Mungkin teman-teman ga menduga, kalau di Amerika ini, di United State ini, bahasa Spanyol adalah bahasa kedua setelah bahasa Inggris. Malah kalau tak nilai-nilai, bahasa Spanyol lebih populer, lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, guru-guru di skul juga, kalau ngobrol, pake bahasa Spanyol.
Mungkin, ini berkaitan dengan sejarah jajah menjajah waktu jaman dulu (hiks..hiks.., ntar-ntar aku buka Wiki kalau ga Google untuk detilnya). Tapi intinya, bahasa Spanyol, it's most common lah.., gitu.
Dan tentu saja, terutama yang berkaitan dengan publik servis dan perdagangan, di mana ada keterangan dalam bahasa Inggris, pasti di bawahnya ditulis dalam bahasa Spanyol. Di sekolah juga demikian, apa pun, undangan, brosur, semua.., dalam bahasa Inggris, dan bahasa Spanyol.
Karena apa... Nah, ni beberapa cerita seputar bahasa, pengguna bahasa, dan aksen..Seperti sudah aku ceritakan pada Catatan terdahulu, bahwa Amerika adalah negara terbuka bagi multi bangsa dan multi ras, untuk masuk dan hidup di negara ini. Sebagian dari mereka adalah Legal Alien, masuk Amerika dengan prosedur lengkap, dan memiliki semua dokumen pribadi yang diperlukan untuk hidup, sekolah, dan bekerja di sini.
Tapi, sebagian lainnya, pemerintah Amerika pun menyadari, bahwa kurang lebih sekitar dua belas juta penduduknya adalah Ilegal Alien, alias masuk Amerika dengan berbagai cara yang tidak prosedural. Dan kabarnya, bagi Ilegal Alien ini, cukup aman lah, apabila mereka tidak melakukan tindakan kriminal, yang mengundang petugas berwenang, harus "menelusuri" asal muasalnya.
Bahkan kemarin aku lihat di TV, konggres pun menyebutkan perlindungan kesehatan warga, termasuk untuk kaum ilegal. Jadi, boleh dibilang, khususnya masalah sekolah dan kesehatan, Citizen (Warga Negara) maupun Ilegal Alien, adalah sama. Kalaupun ada yang membedakan, kemungkinan karena mereka "membeli" asuransi dari berbagai perusahaan, yang fasilitas bagi kliennya, sedikit banyak ada perbedaan. Kalau ini, masalahnya sudah masuk ke wilayah "dagang."
Masalah bahasa, sama, untuk anak-anakku yang berbicara asal bahasa Indonesia, pelajaran bahasa Inggrisnya dimasukkan dalam kategori LEP (Limited English Proficient), yang berarti bahwa anak-anakku diterima sebagai murid ESOL atau Speakers of Other Languages dan menerima fasilitas di kelas HILT (High Intensity Language Training), alias kursus bahasa Inggris tiap hari di skul, sampai dinyatakan bisa mengikuti kelas reguler.
Dua atau tiga tahun ke depan, diharapkan mereka akan sama mudengnya, sama cas cis cusnya, sama ngesesnya, dengan native, penduduk asli berbahasa Inggris. Di kelas ini anak-anakku sekelas dengan teman-teman pendatangnya, dari Afrika, negara Arab, Vietnam, India, dan lain-lain.
Makanya, aku pernah surprise, bahwa guru-guru di skul anak-anak, sangat "menghargai" bahasa Inggrisku yang terbata-bata dan non gramatikal, alias ga ngikutin aturan bentuk pertama, kedua, ketiga. Dan memang, sehari-hari di sini, juarang banget orang bicara bahasa Inggris dengan mengandalkan gramar atau tata bahasa yang tepat. santai boo, sama-sama kagak bisa bahasa Inggris ini.. Jadi bener Tukul, ngomong bahasa Inggris salah-salah, juga pede abiz..
Dan, kata orang yang sudah tinggal lama di sini, bilang, bahwa anak-anak kita yang sekolah itu, kursus bahasa Inggris itu, nantinya pasti jauh lebih pintar berbahasa Inggris, daripada emaknya dan bapaknya, yang di Indonesia pernah mati-matian kursus bahasa Inggris, bahkan sampai bertahun-tahun.
Ini sudah terbukti, sedikit banyak, anakku yang kelas tiga SD, sering membawa pulang vocab, yang sama sekali aku gak pernah pakai, dan aku harus bertanya padanya, "Artinya apa, Dek?"
Kadang pula, kita harus terkejut, dengan menyadari bahwa di Amerika ini, orang awam, banyak yang ga bisa bahasa Inggris. Nah lo.. gmana coba, hidup di Amerika kagak tahu bahasa Inggris?Banyak cerita, kalau kita lihat, banyak orang-orang Indonesia yang "nyasar" di Amerika ni. Aku bilang nyasar, karena, dari cerita mereka sendiri, bilang, bahwa semula, mereka adalah TKW yang dikirim ke negara -negara Arab, seperti Saudi Arabia dan Kuwait, kemudian majikannya pindah ke Amerika, dan ketika majikannya pulang kembali ke negara Arab, si Mbak-mbak ni dah kagak mau ikut Tuannya ke sana. Mereka sudah pintar membedakan, "lebih enak di Amerika daripada di negara Arab, lebih butuh dollar daripada dinar."
Jadilah si Mbak-mbak ini tinggal di Amerika, kerja pada orang-orang bule, dan menurut mereka, ini lebih baik.Kebanyakan mereka senang bekerja sebagai nanny, pemomong anak. Katanya, santai, ya bisa dibilang ga butuh skil,dan modal mereka cuma bilang "Dont eat..!" ketika anak momongannya mau menggigit sesuatu yang tidak boleh dimasukkan mulut. Cukup... Ga perlu tahu banyak kata, vocab..he..he..
Lucu lagi ketika aku ngantar anakku yang sekolah di SD, 10 menit jalan kaki dari apartemen. Memang sebagian dari mereka adalah orang-orang yang berasal dari Bolivia, Meksiko, Jamaica, Salvador, yang asli mati : berbahasa Spanyol!Kenapa aku bilang asli mati, coba?
Gini ni critanya...Pas aku datang ke skul, mau ngganti baju anakku dengan baju daerah untuk Parade waktu itu, aku nanya ke seorang Ibu, "where's the assembly room?" (maksudnya ruang ganti, untuk berdandan anak-anak).
Apa yang terjadi? si Ibu nyolek anaknya yang juga baru kelas tiga, dugaanku, si Ibu bilang sama anaknya, "Nduk, apakah kamu tahu apa yang Ibu ini (aku) bilang? Dia pakai bahasa Inggris, Mamahmu ini ga tau sama sekali, tolong jawablah..."Kemudian si Anak bilang padaku, "Maaf, Mamahku cuma bicara Spanyol. Oh, ruang asembli ada di ruang No. 1.." Aku bilang, "Terima kasih banyak, manis.."
Bukankah itu sama saja, tanpa bermaksud merendahkan bangsa kita sendiri, ketika seorang Jawa Tengah nggunung ketemu dengan orang Sunda udik... Sama-sama cuma bisa bahasa Jawa Tengah, dan cuma bisa bahasa Sunda totok, tapi ga bisa bahasa Indonesia...
Yang paling "indah" adalah kaum Black (jangan pernah sebut kata negro, karena ini artinya budak). Di Amerika, kaum Black cukup dominan jumlahnya. Lihat saja iklan-iklan di TV, kebanyakan modelnya orang Black. Mereka juga punya channel TV sendiri untuk acara-acara mereka. Black pun, akhirnya, kita bisa membedakan, dari bentuk tubuh dan bentuk mukanya, mereka itu Black dari mana. Black Afrika, Jamaica, Ethiopia, dan lain-lain..Dan kalau diamati bener-bener, kaum Black tuh wajahnya manis-manis, lho..He2, bener tuh kata orang Jawa, Hitam manis..hitam manis, yang hitam manis...(nyanyi mbuh lagune sopo...).
Soal orang Black, aku punya pengalaman yang cukup mengejutkan.. Pertama, ketika duduk-duduk di taman, "memburu matahari" ketika hari itu Arlington sunny day (ga tiap hari ketemu matahari, boo..).Waktu itu ada pemuda Black, berdiri, sambil berayun-ayun tubuh, tangan,kepala, dan juga kakinya "mincek-mincek" bagaikan ada pernya, sambil nyrocos berirama. Aku pikir, dia lagi ngerap, ber-acapela, tanpa penonton,..tapi kok terus nadanya tinggi, agak marah-marah, dan sedikit kata-kata kotor (macam F word gitu)...
Ealah, ternyata mas Black ni sedang bicara di telpon, pakai headset. Headsetnya ga kliatan, karena kabelnya berwarna hitam, sehitam warna tubuhnya. Maap lah, mas..jadi ga kliatan ni kalau pake headset.
Beberapa kali kemudian, aku perhatikan, lha memang orang Black itu, mungkin darah dalam tubuhnya penuh irama, jadi bicara apa pun, suasana gimana pun, mereka "ekspresif', dengan tubuh yang meliuk-liuk, tangan berayun, leher menggeleng, mincek-mincek dan seterusnya. Pokoknya, suara dan tubuhnya full irama lah.Jadi, rapper-rapper terkenal itu, rasanya ga perlu latihan banyak menari, karena sehari-hari, mereka sudah "menari."
Satu lagi, ketika aku di toko Marshall, huih, tokone guedene puol, sepanjang mata memandang adalah deretan -deretan pakaian tergantung. Puyeng aku, tenan... Di Indonesia pun aku benci masuk toko yang rumet penuh barang gini. Salah-salah bisa pingsan nih aye..
Sementara suami dan anak-anakku di deretan lautan baju, aku mojok di counter kelompok art, pernik-pernik, gitu, tapi ya deket juga sama deretan baju-baju bayi.
Lha kok aku dengar orang bicara, yang aku duga pasti bicara per telpon, sambil cegukan. Cegukannya gak tanggung-tanggung, nyekek banget, layaknya penyanyi dangdut memainkan cengkok dalam lagunya, tapi juga agak-agak "tersiksa".
Aku deg-degan, karena aku pikir perempuan itu, jangan-jangan perlu pertolongan. Bukankah kita bisa dipersalahkan, bila mengetahui orang lain dalam bahaya, tapi kita diam saja?
Ni aku contohin dia ngomongnya, dalam bahasa Indonesia, "Hei, broe.. (brother), aku lagi di Marshall nih (ceguk..), Iya, aku lagi mau cari baju hangat buat bayiku (ceguk..), ohh, tidak..tidak, hanya beberapa baju (ceguk..), oke lah tak mengapa, sebentar juga selesai (ceguk..)
Cepat-cepat aku masuk ke lorong di mana perempuan itu berada, dari jarak beberapa langkah aku perhatikan, ga langsung aku tanya kenapa cegukan, apa butuh pertolongan...He..he.., dasar Black! Dasar manusia penuh irama! Bener dah, dia baik-baik saja, kagak cegukan, tapi memang aksen bicaranya, kayak orang cegukan. Huahh..huahh..cepek pula daku ni..
Salam Black!North Carlin Spring
Arlington, Virginia,
Dian
Di sini jam 11.59, Dzuhur, hari Kamis 12 November 2009
Sisa Fall menuju Winter
Sunday, November 22, 2009
EduRantau: NGINTIP
Posted by Dian Nugraheni at 10:54 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment