Restoran tempatku bekerja tidaklah begitu ramai, sedang-sedang saja. Apalagi sepanjang 3 blok mulai nomer 2000an jalan P street terdapat 3 restoran sushi. Restoran tempatku bekerja juga bukan terletak di daerah perkantoran sehingga kalau jam makan siang hanya beberapa meja saja yang terisi.
Tetapi kalau malam tiba, daerah dekat Dupont Circle itu berubah menjadi hingar bingar. Banyak klab – klab gay dan lesbian disekeliling restoran. Maklum daerah P street adalah pusatnya gay dan lesbian di Washington DC. Jamak diantara gay yang dengan bangga menyebut huruf P diawal jalan P Street mempunyai konotasi alat vital laki-laki. Juga para lesbian menyebut P sebagai istilah slank untuk alat vital perempuan. Maka tak heran kalau ada salahsatu pelanggan sushi menyebut restoran kami ini sebagai restoran 'sushi gay'.
Sebagai pembuat sushi, aku harus ramah terhadap pelanggan, terutama jika pelanggan itu duduk di 'sushi bar'. Mereka tentu ingin menikmati cara kita membuat sushi atau sekedar ngobrol.
Salah satu pelanggan dari New York pernah mengajakku secara terang – terangan “ngedate” setelah restoran tutup. Kuperhatikan dari cara merayunya, dia terlihat PD banget tanpa ada malu – malunya. Yah namanya Amerika, gay dan lesbian kini diakui eksistensinya. Salah-salah kalau kita menunjukkan sikap anti pati terhadap mereka bisa-bisa berakibat fatal. Kalau nggak salah mereka bisa menuduh kita dengan pasal yang berkaitan dengan hal-hal yang berbau "pelecehan" dan 'diskriminasi'.
“How's the sushi?”, ini pertanyaan standard yang selalu kuucapkan kepada pelanggan setelah mereka menyantap sushi yang kuhidangkan.
Dan si gay dari New York itu menjawab dengan nakal. “Do you know, ******(tanpa suara) ... better than this sushi!”, sambil kedua tangannya menunjuk ke arahku dan mulutnya (tanpa suara) membentuk kalimat “You are”.
"Ternyata begini ya cara gay merayu ", pikirku dalam hati.
Aku hanya tersenyum dan tak berkata apa – apa. Bagiku terasa janggal seorang laki-laki merayu laki-laki. Dan ketika ia menanyakan kemana aku setelah restoran tutup, kujawab pulang ke rumah, Ia lantas menawarkan ajakan untuk 'hang out'.
Tawaran itu aku tolak dengan halus sambil tersenyum, walau di dalam hati menolak mentah-mentah, “Sorry, I'm ... straight....”
Saturday, March 25, 2006
CSIG di Amerika: RESTORAN JEPANG TEMPATKU BEKERJA
Posted by Janu Jolang at 12:46 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment