Anak-anak, mereka punya media rekam yang luar biasa dalam otaknya, khususnya dalam masa perkembangan usia balita. Secara umum, kita sudah sampai pemahaman bahwa para anak ini, mampu belajar, bahkan sejak dalam kandungan ibunya.
Dan sebagai Ibu, yang sangat tertarik pada makhluk yang namanya 'anak', syukurlah, aku pun sedikit banyak, 'merekam' perkembangan mereka, khususnya anak-anak yang kukandung, dan kulahirkan. Puji Tuhan juga, aku punya pengalaman melahirkan dengan 2 jalan, satu anak lahir dengan proses normal,3.6 kg, satu anak lahir dengan proses seksio Sesar, 2.6 kg (bukan karena bayinya terlalu besar tapi karena posisi 'sungsang').
Aku yakin, Ibu-ibu di Indonesia, pada jaman sekarang, sudah sangat banyak mendapatkan pencerahan tentang apa dan bagaimana memandang anak dan segala masalahnya. Banyak aku lihat ibu-ibu muda, mungkin juga banyak diantara mereka adalah wanita bekerja di luar rumah, ketika hamil, mereka penuh semangat (bahkan mungkin malah jadi punya semangat'lebih') menjalani semua peran dalam hidupnya. Berangkat kerja, bahkan di kota besar macam Jakarta, bagi yang tidak terlalu beruntung, ibu-ibu hamil ini harus turun naik ganti kendaraan umum,sedikit mengejar bus agar tidak tertinggal, berdiri di bus karena tak kebagian tempat duduk, dan tentu saja bekerja, di tempat mereka sehari-hari bergelut mencari nafkah. Dalam kesibukan dan perjuangan yang demikian tinggi, para ibu hamil ini tetap sangat memelihara janin dalam kandungannya, dengan berusaha makan dengan nutrisi cukup, meski banyak diantara mereka yang terkena sindrom muntah-muntah berlebihan,kehilangan selera makan, dan lain-lain.
Mereka juga tak segan-segan membawa mesin kecil pemutar musik, dengan headset tertempel di telinga, memutar musik Mozart untuk janin di perutnya, atau musik-musik lain, tergantung selera..,konon kabarnya, musik semacam 'musik klasik', bila diperdengarkan pada ibu hamil, akan mampu merangsang pertumbuhan kecerdasan otak sang janin. Atau, sang calon ibu, sesekali akan mengelus perutnya, seolah dia membelai bayinya, sambil mengajak sang bayi 'bicara'. "Nak, ini naik metro mini, gak enak ya, ngebut ni supirnya.., sumpek, penumpang penuh.., maaf ya, sabar, sebentar lagi sampai rumah, kita mandi, makan, dan santai, deh," itu salah satu kalimat yang aku lontarkan pada janin usia 6 bulan di perutku, yang 'berontak' ketika aku ajak naik metro mini yang memang, tidak nyaman. Ibu-ibu hamil juga disarankan, peduli pada suasana 'mental' dirinya sendiri, karena hal itu akan sangat mempengaruhi perasaan si janin.
Suasana mental-pengertiannya sangat luas- harus didorong untuk selalu 'positif', bahkan Kakekku dulu bilang begini, "Orang hamil, hatinya harus selalu suci. Tidak boleh jahat pada siapapun. Jangankan jahat, berpikir jahat pun tidak boleh. Harus selalu berserah diri dan berdoa, bla-bla-bla..."
Pokoknya, pada intinya, hamil itu suatu kebaikan yang sangat istimewa, maka harus dijalani dengan segala sesuatu, lahiriah maupun batiniah, yang istimewa pula, karena kita semua mengharapkan, bayi kita berkembang secara istimewa, kan? Bukankah semua orang tua mengharapkan bayi yang sempurna? Sehat lahir batin, dan seterusnya...
So, dalam perkembangannya, meskipun belum bisa bicara, bahkan sejak bayi lahir, dia akan langsung 'merekam untuk belajar apa pun'..hebat bukan ? Yang ingin aku sampaikan di sini, bahwa kita, para orang tua, dan lingkungannya harus tetap menjaga agar anak, berkembang sesuai dengan haknya.
Dalam perkembangannya, bayi, anak-anak, akan belajar. Dalam belajar itu, ada unsur disiplin, kasih sayang, pengakuan terhadap harga diri, dan lain-lain. Sekali lagi, tolong selalu ingat, janin, bayi, anak-anak, adalah perekam yang sangat hebat..., pembelajar yang sangat progresif.., dengan daya serap tinggi, mereka akan melihat, mendengar, merasa, berpikir, bereaksi, dan mengeksplore terhadap apa pun yang diterimanya, hal-hal baik, maupun hal-hal yang tidak baik.
Itu yang mereka belum mampu bedakan, baik dan tidak baik, boleh dan tidak boleh.., pelajaran mereka belum sempurna untuk mengerti norma.
Kemarin dulu, aku sempat membaca satu kalimat seperti ini, "Tahukah anda, seringkali anak-anak akan melupakan apa yang anda PERBUAT, tapi, anak-anak tidak akan pernah melupakan apa yang DIA RASAKAN ketika kita melakukan perbuatan terhadap mereka..."
Jantungku terasa berdegup sangat berat untuk sesaat.., dan menengok banyak ke belakang.., kira-kira, yang kita PERBUAT terhadap anak-anak, lebih banyak baiknya atau bagaimana? Kira-kira, yang DIRASAKAN anak-anak atas perbuatan kita terhadap mereka, lebih banyak baiknya, atau macam mana?
Dari kilas balik yang sangat-sangat banyak itu, ada satu hal yang sangat membuatku menangis, bahkan sampai hari ini..
Begini ceritanya, ketika anakku kedua lahir, aku memutuskan untuk jadi ibu pengurus anak sepenuhnya, hal pertama yang aku lakukan adalah berhenti bekerja di luar rumah, karena inilah faktor utama, yang menyebabkan aku jadi tidak punya banyak waktu bertemu anak-anak (Dulu aku masih di Jakarta, boo, brangkat jam 6 pagi, pulang sudah jam 7 malam, belum lagi macet, bla-bla-bla...).
Dalam perkembangannya, secara umum, anak-anakku normal, tapi, satu hal yang keduanya cukup mengesalkan, adalah, masih harus disuapi ketika makan nasi. Mending ga makan dari pada harus makan sendiri.Jadilah aku harus sering mengalah untuk satu hal ini, daripada mereka terus-teruan ngemil ketika lapar. Ini terjadi sampai anakku yang kecil usia sekitar 5 tahun.
Susahnya, jam lapar mereka tidak sama, ketika kakaknya lapar, adiknya masih full, dan seterusnya. Jadi sering kali, aku suapi kakaknya duluan. Dan sering makan si kakak tidak habis, biasanya yang tersisa adalah nasinya. Karena sayang, sesering itu pula makanan sisa ini aku simpan, dan nanti ketika adiknya lapar, biasanya aku berikan pada adiknya, kadang aku tambahkan sayur atau lauknya.
Bagi aku, hal ini masih masuk akal, karena nasi yang sisa yang aku simpan adalah nasi 'kering', bukan yang sudah terendam kuah sayur dan lain-lain. Tapi sadarkah anda, "si Perekam Hebat"ini, anak-anak ini, menyimpan hal itu dalam memorinya, dengan sangat kuat?
Ketika kira-kira satu jam setelah si Kakak selesai makan, kemudian aku tawarkan makan pada sang Adik, "Dek, makan ya..."
Jawabnya, "gak, ah, belum lapar.."
"Tapi Adek belum makan dari tadi, ayo Mamah suapin..."
"Gak mau lah, ntar aja," jawabnya agak ngeyel. "Aku ntar bilang kalau sudah lapar."
Ketika itu si Adik sedang duduk di kursi nonton Tom and Jerry, aku sedikit memaksa, "Ayolah, Mamah suapin, oke?"
Si Adik memandangku sambil bilang begini, datar-datar saja ngomongnya,tapi rasanya bagaikan terhunus pedang di ulu hati, "Memang ada nasi sisa Kakak...?" (Aku terpaku menatapnya tak berkedip...)
Ya Tuhanku, tolong ampuni aku.., aku langsung simpuh dan menjatuhkan kepalaku di pangkuan Si Adik, aku tidak ingin menangis. Adik tidak senang melihat Ibunya menangis. Aku cuma memeluknya, beberapa detik kemudian kulepaskan ketika si Adik bilang, "Sumpek lah Mah, aku lagi nonton TV ni..."
Aku ke kamar mandi , "Tuhan, betapa tidak adilnya aku pada anak-anakku. Aku sudah melukai PERASAAN si Adik..." Aku menangis sampai puas.., cuci muka dan lain sebagainya, kemudian aku samperin lagi si Adik, aku simpuh sambil bilang, "Adek tidak harus nunggu sisa Kakak ketika mau makan.., semua makanan boleh dimakan Kakak dan Adek. Maafin Mamah ya, Mamah gak punya maksud kasih Adek makanan sisa Kakak...Sekarang, Adek sudah lapar belum? Pengen makan apa?"
Si Adik memandangku, memegang mukaku, dan menciumiku (itu memang kebiasaannya), "Aku gak pengen makan nasi, aku mau makan bakso."
"Oke, kam on girls.., kita beli bakso..," seruku.
Dan dua gadis kecilku berebutan mencarikan Kethu Lettoku, kacamata, dompet, dan kunci mobil. Empat hal itu harus selalu ada ketika aku akan mengendarai si Ngatini, Katana merahku, Kethu Letto berfungsi untuk melindungi rambutku agar yang sudah keriting ini tidak semakin gimbal ketika tersapu angin (buka kaca, ga pake AC, ngirit bensin, kek..kek..kek..), dompet, ada STNk dan SIM, dan duit, boo.., kacamata, ya memang sudah sangat minus dari jaman kapan tau,dan kunci mobil tentu saja. 4 hal utama, dan keempat-empatnya, amat sangat sering aku lupa, di mana naruhnya.., he-he, sdikit tua, pikun, dan yang jelas (ssstt...malu sama anak-anak), kurang disiplin meletakkan barang-barang.
Aku nyetir pelan sambil bernyanyi bersama anak-anak, lagu-lagu 'ngawur' yang kadang membuat anak-anakku terganggu dan protes. Si Kakak, biasanya tidak akan terlalu berkomentar, karena dia kurang memperhatikan hal-hal detil, tapi si Adik akan bilang begini, "Mamah ni kalau nyanyi, nadanya bener tapi kata-katanya salah semua.." begitu komentarnya ketika aku nyanyi.
Aku menatap dua gadis kecilku dari kaca spion, damai melihat mereka begitu riang.., sambil aku berkata dalam hati, "Maafin Mamah ya, Kakak, Adik, Mamah pasti sangat banyak kekurangan, mungkin juga sering gak sengaja melukai perasaan kalian. Mamah tau, seorang anak, sangat wajar jika salah, tapi kalau mamah-mamah, sebaiknya berpikir ulang untuk melakukan banyak hal, ya kalau bisa jangan sampai salah terhadap anak-anak. Mamah akan berusaha untuk lebih baik untuk kalian. Tuhan tolong bantu kuatkan aku, Amin..."
"Hue.., jangan ucek-ucek kepala Mamah, sayang, lagi nyetir nihhh...," teriakku bercanda ketika si Adik ucek-ucek kepalaku, dia berdiri dan bilang, "I love you, Mamahku yang baiiikkk.."
Nah, lo, malu kagak sama anak sekecil itu, yang setiap saat dia bisa menghargai dan menyentuh perasaan kita dengan hal-hal kecil yang mengejutkan macam ini?
"Aku juga sayang Mamah," itu suara si Kakak, yang gak mau kalah sama adiknya...
"I love Youuuu, all...!"
(Terimaksih Tuhanku, ini pastilah "SURGAKU" yang Kau anugerahkan padaku...)
North Carlin Spring
Arlington, Virginia,
Dian Di sini jam 5.33 sore, hari Minggu, tanggal 26 Oktober 2009
Musim Gugur, pohon-pohon sudah hampir botak semua..
Wednesday, November 11, 2009
DuniaIbuAnak: SI PEREKAM YANG HEBAT
Posted by Janu Jolang at 5:29 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment