Wanita setengah baya berkulit hitam itu bernama Crystal,
karena kepalanya plontos, mengkilat maka orang-orang menambahkan Ball, jadilah
ia bernama Crystal Ball alias Bola Kristal. Nama yang sangat indah.
Kalau
tak kenal Crystal Ball, siapapun pasti mengira ia seorang laki-laki tulen. Perawakannya
kurus pendek, teteknya hampir tak ada, gaya bicaranya lantang, mudah marah, dan
rokok tak pernah lepas dari mulutnya. Apabila dari mulutnya tercium bau
alkohol, maka perangainya makin runyam. Caci maki dan sumpah serapah dalam
bahasa "slank" paling kotor keluar bertubi-tubi dari mulutnya. Ibarat
senjata api yang menyalak dalam perang kota Baghdad, si Crystal Ball mengutuk
siapa saja secara membabi buta. Barangkali semua orang sepakat bahwa si Crystal
Ball punya problem mental alias sakit jiwa.
Crystal
Ball adalah bagian dari komunitas Dupont Circle daerah trendi downtown
Washington DC. Ia bisa berada di hingar bingarnya Club dan Bar di sisi jalan.
Lantas berpindah ke trotoar Cafe dan Restoran segala masakan. Entah ia menjual
narkoba atau sekedar minta sebatang rokok, atau hanya sekedar meramaikan
suasana antrian masuk Bar, diantara muda-mudi yang berpakaian gemerlap, seronok
memperlihatkan belahan dada rendah, make up tebal dan setengah mabuk. Ya .. daerah
Gay dan Lesbian di Washington D.C. menawarkan aneka kegembiraan, daerah yang
tak pernah sepi, daerah dimana pasangan bercengkerama di keremangan bangku
taman, atau bersama homeless dan pengemis yang lelah tertidur di
rerumputan taman, atau membaur dalam gelak tawa di Bar hingga dini hari.
Perkenalanku dengan Crystal Ball sungguh tak sengaja. Waktu
itu siang hari cerah di musim panas aku sedang duduk santai menikmati lalu
lalang orang di undakan depan restoran tempatku bekerja. Tiba-tiba si Crystal
Ball lewat trotoar dan berhenti tepat di mukaku sambil marah-marah. Ibarat
angin topan yang datang tiba-tiba, dia meneriaki dan menuding-nuding aku dengan
kata-kata kasar fucking bitch, berulang-ulang tanpa sebab apa-apa.
Aku hanya celilian bengong menggelengkan kepala.
Orang-orang yang lalu lalangpun ikut bertanya dalam hati, mungkin aku bikin
gara-gara. Yaa sebuah awal perkenalan yang tak mengenakkan. Selanjutnya kalau melihat
dia aku memilih untuk menghindar, biar tak kena maki-maki lagi.
Celakanya pada suatu hari dalam kondisi yang tak bisa
kuhindari, aku berpapasan dengannya di trotoar. Aku berusaha menyapa dia dengan
lagak ramah dan tak kuduga dia membalasnya dengan senyuman. Lagaknya seolah
kawan lama, ia memanggilku dengan sebutan sweety alias si manis.
Kutawarkan sebatang rokok untuk mengusir canggung dan ia
dengan gembira menyambutnya. Sambil basa-basi kutanyakan dimana dia tinggal dan
dia menjawab tinggal di komunitas orang hitam di daerah South East, Washington
DC. Tempat yang angker karena tingkat kejahatannya yang tinggi dan hampir tiap
hari terdengar suara pistol menyalak. Perampokan, pencurian dan perang narkoba
antar geng, Breaking News TV lantas menyiarkan seseorang terbunuh lagi hari ini
di South East.
Crystal Ball bercerita bahwa sesama orang hitam selalu ada
rivalitas. Diapun tak ingin disamakan dengan orang hitam asal Afrika, ataupun
dari Jamaika. Ia mengaku keturunan suku Indian. Kakek moyangnya adalah suku
Cherokee yang hidup sepanjang Georgia - Carolina - Tennesse dan punya naluri
berburu hebat. Gara-gara cerita tentang perburuan, si Crystal Ball berjanji
kepadaku bahwa suatu saat dia akan menghadiahkan sebuah busur panah kebanggaan
suku Cherokee. Memang benar dia kemudian menepati janji - tapi sayang apa yang
kubayangkan sebuah busur panah yang kekar dan bagus ternyata (dia
sempat-sempatnya) hanyalahlah rangkaian busur panah dari ranting pohon dengan
di kedua ujungnya disambung seutas tali. Dalam hatiku aku tertawa melihat
hadiah dari dia. Itu mah kerjaan anak SD bikin panah-panahan.
Aku tertawa dalam hati, tapi dengan senang hati pemberian itu
aku terima. Dan Crystal Ball berjanji suatu saat ia akan membuatkan anak
panahnya.
+++
+++
Crystal
Ball tak punya pekerjaan tetap. Kadang ia membantu membersihkan kaca di toko grocery
milik orang Korea, atau mengelap meja kursi di kedai Sandwich, atau menyapu
trotoar sepanjang blok. Kalau kutanya siapa yang membayarmu untuk menyapu
jalanan, dia hanya menjawab tak ada yang membayar. Dia melakukan untuk
kebersihan lingkungan. Rasa peduli lingkungannya kuacungi jempol. Di sini orang
dilihat dari partisipasinya dalam komunitas sosial. Kadang ia mampir ke
restoran dan memberikan sebotol bir kepadaku. Atau memberikan baju bekas yang
diambilnya dari box tempat pengumpulan barang bekas.
Kubayangkan
si Crystal Ball adalah seorang pesakitan mental yang mencoba bertahan hidup. Ia
selalu berkata dan mengulangi pernyataannya, " somebody gonna kill me."
Dan entah siapa yang akan membunuhnya aku tak tahu. Pernah dia menuding pemuda
gelandangan kulit putih yang lagi asyik mengorek sisa makanan di tempat sampah.
Barangkali siapa saja bisa jadi tertuduhnya, suka-suka dia.
Sore
hari kulihat di seberang jalan di depan pintu hotel si Crystal Ball sedang
marah-marah dengan petugas Doorman dan manager hotel. Kulihat mereka saling
otot-ototan tak ada yang mau mengalah. Tak lama polisi datang melerai dan
membawa Crystal Ball pergi. Beberapa hari kemudian ketika aku bertemu dengannya
ia menceritakan bahwa ia dituduh meludahi pegawai hotel. Sedangkan dia
beralasan saking antusiasnya berargumen ludah muncrat dari mulutnya. Sejak
kejadian itu ia mendapatkan notice dari polisi tak boleh mendekati hotel
tersebut. Dalam komunitas Dupont Circle dia dipandang sebagai seorang relawan
sosial sekaligus "trouble maker". Sungguh sangat absurd.
***
Setiap bertemu Crystal Ball selalu mengeluh padaku tak punya
uang. Kemudian ia merajuk dan minta uang kepadaku. Dan entah sudah berapa puluh
kali jawabanku selalu sama, " I don't have money. I'm broke"
Lantas aku mengeluarkan bungkus rokok dari saku celanaku dan
kutawarkan padanya. Ia menyambut gembira sambil mengambil sebatang dan aku
menyalakannya. Masalah uang pun akhirnya lupa dan kita basa-basi ngobrol.
Pertemananku dengan Crystal ball dilihat teman kerjaku sangat
aneh. Terutama oleh si Kepala Chef Mr. Chong, yang notabene benci banget dengan
si hitam plontos itu. Suatu malam ketika Mr. Chong pulang kerja dia mendapati
ban mobilnya robek ditusuk pisau di pelataran parkir. Mr Chong lantas
menghubungkan kejadian itu dengan ulah si kepala plontos yang beberapa hari
lalu diusirnya karena masuk restoran dalam kondisi mabuk dan teriak-teriak
minta ketemu Mr. Tan pemilik restoran.
Suatu hari Crystal ball sengaja datang menghampiriku di
restoran dan tiba-tiba dari saku celana ia mengeluarkan duit 20an dollar dan memberikannya
kepadaku. Aku kaget dan bertanya," Uang ini untuk apa?".
"This is for you .. Sweety ..."
" No ... No ..no .. I am fine", aku
menolak dengan halus.
" Keep it ... Keep it sweety ... Jangan menolak
pemberianku."
Sekali lagi aku menolak dengan halus sambil mengatakan bahwa
aku masih ada sedikit uang untuk hidup. Tak kuduga Crystal Ball berubah marah
atas penolakanku. Barangkali yang dia pahami aku selalu bilang tak punya uang
ketika ia meminta. Sekarang ia punya uang dan ingin berbagi tetapi aku menolaknya.
Sambil ngomel-ngomel dengan suara keras ia memaksa aku untuk menerima
uang pemberian itu. Sungguh sangat absurd berurusan dengan Crystal Ball.
Akhirnya uang 20 dollar kuterima sambil aku mengucapkan terima kasih. Dia
langsung ngeloyor pergi.
Chong san si head sushi chef yang melihat kejadian itu
memperingatkanku untuk waspada kalau-kalau uang itu hasil penjualan narkoba dan
suatu saat aku bisa tersangkut masalah hukum karena pemberian uang itu. Bisa
jadi uang itu terkait dengan sebuah jaringan peredaran narkoba.
+++
Ada satu hal
yang bikin aku risih ketika bertemu Crystal Ball, kini ia sok akrab dan minta
peluk. Pernah ia mengecup pipiku dengan tiba-tiba saat kami berpelukan. Aku
kaget setengah mati. Lantas kubayangkan ketika Crystal Ball mau ditangkap
polisi tempo hari. Tiga polisi memakai sarung karet dengan susah payah
menaklukkan ia yang meronta-ronta seperti banteng terluka. Walau kecil
tenaganya perkasa. Ia juga sempat mencakar salah satu polisi hingga berdarah.
Gelandangan yang hidup di jalan bisa jadi kotor, jorok, tak pernah mandi,
pecandu narkoba, atau habis onani.
" Give
me a hug sweety ...", katanya manja.
" I'm
sweat ... I'm sweat ...", aku menolak dengan halus sambil memperagakan
badanku keringatan dan bau. Akupun buru-buru masuk restoran bilang sedang
sibuk.
Malam hari di
belakang restoran kulihat Crystal Ball bersandar di tembok dan meracau nggak
karuan. Entah mabuk minuman keras atau ganja yang jelas dia mabuk berat. Dalam
keadaan setengah sadar dia mulai meneriaki orang-orang yang akan menuju ke
Omega Bar dengan sebutan Congo Army. Istilah itu sangat kasar bagi orang
yang mendengarnya, istilah yang menggambarkan segerombolan orang-orang
bersenjata di Kongo Afrika yang sering bikin teror, menggedor rumah-rumah,
merampok serta (dapat dipastikan) memperkosa penghuninya dengan sadis. "Fuck
my ass .. Congo Army - bitch!!! .... Fuck my ass .. Congo Army - bitch!!! "
Crystal Ball
si trouble maker tak hanya sekali ini saja mabuk berat. Pada suatu malam di
tengah - tengah trotoar depan restoran kulihat si Crystal Ball sedang
menepuk-nepuk pantatnya dan mengacungkan jari tengahnya ke udara. Gerakannya
seperti mengejek seseorang, dengan menepuk pantat dan mengacungkan jari tengah
yang melambangkan bahasa "fuck my ass", tapi ia mengejek
kepada siapa aku tak tahu. Barangkali kepada burung - burung di angkasa atau
makhluk UFO yang lewat.
Aku baru
menyadari ketika tiba-tiba melintas sebuah helikopter dengan lampu sorotnya dan
si Crystall Ball mengulangi gerakannya memamerkan pantat sambil menepuk-nepuk
dan mengacungkan jari tengahnya, ternyata dia sedang mengejek helikopter polisi
yang sedang patroli di udara. Aku tertawa melihat tingkah polahnya.
Lain waktu
pada suatu malam Crystal Ball pernah membuat seorang gay mendapat masalah
gara-gara melihat si Crystal Ball sedang tergeletak di trotoar dekat klub malam
khusus gay. Beberapa orang yang lewat berhenti, mencoba mendekat dan
membangunkannya. Si Crystal Ball tak bergeming, kerumunan orang makin banyak,
saling berbicara dan kemudian salah satu gay atau barangkali banci yang
berlagak genit cemas menelpon 911.
Tak berapa
lama datang sebuah mobil ambulan beserta truk pemadam kebakaran. Empat orang
paramedis mendekat ke arah Crystal Ball yang tergeletak. Kerumunan orang makin
banyak. Aku yang melihat kejadian itu menduga-duga barangkali si Crystal Ball
mabuk hingga tak sadarkan diri, atau barangkali ia terkena serangan jantung.
Kulihat paramedis memakai sarung tangan dan mulai memegang tubuh Crystal Ball,
memeriksa denyut nadinya. Salah satu paramedis itu menggoyang-goyangkan tubuh
Crystal Ball.
Tiba-tiba si
Crystall Ball melek. Terjadi pembicaraan singkat antara mereka, tak lama ia
bangun dan ngeloyor pergi. Kulihat ia tak mabuk, juga tak berkata-kata
kasar seperti biasanya. Ia juga tak terlihat sakit. Mungkin ia hanya kelelahan
saja dan tertidur pulas di pinggir jalan.
Paramedis yang
melihat kejadian itu hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecut. Mereka
lantas memberi kode kepada para pemadam kebakaran untuk bisa pergi meninggalkan
tempat. Orang-orang yang berkerumun mulai membubarkan diri. Si gay yang tadi
menelpon 911 kulihat sudah kabur entah kemana. Barangkali dia nggak mau kena
urusan dengan "panggilan telpon palsu"nya.
Restoran mau
tutup aku mulai bersih-bersih dan membuang sampah. Kulihat Crystal Ball masih
berada di belakang restoran, bersandar di dinding dalam kondisi mabuk berat.
Yang bikin aku tercengang, dia tengah memelorotkan celananya dan kencing sambil
berdiri. Air kencingnya ndlewer kemana-mana. Celananya basah. Aku
membayangkan kembali ketika ia memeluk dan mencium pipiku, aku jadi gigu.
Ingin rasanya membasuh pipiku berulang-ulang hingga bersih. Ingin rasanya
buru-buru mandi. Sungguh sangat absurd.
No comments:
Post a Comment