Bulan Agustus
adalah bulan yang istimewa bagi masyarakat Indonesia di Amerika. Kedutaan Besar
Republik Indonesia di Washington, D.C selalu mengadakan rangkaian acara meriah
menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia, hari suka cita karena telah terbebas dari
belenggu penjajahan. Upacara bendera terasa sangat khidmat. Kulihat serombongan
Pasukan Pengibar Bendera yang terdiri dari anak-anak SMA dan Perguruan Tinggi;
dengan seragam putih-putih peci hitam tampak gagah, dalam langkah tegap dan
semangat tinggi mengiring bendera Merah Putih, dalam gerakan seirama dan
disiplin tinggi bak tentara maju ke medan perang, membusungkan dada, sungguh
membuat diriku bangga.
Lagu Indonesia
Raya yang biasa kudengar kini terasa sangat beda di telingaku. Atmosfer
kerinduan akan tanah air sangat kental kurasakan. Ternyata jarak 14.000 km yang
memisahkan aku dengan bumi pertiwi sanggup melelehkan air mataku. Mungkin betul
air mataku tak berkaitan dengan rasa haru atas jasa para pahlawan yang telah
berjuang mati-matian mempertahankan bumi pertiwi, atau mungkin tak ada
kaitannya dengan rasa heroik ketika Bung Tomo meneriakkan kata merdeka. Sungguh
air mataku meleleh karena teringat kampung halaman dimana aku menghabiskan
masa-masa kecilku. Rumah kecil dekat pematang sawah yang dikelilingi rerimbunan
pohon bambu selalu menghadirkan keteduhan di teriknya siang, dengan suara
gesekan dedaunan yang tertiup angin, sambil memandang hamparan sawah yang mulai
menguning sungguh merupakan sebuah simponi alam yang indah. Sebuah kedamaian
kecil yang kini seolah hilang dalam hidupku.
***
Hari Minggu
aku bersama Oki, Asnawi, Rinto, Arif dan Bang Herdy bersiap diri pergi ke acara
Bazar 17 Agustus di Wisma Indonesia di daerah Tilden. Aku mematut diri di kaca
dengan baju batik yang sengaja kubawa dari Indonesia. Di depan apartemen
Kampoeng Melajoe kulihat rombongan mbak Yanti yang menempati kamar 127 mengarah
ke stasiun Dupont Circle. Siang yang cerah dimusim panas menebarkan keceriaan
dalam diri. Pakaian kebaya bordiran warna warni, rambut yang disanggul rapi,
mereka berceloteh sambil tertawa gembira.
Sepanjang
jalan Tilden di daerah Uptown menuju Wisma Indonesia di kediaman Duta Besar
Indonesia telah penuh mobil yang parkir di kiri kanan jalan. Banyak orang
Indonesia di area DC Maryland Virginia tak ingin ketinggalan acara setahun
sekali ini. Mereka ingin mencicipi masakan Indonesia yang dijajakan stand-stand,
ada sate Padang, gudeg Jogja, lontong sayur, empek-empek Palembang, bakso sapi,
dan masih banyak lagi makanan yang bisa mengobati rasa rindu kita akan selera
asal, rasa masakan yang dikenalkan oleh orang tua kita semenjak kecil. Rasa
lezat dan gurih yang telah tertanam dalam memori otak kita.
Acara bazar
juga dimeriahkan Panggung Gembira yang ramai diisi oleh ansambel musik
anak-anak, lagu-lagu Batak, tarian khas daerah seperti Tari Merak, Tari Bali,
juga Tari Saman. Tak ketinggalan musik tradisional Jawa Gamelan ikut
mengalunkan lagu Kebo Giro dengan perpaduan bunyi kenong saron sesekali tabuhan
ringan kendang, dan si penabuh gong yang menabuh gong kecil berulang-ulang, aku
tercengang ketika yang main kebanyakan bule. Mereka benar-benar menikmati
bermain gamelan. Aku bangga dengan mereka yang ikut melestarikan seni budaya
Indonesia, juga para penggiat seni yang sudah memperkenalkan kesenian Nusantara
ke manca negara.
Memang tak ada karnaval mobil
hias di sini, atau parade tukang becak yang beratraksi dengan roda sebelah
diangkat, atau lomba panjat pinang yang selalu membuat gelak tawa. Acara 17an
di Wisma Indonesia adalah tempat "klangenan" setahun sekali. Ya ..
Indonesia kecil telah hadir di Wisma Indonesia yang asri dan dipenuhi oleh pepohonan
tinggi. Tempat dimana kita bisa bertemu dengan sesama orang Indonesia,
berkenalan, atau mencari teman bahkan pacar. Acara yang paling ditunggu-tunggu
tiba, terdengar panggung dihentak irama dangdut dari para pemain band lokal.
Tanpa dikomando para pengunjung mendekat ke panggung. Kulihat mbak Supiyati
meliuk-liukkan pinggulnya mengikuti irama lagu, tangannya mengajak yang
malu-malu untuk ikut bergoyang. Segala jenis goyangan hot dan heboh lantas
meramaikan panggung hiburan. Merekapun larut dalam kegembiraan. Sungguh
Indonesia kecil hadir lagi secara nyata hari itu dan setidaknya bisa mengobati
rasa rinduku pada tanah air.
No comments:
Post a Comment