah berlanjutnya keturunan spesies manusia. Lantas kalau Perkawinan Sejenis dibolehkan, tentu definisi Perkawinan sendiri secara hukum akan berubah.

Dan selanjutnya ini akan memicu keinginan minoritas orang untuk menuntut dilegalkannya Kawin Incest, Polygamy, Kawin Di Bawah Umur, atau Kawin Kontrak. Masalah lainnya yang menjadi pro-kontra adalah ketika timbul keinginan mereka mengadopsi anak, bagaimana ketika si anak mulai bertanya-tanya siapa ayah dan ibunya? Ketika Bu Guru menerangkan tentang arti sebuah keluarga, kenapa kedua orang tuanya punya peran sama sebagai ayah atau kebalikannya sebagai ibu? Bagaimana ketika tiba Hari Ayah atau Hari Ibu yang selalu diperingati, akankah mereka menggabungkannya menjadi Hari Orangtua?

Dan apakah kedua orangtuanya akan mengajarkan 'orientasi seksual' mereka terhadap anaknya? Atau membiarkan anaknya tumbuh dengan alami dan menemukan identitas seksual mereka? Semuanya bagiku merupakan tanda tanya, tapi ketika kulihat rombongan Rainbow Families DC yang terdiri dari anak2 kecil, remaja, dan orangtua melintas di depan restoran, terlihat mereka seperti layaknya sebuah keluarga yang normal-normal saja. Mereka bergembira ria, anak - anak mengayuh sepedanya, dan yang remaja beserta orangtua meneriakkan yel – yel seolah minta dukungan dan sesekali melemparkan kalung pelangi ke arah penonton. Bahkan kulihat mereka sepertinya mendapat dukungan pribadi dari Walikota DC, Adrian Fenty yang turut berparade jalan kaki sambil membagi-bagikan kalung pelangi.

Pawai tambah meriah, kini giliran wanita – wanita berpostur kekar dan berwajah keras mengendarai Harley Davidson sambil mem'bleyer' gas yang terdengar meraung-raung memekakkan telinga. Kalau melihat tingkah mereka aku lantas teringat rombongan motor gede di Jakarta. Barangkali karakter suara knalpot motor gede-lah yang membikin mereka merasa perkasa di atas sadel, meraung-raung seolah jalanan milik mereka. Dan diantara peserta parade, terdapat beberapa perusahaan swasta yang menjadi sponsor antara lain Suntrust Bank, SouthWest Airlines, Honest Tea dengan slogannya: Proud to be Honest, dan Jasa Cleaning service MAID TO CLEAN dengan slogan: LOVE GAYS – HATE DIRT.

Pawai tambah meriah. Kulihat melintas Truk panggung dengan para penari wanita yang hanya mengenakan bikini thong. Kata Wang Chuan si delivery man, menonton parade Gay dan Lesbian lebih mengasikkan ketimbang nonton parade hari Kemerdekaan Amerika. Kulihat para penari meliuk-liukkan badannya yang sexy tanpa rasa canggung sedikitpun. Sungguh mereka mempunyai daya magnet yang sangat kuat.

Berbeda di belakangnya, melintas Truk panggung, tapi kini berisi para penari pria yang memakai topi koboi lengkap dengan syal melingkar leher dan bersepatu boot. Karena khas gay, semua penarinya hanya memakai cawat ketat dan bertelanjang dada seolah sengaja ingin mempamerkan tubuhnya yang berotot. Mereka menarikan lagu populer tahun 80an berjudul YMCA oleh grup penyanyi Village People. Dengan gaya tari yang 'melambai' mulut mereka bernyanyi genit, “...It's fun to stay at the YMCA (2X) ... They have everything for young men to enjoy – You can hangout with all the boys ...”

Wednesday, June 3, 2009

CSIG di Amerika: STUPID CRIMES 2

Seorang mantan mafia, tukang jagal yang masuk dalam program perlindungan saksi, terbuka identitasnya gara – gara ia tertangkap kamera video sedang bertindak brutal terhadap dua pelanggan restoran Pizzanya dikarenakan mereka 'cerewet' mengenai makanan yang disajikan.

Dahulu kala, si Joe ini adalah 'the hit man' alias tukang bunuh pada sebuah keluarga mafia kondang yang beralih menjadi informan, seharusnya ia bersikap kalem dan tidak menarik perhatian di daerah tempat barunya, di Palm Coast, Florida. Dengan identitas baru dan sebagai pemilik restoran Pizza, alih-alih bersikap ramah – ini malah mengintimidasi pelanggannya dengan pistol yang siap ditembakkan hanya gara-gara mereka protes masakan Calzone-nya.

Friday, May 29, 2009

CSIG di Amerika: RESTROOM DI RESTORAN.

Seorang Gay (entah itu pelanggan Sushi, atau kedai Sandwich, atau kedai Crepes) mencoret-coret dinding wc dengan ajakan nakal: I WANT TO SUCK BIG BLACK UNCUT C**KS. WHERE?
Berminggu-minggu ajakan itu tidak mendapat respon. Dan hari ini seorang iseng entah dengan maksud bercanda menuliskan jawaban di bawahnya:
THE WHITE HOUSE -
BIG!!!

Thursday, May 7, 2009

CSIG di Amerika: STUPID CRIMES 1

Biar kata Amerika negara maju, modern, dan berperadaban tinggi – ternyata orang-orangnya masih banyak yang 'katrok'. Dari tabloid gratisan The Examiner yang selalu kubaca saat aku istirahat siang, aku selalu mencari kolom “STUPID CRIMES”.

Ketika aku menemukan kolom itu di halaman tengah, aku buru-buru membacanya. Salahsatu kejadiannya adalah seorang kakek tua yang menelpon 911 hanya gara gara salah satu gerai Burger yang terkenal di Amerika itu tidak menjual minuman Lemonade. Si kakek tua itu menghabiskan waktu 5 menit dalam percakapan dengan operator 911 dan mengeluh gerai itu tidak menjual lemonade, ditambah burger yang dia pesan terlalu lama, dan si pegawai juga bersikap kasar kepadanya.

Operator 911 itu kemudian menjelaskan kepada si kakek berumur 66 tahun itu bahwa line 911 hanyalah untuk orang – orang yang dalam keadaan gawat, sekarat, atau mati. Tetapi si kakek itu tetap ngotot dan tidak mau menutup telpon. Hal itu membuat operator 911 frustasi. Akhirnya tak lama kemudian datang Polisi yang tanpa basa basi langsung mengenakan pasal tentang “Abuse of 911 communications” kepada si kakek. “Aya – aya wae...”

Sunday, April 26, 2009

CSIG di Amerika: ADA PEMBUNUHAN DI APARTEMEN KAMPOENG MELAJOE

Malam -- kira-kira jam 11 malam sehabis kerja, kulihat di depan apartemen banyak mobil polisi parkir. Hatiku deg – degan, jangan – jangan ada 'garukan' orang gelap. Yah ... beginilah nasib orang ilegal, selalu diliputi kecemasan yang berlebihan. Ketika makin dekat hatiku tambah was-was karena sekilas kulihat di lobby apartemen banyak polisi berkeliaran. Aku berpapasan dengan beberapa polisi bertuliskan 'FORENSIC' di jaketnya.

Wah ini urusan gawat pikirku dalam hati. Instingku mengajakku untuk menjauh dari gedung, aku mempercepat langkah kaki sampai ujung jalan dan berbelok menghindar.

Di depan gereja yang ada spanduk “ALL ARE WELCOME” dalam warna bendera pelangi, Aku menghentikan langkah dan duduk. Kucoba menenangkan hati dan kemudian kutelpon Bang Herdi -- barangkali dia tahu peristiwanya. Benar dugaanku ternyata ada pembunuhan. Dan celakanya, pembunuhan itu terjadi di lantai 7, dekat kamar kita. Aku jadi bimbang untuk pulang ke apartemen.

Pasti polisi-polisi itu sedang mengumpulkan barang bukti, juga saksi-saksi. Bisa jadi mereka sedang atau akan mencurigai seseorang.

Aku tak mau mengambil resiko untuk berada pada kondisi dan waktu yang tidak tepat. Statusku yang tidak terdaftar di apartemen jangan – jangan malah menimbulkan kecurigaan polisi. Hanya Bang Herdi yang tinggal di kamar, lainnya teman-temanku pada “ngacir”.

Akhirnya kuputuskan aku tidak pulang ke apartemen malam itu. Kulangkahkan kaki tanpa tujuan, badanku sudah letih setelah bekerja seharian. Akhirnya aku duduk di taman Dupont Circle dan tertidur bersama gembel – gembel yang biasa nongkrong di sana.

Sehari berlalu aku baru berani pulang ke apartemen setelah bang Herdi bilang 'aman'. Disepanjang lorong keluar dari lift kulihat barang-barang korban yang kebanyakan buku-buku dan piringan hitam, yang jumlahnya berdus-dus. Barangkali ia seorang seniman musik. Menurut ceritanya, Ia dibunuh dan mayatnya dimasukkan ke dalam tas koper.

Sehari kemudian kujumpai selebaran dari polisi yang memajang foto dan nama korban beserta himbauan bagi siapa saja yang mempunyai info mengenai pembunuhnya diharap kesediaannya menghubungi polisi. Korbannya adalah mahasiswa musik di sebuah universitas swasta ternama di Washington DC.

Bagi yang mengetahui dan bisa memberikan informasi, akan mendapatkan imbalan uang lumayan besar yaitu 15.000 USD.

 
Site Meter