Kunjungan Pada Seorang Teman: Endro
Ketika mataku melihat sosoknya yang gempal, garang bertatto dan sedang asyik mengutak atik sesuatu maka kudekati ia dan aku menyapa,"Sedang apa, Ndro?", ia lantas menjawab "Lagi iseng mbenerin mesin jahit." Dalam hati aku heran bahwa Endro yang berkarakter garang, "brangasan" alias preman,dan itu jadi "trade mark"nya selama ini -- ternyata bisa juga telaten. Tak selamanya ia menunjukkan sifat kemrungsung, tergesa-gesa dan meledak-ledak, ternyata ia punya sisi ketekunan yang mampu merunut rumitnya konfigurasi mesin jahit yang punya engsel gerak lebih dari duapuluhan (penjelasannya).
"Boleh kufoto Ndro? "
" Nggo ngapa?", tanyanya. "Di upload nang FB Ndro. "
" Wis.. Siki apa critamu Ndro", tanyaku.
" Crita apa lah ... Wis ngeneh njagong. Arep ngopi apa ngeteh?", Endro menghentikan pekerjaannya memperbaiki mesin jahit.
" Kopi baen Ndro, kane. ... O ya angger ana ... gendul Ciu Ndro.", Aku setengah bercanda meminta sebotol ciu karena kutahu bahwa Endro adalah pecandu alkohol. Tiap hari ia harus menenggak minuman keras agar bisa menjalani hidupsecara normal, tubuhnya tak gemetar, konsentrasinya tak kacau. Saking tinggi mabuknya, atau saking kecanduannya, ia selalu mengatakan mau beli Chivas dulu (untuk menyebut merk ternama Chivas Regal), padahal setelah kutahu apa yang dimaksud Endro Chivas adalah Ciu Vlastikan alias ciu dalam bungkus plastik, ciu Cikakak yang murah meriah tapi nyodok di kepala -- aku tertawa mendengarnya.
Bisa dibayangkan ketika hidup tak bisa lepas dari alkohol, berarti selama sehariania menjalani kehidupan sosialnya dengan bau alkohol menyembur dari mulutnya.Bagi Endro ia cuek-cuek saja tapi bagi orang lain yang berhadapan dengannya,dengan gaya bicara Endro yang sedikit "mengintimidasi", suara ceplas ceplos seolah mercon meledak di siang bolong, atau umpatan "pejuh-ngasu"nya, tentu akan berpikir seribu kali untuk meladeninya. Pernah ketika ia mengantar teman SMAnya (mbuh sapa) ke dukun untuk meminta ajian pelet atau (entah)kesaktian, dan Endro (dengan yakin) punya "feeling" dalam mabuknya bahwa dukun itu menipu, maka secara refleks ia segera berkacak pinggang didepan dukun itu sambil memuntahkan sumpah serapahnya," Dukun dobol!!!"
Kutukan Endro makin tak tertahan dan terdengar diantara para pasien mbah dukun yang menunggu giliran sowan. Untuk menghentikannya mbah dukun itu lantas mengajakEndro ke ruangan lain dan bicara memohon - mohon untuk tak mengganggu prakteknya sambil mbah dukun menyelipkan beberapa lembar puluhan ribu ke tangan Endro. Dan Endro melenggang sambil cengengesan.
Aku mendengar ceritanya dengan serius. Juga ketika ia bercerita "dalam pengaruh alkoholnya" ia melakukan "solo karir" memprotes kenaikan BBM, dengan hanya bercawet dan melumuri sekujur tubuhnya dengan cat hitam. Ia kemudian berjalan ditengah jalan raya Pasar Wage. Bisa dibayangkan Endro membuat lalu lintas jadi macet, polisipun buru-buru mengamankannya. Atau ketika dalam pertunjukan wayang oleh dalang Enthus orang-orang berebut untuk foto bersama, Endro malah menolak kecuali ia berfoto bugil bersama dalang Enthus.
+++
" Nyong wis mari nginum ..Aku sudah berhenti minum ... sudah jalan 5 bulan.",jawab Endro kalem.
" Temenan?... Beneran? Ora dobol?", tanyaku kurang yakin. Aku membayangkan bagaimana seorang Endro yang sudah puluhan tahun hidup dengan alkohol bisa berhenti. Bahkan kalau tak minum ciu ia tak bisa menjalankan kendaraan ketika profesi pekerjaannya dibalik kemudi, dan sangat "ndrawasi" ketika tahu ia nyupir sambil mabuk, tapi jujur aku pernah mengalami ia nyetir mobil sangat halus dan titis ketika dalam pengaruh alkohol. Tapi aku tetap khawatir membayangkan kala itu ...
"Sumpah!!! Aku sudah berhenti ...", tegas Endro.
Saking surprisenya aku ingin mengabadikan Endro dengan The Last "botolterakhirnya", lantas aku menuju ke sudut ruangan pada tempat koleksi botol minuman kerasnya, yang berisi botol berkelas seperti Jack Daniel, Chivas Regal,Vodka, Johnnie Walker, yang kata Endro (bangga) bahwa botol-botol itu ia koleksi ketika ia habis meminumnya bukan sembarang nyomot dari tempat sampah atau botol bekas milik orang. Kuambil botol Jack Daniel dan kuserahkan kepadaEndro dan ia berpose dengan "manisnya".
"Critakan kenapa kamu berhenti minum.", kataku semangat. Tapi aku segera berubah pikiran. "Sebentar, aku pingin tau dulu ceritamu, kapan pertamakali mengenal miras."Aku pingin mengira-ira sebetulnya berapa tahun Endro sudah kecanduan alkohol. Seberapa lama darahnya dialiri "banyusetan", melayang-layang dalam dunia kegembiraan, dan seberapa berat livernya telah menahan beban alkohol dan tidak juga mengeras seperti batu. Lantas Endro bercerita asal muasal ia mengenal minuman keras. Kakeknya mbah Joyo dulu adalah pensiunan polisi yang cukup terpandang di Karesidenan Banyumas. Koleksi minuman keras kakeknya hadiah dari kolega dan pengusaha yang merasa aman goleman terlindungi banyak menumpuk di lemari. Suatu hari Endro mencoba sesloki Martini yang rasanya sepet manis dan ketika ia mulai merasakan tubuhnya enteng melayang-layang, ia berlari kesana kemari menikmatinya serasa terbang. Ia menambahkan se-sloki lagi, dan tak butuh waktu lama dia berkeyakinan bahwa ia telah menemukan surga kenikmatan. Ia kemudian memberikan kabar gembira ini kepada teman di sekolahnya: Engki dan Sobri, dan dijawab oleh mereka di toko Hasil atau Nusantara banyak dijual minuman seperti itu. Dan mulailah diusia muda Endro mabuk. Ibunya tak tahu Endro mabuk, Endro selalu bilang "kesambet setan" untuk menutupi limbung gerakannya, atau tak teratur nada bicaranya. Ibunya cemas. Lain waktu ibunya selalu menanyakan botol - botol gepeng apa itu yang ada di kamarnya dan dijawab oleh Endro itu botol "jamu". Maka oleh ibunya botol-botol"jamu" itu diminta dan dipakai untuk memperindah taman dengan menanamnya melingkar diantara tanaman - tanaman kesukaan ibunya. Kala itu ia masihSMP kelas satu.
"Sekarang crita .. Kenapa kamu berhenti minum?", tanyaku.
"Aku berhenti minum bukan karena minuman alkohol itu haram, dosa! Biar seribuKyainglarang! Atau kakangku! Atau biyungku menasihati.... aku tak pernah menggubrisnya.", Hendro menjelaskan dengan lantang.
Kalau Endro sudah membuat statemen seperti itu pasti ada sesuatu yang lebih heboh,lebih garang dari itu." Livermu kena?", tanyaku. " Ora, aku sehat-sehat baen." "Trus apa?", tanyaku.
Dan beginilah ceritanya:
Alkisah Endro menceritakan lima bulanan lalu ia mengantar anaknya berenang. Endro yang katanya dulu di masa SD pernah belatih renang serius bersama perenang-perenang profesional mengawasi anak-anak berenang sambil mabok di pinggiran kolam. Ia terlihat santai sambil menghisap rokok Sampoernanya.
Tiba-tiba dari tengah kolam renang, anak-anak berteriak minta tolong. Endro melihat salah satu anak gelagapan diantara kerumunan itu. Diamat-amati ternyata itu anaknya.Tanpa pikir panjang ia terjun dan berenang ke tengah kolam. Nah titik baliknya di sini, kata Endro dengan tegas. Waktu berenang ke tengah kolam tiba-tiba merasa dadanya sesak, ia merasakan sulit bernafas, bahkan ia merasakan hampir mati. Saat ia bersusah payah ingin menolong anaknya yang terkena kram perut, saat itu pula ia merasa tak berdaya untuk segera menolong anaknya. Akhirnya dengan susah payah ia berhasil membawa anaknya ke pinggir kolam. Endro terengah-engah dengan wajah merah. Dalam "feeling" mabuknya (ia sering dalam kondisi mabuk membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya) ia berkeyakinan " Ora lucu mbok -- gara-gara mabok aku ra teyengnylametna anakku?" Enggak lucu kan gara-gara mabuk aku nggak bisa menyelamatkan anakku. Endro yang jago renang tak bisa menyelamatkan anaknya yang kram perut di kolam renang. Apa kata dunia? Begitu kira-kira kata Jendral Nagabonar kalau sampe kalah dengan kumpeni. Dan saat itu juga aku memutuskan untuk berhenti minum.
Endro melanjutkan ceritanya, minggu-minggu pertama adalah masa yang paling menyiksa dalam hidupnya. Badannya gemetar hebat, ia tak bisa konsentrasi apalagi dibalik kemudi. Ia menjadi fisik yang lemah. Bahkan saking niatnya untuk berhenti minum alkohol ia melakukan ritual mandi air es di subuh dini hari. Dan betul kata Endro, setelah seminggu stop ia mulai bisa berenang tanpa dada sakit, dua minggu ia sudah kuat bolak-balik kolam renang. Dan diminggu ketiga Endro yakin bahwa dengan berhenti minum alkohol ia akan bisa mengembalikan kebugaran fisiknya di kolam renang.
Demikianlah Endro, selama ini aku menerka perilaku agresif nya akibat pengaruh alkohol, tapi nyatanya Endrotetap bercerita seperti dulu, dengan nada meledak-ledak, heboh, diselingikata-kata kotor keluar dari mulutnya. Yang beda darinya sekarang, ia kinitampak lebih segar raut wajahnya. Dan menurut Endro: kini hidupnya lebihteratur ...
No comments:
Post a Comment