Roda
pesawat menyentuh ujung landasan, kegembiraan menyeruak diantara keletihan yang
memuncak. Bandara JFK New York telah menyambut kedatanganku. Ingin segera
kukabarkan pada ibu, pada paman, bahwa aku telah menjejakkan kaki di tanah
Amerika.
Aku berjalan keluar pesawat, kuikuti
penumpang sambil berjalan pelan lewat lorong-lorong panjang. Kulihat
wajah-wajah gembira diantara beberapa bule yang habis pesiar. Hatiku deg -
degan, Hendro melihat kecemasanku dan ia berusaha menenangkanku.
Bandara
JKF adalah salah satu bandara tersibuk di dunia, berbagai maskapai dari segala
penjuru dunia datang dan pergi tak pernah henti. Tak lama kami sampai pada
antrian panjang mengular di loket-loket imigrasi. Ya demikianlah suasana ketika
para penumpang keluar dari pesawat. Kami menggerombol dalam satu barisan dan
aku mencoba bersikap rileks diantara teman-teman pelaut, aku persis di belakang
Hendro. Aku was-was andai visa pelautku ketahuan.
Petugas
Imigrasi di depanku adalah seorang lelaki kulit hitam usia 50an, dan kulihat
Hendro sudah lolos pemeriksaan. Aku maju ke depan sambil menekan rasa ketakutan
jangan-jangan visa pelautku ketahuan. Dengan mencoba berlagak ramah aku menyapa
petugas imigrasi dengan sopan, sekaligus menunjukkan sikap sigap seorang
pelaut.
Petugas
itu membolak balik pasporku dan mencocokkan datanya. Aku menunggu dengan
was-was. Ia menanyakan," Kamu penggemar New York Yankee?", lantas aku
jawab suka walau aku tak tahu apa yang dia maksud.
Ketika
si petugas itu menunjuk ke arah topi yang kupakai berlogo NY, aku baru paham
bahwa mungkin itu yang dimaksud. Sambil manggut-manggut aku mengulangi dengan
antusias," I like New York Yankee .... I like New York Yankee."
Dan
dari balik loket kudengar ia mengatakan, "Welcome to America
.....Sailor"
Hatiku
plong. Bergegas aku melangkahkan kaki menuju pintu keluar Terminal Kedatangan
sambil menarik tas bawaan. Langkahku terasa ringan seolah semua beban dan
kekhawatiran yang selama ini menggelayutiku hilang. Tak menyangka setelah mengalami
jalan terjal berliku dan berat, semuanya kini terasa mudah dan ringan.
Tiba-tiba udara dingin
menerpa wajahku, kuhirup udara sisa-sisa musim dingin yang membuat hidungku
tersengat. Aku menggigil kedinginan. Ya aku baru pernah merasakan dingin yang barangkali
enol derajat. Alih-alih menuju ke kantor kapal pesiar kita berbelok arah ke
terminal bis di China Town, New York. Kami akan meneruskan perjalanan ke
Washington D.C yang memakan waktu empat jam.
2 comments:
Boleh dong aq juga mau jump ship.. saya dari jogja..
Saya anak kpl pesiar juga ingin jump ship bisa dibantu gak bang?
Post a Comment