Monday, January 11, 2010

HumoRantau: Kutunggu Duda-mu

Di jalur Pantura sebuah truck Pasir menyalibku. Kulihat di bak belakang ada tulisan berbunyi "KUTUNGGU DUDA MU", dengan gambar seorang laki-laki berwajah tampan. Aku penasaran, barangkali supirnya wanita cantik. Lantas kukebut mobil dan berusaha menyalipnya. Setelah kutengok ternyata supirnya laki-laki 'melambai' berdandan genit sambil teriak: Sepoooong mas ...!!!
(by Janu Jolang)

Friday, January 1, 2010

KultuRantau: TUTUP.., DAN BUKA...

Hingar bingar tiup terompat di jalanan, konvoi bersepeda motor dan than thin than thin layaknya "juragan klakson".., he2...

Pesta malam, menjelang jam 00.00, bakar ayam, bakar singkong, dan sebagainya..Nyalakan kembang api..byarr..byarr..byar.., horeee.. Ga boleh..? Bo...lehhh...

Ada yang bikin janji dalam hati, apa yang akan dilakukan mulai tahun baru ini.., ada yang bikin rencana hitam di atas putih untuk target ke depan..bla..bla..bla..

Ada juga orang-orang yang tenang-tenang saja, karena punya pendapat, tahun baru atau lama, sama saja, karena hari-hari berjalan dengan begitu saja. Maksudnya, bukan tak punya niat atau harapan, tapi, bagi orang-orang seperti ini, yang ada adalah niat baik tiap saat, mengisi detik-detik waktu dengan sewajarnya, mensyukuri, dan menyadari akan arti mempertanggungjawabkan dari semua yang dijalaninya.. Boleh juga kan..

Ada beberapa hal yang aku tandai dengan datangnya tahun 2010 di Amerika ini. Kabarnya, mulai tahun 2010 ini, negara bagian California mempelopori untuk MELARANG penggunaan bahan-bahan makanan transfat di restoran-restoran.. What...?!!

Halow, teman-teman ahli gizi dan nutrisi, tolong koreksi bila ini tidak tepat ya.., makasih sebelumnya... Ini aku terangkan secara "bodo" aja ya, jadi bukan keterangan yang terlalu ilmiah.. (guenya yang gak nyandak..he2..). Jadi, transfat terjadi karena ada proses pengolahan bahan makanan, melalui proses hidroginasi, atau gampangnya, mengikutsertakan rantai proses makanan secara kimiawi, yang membuat bahan-bahan makanan itu berubah bentuk atau wujud, rasa, dan kadang juga merubah fungsi.

Misalnya, vegetable oil, diproses menjadi bentuk "padat", macam margarin, gitu.., Nah, kalau sudah jadi margarin, mungkin rasanya akan jadi salty alias ada rasa asin, bentuknya juga tidak cair, dan secara fungsional, sepanjang yang aku tahu, margarin bisa membantu membentuk tekstur makanan tertentu menjadi lebih lembut, misalnya bila digunakan untuk membuat cookies, kukies..alias kue kering.., donat, dan tentu saja cake...

Atau, mentega putih, yang biasa kita miksing dengan gula halus atau sirup gula, pewarna dan lain-lain, jadi krem untuk penghias kue tar itu lho...Kalau bentuknya masih oil, minyak, cair.., kan ga bisa ya buat bikin hiasan kue tar gitu..

Tapiiii..., tapiiiii, ya itu tadi.., bahan makanan yang sudah melalui proses pengolahan sehingga berubah bentuk atau wujud, rasa, dan kadang juga fungsinya itu, ternyata, merekalah yang dituduh sebagai pemicu naiknya kandungan LDL alias Lemak Buruk dalam darah. Akibatnya ya "kolesterol tinggi", jantung coroner..bla-bla-bla..

Dan bicara tentang minyak (goreng), sepanjang yang aku baca, ternyata lagi.., yang mengandung lemak buruk adalah minyak yang berasal dari kelapa, alias coconut oil, minyak sawit alias palm oil. Sedangkan bahan makanan lain, adalah daging-daging yang berlemak dan keju. (Jadi terjawab kan, kenapa cuma makan gorengan, banyak orang mengeluh, ternyata kolesterolnya "naik"..).

Bahkan dalam sebuah brosur tentang makan sehat, disarankan, gantilah keju dengan beberapa iris avocado alias alpukat (di sini alpukat dihaluskan untuk dressing atau saus sandwich, saus salad, atau diiris untuk dimasukkan dalam roti isi, Sushi, dan lain-lain.., mereka akan terperangah melihat kita blender alpukat untuk dibuat jus, yang ditambah gula dan susu tuh..he2..).

Bila kita mengabaikan soal kandungan zat-zat penyebab naiknya LDL itu, sebenarnya, untuk pelaku kuliner, bahan makanan transfat ini banyak membantu mereka untuk bisa membuat tampilan makanan menjadi lebih cantik, dan lebih nikmat.

Tapi karena negara bagian California, memandang hal tersebut sebagai pemicu utama naiknya prosentase orang kena penyakit, terutama, jantung koroner, maka, dilaranglah restoran menggunakan bahan makanan ini..

Orang di Amerika gak akan klabakan mencari bahan-bahan makanan yang "zero fat" atau bahan makanan "organik". Yang jadi masalah adalah, bagaimana mempertahankan tampilan dan rasa makanan restoran yang "zero fat" tapi tampak dan terasa sebagai makanan yang "full fat"..he2..Syusyah kayaknya...

Tapi lagi, ini negara sungguh ketat, bila memang sudah ada aturannya, jangan coba-coba melanggar, karena akan selalu ada yang namanya inspeksi mendadak dari biro terkait, dan bila restoran yang bersangkutan melanggar, akan diberi peringatan, ditutup sementara, atau bahkan dibreidel alias ditutup paksa...

Sedangkan di DC, Washington, kabarnya, mulai tahun 2010 ini, mereka bukan cuma meminimalkan penggunaan kertas-mungkin ini sudah jamak, umum, udah program jadul- tapi akan memulai untuk meminimalkan penggunaan plastik (kresek), sebagai pembungkus belanjaan.

Jadi nantinya, groseri tidak akan kasih kita plastik, kecuali kita minta, dan bayar 5 cent per plastiknya. So.., siap-siap saja, bawa tas sendiri kalau kita akan belanja bulanan, atau kalau perlu, bawa karung goni..he2..gak lah ya.., karung goninya juga dah berat..

Mungkin teman-teman bayangkan, Amerika negara "bebas'.., he2.., yang bebas adalah, bebas berpikir, mengeluarkan pendapat, berkarya, bla-bla-blaTapi kalau keseharian, buanyak aturan yang kuetatnya minta ampun.., tapi kok ya orang-orangnya taat..

Misalnya, jangan harap kita bisa merokok di restoran, di Food Court mall, meski mallnya luas, di dalam apartemen.., ga boleh, boo..!Kalau mau merokok, silakan cari ruang terbuka, maksudnya KELUAR DARI RUANGAN.., dan nongkrong atau berdiri di luar apartemen, di luar mall, di luar restoran..Lha kalo pas Winter gini..brrr.., he2.., mang enyak, cuma mau udud aja kok mesti ndrodog kedinginan.. kapok ra...

Ngemeng-ngemeng soal rokok nih, meski ada aja produsen rokok di sini, tapi TAK SATU PUN, ada iklan rokok, baik terang-terangan maupun tersirat. Di Indonesia, beberapa iklan rokok menyuguhkan tampilan alam Indonesia yang luar biasa indah dan cantik..sampai-sampai.., asli deh..,aku sering bingung, "jane iki ngiklanke opo to..".., sebenarnya ini ngiklanin apa to...Ohh, ternyata ngiklanin rokok..waduh.., cuma ngiklanin "tembakau gulung" aja, kok, (mestinya) mahal banget to bikin iklan ginian..huihh...

Sebaliknya, banyak iklan untuk berhenti merokok, lengkap dengan hotline servicenya, untuk secara nyata bersedia membantu orang-orang yang pengen berhenti merokok.

Yaa, di sini kaum perokok dianggap kaum yang "dipinggirkan" dengan cara-cara pelarangan seperti di atas. Dan kalau mau tau, boleh percaya boleh nggak, yang nampak gak tahan, dan bela-belain keluar ruangan untuk merokok adalah..., kaum perempuan, terutama kaum Black..

Hoa..hoa..hoa.., whatever, Selamat Tutup Tahun Lama, Selamat Buka Tahun Baru ya.., buat teman-teman semua, semoga di hari-hari mendatang, kita semua akan diberi banyak kemudahan untuk menjalani tahun 2010...amin..amin..amin..

North Carlin Spring
Arlington, Virginia,
Dian Nugraheni
Di sini jam 1.23 siang, ketika Indonesiaku sudah melepaskan tahun 2009, 1 jam 23 menit lalu..

Thursday, December 24, 2009

EduRantau: RANKING

Rangking.., kata ini sering dipeributkan, bukan hanya oleh anak-anak sekolah, tapi, bahkan yang lebih heboh adalah..terutama, Ibu, Mamah-mamah dari anak sekolah itu. Tidak semua memang.., dan yang lebih banyak tidak ikut meramaikan kehebohan itu, aku nilai, sebagai orang tua yang tahu, dan menerima sistem yang sedang berjalan.

Kira-kira, kalau tidak salah ingat, sudah sekitar 3 tahun terakhir, yang namanya sistem rangking, tidak lagi dipakai, terutama di sekolah dasar. Alasannya apa, aku kurang paham...mungkin iklim sistem rangking ini tidak kondusif, bagi pemerataan, dan pemacu kemajuan belajar anak-anak, yang notabene mempunyai KEMAMPUAN dan BAKAT yang berbeda-beda.

Bagi aku, kalau sudah dibilang ga ada sistem rangking, ya ikuti saja sistem penggantinya. Yang aku ingat, format rapor pun diganti bentuknya.

Maksudnya, kan ga ada rangking, tapi ketika terima rapor, kok masih pada nanya, "anak saya "urutan" ke berapa di kelas, bu Guru.." he2..kagak puass aje ni Ibu kalau ga tahu di mana posisi anaknya. Trus kalau sudah tau anaknya urutan ke berapa, anak lain urutan ke berapa, jadi ribut.."lho, si X itu kan gak pandai, kok rangkingnya di atas anak saya.." Rame pula kan? Hiks..hiks..

Oke..mereka, Ibu-ibu itu, Mamah-mamah itu yang terlalu progresif, atau aku yang terlalu biasa-biasa saja, tak masalah. Bagi aku, bersaing, tidak harus menjadi sama dengan yang lain. Karena namanya PERSAINGAN, itu luasss banget, kagak cuma soal nilai rapor.

Soal rangking ini pun, pernah membuat anakku, si Kakak nangis bombay bak kehilangan kucing belangnya. Terima rapor kenaikan kelas, dengan bangganya, ditunjukkannya pada Eyangnya, karena nilainya, cukup baik.

Ngemeng-ngemeng,dengan nilai yang cukup baik itu, dia menduduki urutan 25 di kelasnya..what...??!!! Ya, rangking 25, dan aku sebagai Ibunya, tetap bersyukur.

Kenapa si Kakak nangis bombay? Karena si Adik Sepupunya, sama-sama naik kelas 6 waktu itu, tapi lain Sekolah Dasar, menduduki urutan ke 5 di kelasnya. Padahal, sehari-hari mereka les matematika bareng, seminggu 2 kali, kemampuannya ga beda jauh, sebelas setengah duabelas deh..

Lha kok yang satu urutan 25, yang satu lagi urutan 5..what's up?

Aku langsung bilang, karepku ki yo menghibur, "Kak, SDmu ki SD ngetab-etabi..whuampuh..sing ampuh ki ya terutama orang tua murid yang sangat progresif mendukung kemajuan anak-anaknya. Maka, kelasmu itu kumpulane wong sing pinter kabeh, podo oyak-oyakan prestasi. SD-ne Adik Sepupumu kuwi, lain..Coba kamu liat rapor Adik Sepupumu, lihat skornya, jangan lihat rangking..karena rangking gak jadi patokan, apalagi dengan lain SD.."

Karena gak mudheng omonganku, si Kakak masih membombay..dia sudah menunjukkan rapornya pada si Sepupu, sementara si Sepupu gak mau menunjukkan rapornya.

Acara bombay-bombay-an bertahan sampai 1 minggu, sampai ketika 2 anak perempuan bersaudara ini, ngobrol, dan si Adik Sepupu akhirnya bersedia membuka rapornya...Ternyata, si Adik Sepupu ini, skornya, total nilainya, 5 point di bawah si Kakak.

5 point di bawah si Kakak, dan si Adik Sepupu di SDnya urutan ke 5,dengan rata-rata 87.8 sementara si kakak di kelasnya rangking 25 dengan rata-rata 88.6

So.., mari kita kupas..
Salah tahu, salah duga, tentang nilai, rangking..ujung-ujungnya, bisa jadi..awasss..Ibu-ibu, Mamah-mamah.., anaklah yang jadi tumpuan. Bila rangkingnya "jelek" maka anak akan jadi tumpuan kesal, diomelin, dihardik, dibanding-bandingkan dengan temannya..dan akhirnya DITEKAN! Les ini itu di sana sini..wuihh...melas...Bu, Mah..

Nahh, celakanya, yang suka menekan ini bukan cuma Ibunya, Mamahnya, tapi juga terutama, Gurunya. Ngapa si Pak, neken-neken bocah..wedi ora pada lulus 100% apa? Ya, itu salah satu motivasi, Guru menekan murid untuk mendapat nilai bagus.

ya.., gak salah-salah amat sih, Bapak Guru. Tapi maksud aye, jangan menekan, tapi menumbuhkan motivasi meraih prestasi yang lebih baik.

Untuk hal ini, aku bahkan sempat adu argumen (he2..opo malah emosi) dengan si Bapak Guru.

Begini ceritanya:
Karena ada KKM- Kriteria Ketuntasan Minimal, atau nilai minimal yang harus dicapai anak untuk mata pelajaran di sekolah, ya aku ambil praktisnya saja, nilai si Kakak sudah cukup memenuhi, bahkan sedikit banyak melampaui KKM.

Kok rangkingnya 25? Ya karena teman-temannya yang rangking 1 sampai 24, nilainya berada di atas si Kakak...he2.., rata-ratanya, beda-beda tipis di atas 88.6 sampai yang terpandai, rata-ratanya sekitar 9,1.

Ketika aku bilang, "Ya sudah Pak, nilai anak saya cukup lah, meski urutan ke 25, itu bukan masalah bagi saya, dan saya cukup paham, apa dan bagaimana anak saya. Saya akan tetap pantau, moga-moga sampai UNAS, anak saya tidak mengalami hambatan yang berarti.."

Pak Guru bilang, "Ibu jangan berpatokan pada KKM, mestinya Ibu lihat Rata-rata Kelas, jadi anak Ibu harus di atas Rata-Rata Kelas.."

"Lho.., lha anda bikin KKM buat apa? Pajangan? Kalau memang kelas anak saya, kelas yang Bapak ampu, pintar semua, naikin dong KKMnya, karena KKM ini sifatnya kan ukuran minimal. Atau, hapus KKM, jadi pembandingnya cuma Rata-Rata Kelas saja,itu lebih fair, dan maaf ya Pak, setiap anak mempunyai kemampuan dan bakat yang berbeda. Saya tidak akan pernah menekan anak saya dengan berpatokan pada nilai anak lain. Pemikiran Bapak yang seperti itu, bagi saya, artinya, Bapak tidak bisa memahami kemampuan dan bakat masing-masing anak...Bapak cuma mau, kelas bapak "selamat" karena anaknya puintar semua...dan nanti lulus semua, gitu? Nehik lah Pak.."

"Lha nanti kalau masuk SMP kan bersaing Bu?"

"Bersaing macam apa Pak? Apa Bapak lihat, sudah mendata, anak-anak yang masuk SMP favorit itu, semua murni karena nilainya buagus? lha wong sistemnya gonta ganti gini, tahun kemarin masuk SMP pake tes, sekarang kagak, patokane malah nilai rapot..sapa tahu tahun depan cuma berpatokan pada "hasil wawancara" dengan orang tua, anda nyumbang berapa? Lima juta, sepuluh, atau limabelas? Jangan dibikin refoth lah, Pak..."

"Iya sih Bu.., tapi.."

"Kagak bisa dipegang, Pak..Dan kalau lihat perkembangan anak saya dari kelas satu, dia cukup konsisten dengan rata-rata nilai rapornya. InsyaAllah sampai UNAS saya akan maintenance minimal seperti itu. Tapi saya sangat tidak setuju kalau Bapak bilang, anak saya harus tergopoh-gopoh menyusul rata-rata kelas anak lain di atasnya. Kagak bisa Pak.., salah-salah, kalau saya menekan anak saya dengan cara begitu, anak saya malah down..sudah dibandingkan dengan kawan-kawannya, masih ditekan-tekan pula.. Jangan kasih anak beban melampaui kemampuannya, Pak. Dan khusus anak saya, saya tahu persis siapa dia. Mboten lah Pak..saya tidak gila rangking.."

"Masuk SMP? Ya ikuti sistem yang ada nanti Pak..kalau perlu beli bangku, tak beli semua 40 bangku," gitu kataku agak marah, he2.. Piye ki, kok njuk emongsieehh...(Padahal, yo duite sopo, duit gambar bagong, po..)

Jadi gmana ni...
Hualow..Diknas negara Indonesia, mohon, kalau anda berdalih bahwa pergantian sistem ini itu adalah demi perkembangan pendidikan di Indonesia, ya oke lah..tapi jangan bikin syusyah orang buanyak gini dong...

Mana sistem OTONOMI, sekarang kagak cuma di kampus doang,kagak cuma di Universitas doang, tapi juga di SD, SMP, SMU... Ayo podho oyak-oyakan le golet sumbangan.., bajindul..bajindul..Iki pendidikan, Pak, Bu, dan lulus SD tu baru 6 tahun lamanya sekolah. Padahal dulu ada Wajib Belajar 9 tahun, lha kok mlebu SMP nemen le susah ki piye..Nek muni wajib, yo gak sah ribut to, nyumbang brape, trus jadi patokan ketrima kagak!

Mungkin sistem Rayon, itu yang paling adil! Anak Indonesia, siapa pun, punya hak sama dalam hal ini!!! Marah ni aku..huhhh!!!

Dan, Tuhan berkata lain, si Kakak pindah ke Amerika sebelum UNAS, tapi karena sistem pendidikan di Amerika, SD cuma sampai kelas 5, maka Kakak langsung "mendadak akselerasi", naik ke kelas 6 Middle School, alias SMP. Lha, rak iyo to.., ra perlu ngomel nganti methentheng..manusia berusaha, Tuhan pula yang kasih keputusan..

Sing penting, sakmadyo, wajar..jujur, berusaha, ndonga, aja seneng "bikin kalah" orang lain dengan cara yang tidak baik...Wes ah, tak ra nesu-nesu.., mbokan ana sing gilapen..Kurang lebihnya mohon kritik dan saran, karena cerita di atas, murni..murni, pandangan saya secara pribadi...

North Carlin SpringArlington, Virginia
Dian Di sini jam 4.37 subuh, kancilen gak iso turu..
Tanggal 22 November 2009
Masih sisa-sisa Fall..

Thursday, December 17, 2009

CRAZY CRIME

KITA SERING TIDAK TAHU APA PIKIRAN (NIAT JAHAT) ORANG
Kalau semua orang bisa membaca pikiran atau dalam hati seseorang, tentu itu bisa mengurangi kebohongan, niatan jahat, dan tindakan keji seseorang. Tapi ini dunia nyata, bukan paranormal, dan kisah nyata di bawah ini adalah gambaran betapa kita tidak tahu apa yang tersembunyi dalam hati dan pikiran seseorang.

Sebut saja wanita kulit hitam bernama Veronica, 40an tahun punya niat mulia.

Ia pergi ke shelter tempat penampungan homeless di Washington DC dan bertemu dengan seorang gelandangan yang sedang hamil tua. Veronica lantas menawarkan baju hangat, makanan, dan tempat tinggal di apartemennya. Pucuk dicinta ulam tiba, si perempuan gelandangan itupun menyambut dengan gembira dan berapi-api. Ia merasakan sepertinya dewi penolong telah datang.

Tapi apa lacur, setelah tinggal di apartemen yang nyaman dan hangat, pada suatu malam, si Veronica mengikat tangan dan memplester mulut si homeless itu, dan gemblung ora waras!!! Ia mengambil pisau cutter dan mengiris perut si ibu hamil itu!!!.

Veronica menginginkan si jabang bayi itu.

Tak bisa dibayangkan bagaimana sakitnya ketika perutnya yang gembung itu diiris, air ketuban yang keluar dari sayatan pisau cutter, tapi ajaib si perempuan hamil itu masih bisa melepaskan diri dan lari dari kejaran Veronica.

Dengan menahan rasa sakit yang luar biasa, sambil kepayahan memegang bayinya yang sudah nongol dari perutnya, si homeless itu minta tolong.

Orang-orang melihatnya. Si Veronica kabur, polisi datang, disusul ambulance yang membawa si ibu hamil itu ke rumah sakit.

Kabar dari koran, si Ibu hamil dan anaknya bisa diselamatkan.

Dan si Veronica ketangkap di daerah Virginia.


Janu Jolang
Catatan Saku Imigran Gelap Di Amerika

Wednesday, December 16, 2009

EduRantau: MENYENTUH PRIBADI

Sebenarnya, bagaimana membuat anak mau mempelajari sesuatu, salah satu jalan yang harus ditempuh adalah, menumbuhkan motivasi. Dan motivasi ini, sifatnya sangat pribadi, individual ...
Inilah pintarnya sistem sekolah di Amerika menumbuhkan motivasi individu, salah satunya adalah dengan "MENYENTUH PRIBADI" masing-masing anak.

1. Kenali Dirimu Sendiri
Di awal sekolah, anak-anak diminta menuliskan pada selembar kertas separo folio, "APAKAH ARTI NAMAMU DALAM BAHASA ASALMU.." tanyakan pada orang tuamu, apabila kalian belum atau tidak memahaminya.

Nah.., langkah ini sudah membuat masing-masing anak surprise, bangga, dan merasa dirinya dihargai. Setelah menuliskan namanya, keesokan harinya gurunya akan membacakan di depan kelas, masing-masing nama anak dan artinya..

Bisa bayangkan kan..,pasti anak-anak ini senang, karena pastilah nama mereka indah, penuh arti..Bukankah orang tua memberi nama selalu mengandung arti dan harapan yang baik? (Untung kelas di sini adalah "kelas kurus", sekitar 20 anak per kelas, jadi gurunya gak capek-capek amat membahas satu-satu...)

Setelah itu, kertas yang berisi NAMAMU dan ARTINYA ini akan ditempel di kertas berwarna-warni, dihias,kemudian dipajang untuk beberapa hari di kelas masing-masing. Dan mereka, anak-anak ini akan saling memperbincangkan, bertukar cerita, tentang nama-nama mereka...

Lain hari, anak-anak diminta menggambar seekor ikan, seukuran setengah folio lagi. Pada badan ikan, dituliskan hal-hal yang berkaitan dengan pribadi anak, dan diminta mengisi jawaban tanpa bantuan orang tua.

Hal yang ditanyakan, adalah kurang lebih begini, misalnya, Nama : Almasita, I'm best at: Art, I see myself : (as an) Artist, People who support me : my mom, my dad, and my sister.
Besoknya anak-anak diminta bawa foto diri, kecil saja, di tempel di badan ikan. Tak lupa, lagi-lagi anak-anak diminta menghias ikannya seindah mungkin. Lain hari, gambar-gambar ikan ini sudah dipajang di tembok lobi sekolah, per kelas..

Dan, anak-anak exciting banget ketika orang tuanya jemput sekolah, "Mama, ini punyaku..."
Ini adalah salah satu usaha sekolah "mendeteksi", sebenarnya, apakah "special gift", bakat dari masing-masing anak...(Karena biasanya..biasanya lho.., kalau bapaknya jadi dokter, maka anaknya disuruh jadi dokter juga..he..he..).

2. Membaca
Di Amerika, hampir bisa dikatakan, orang-orang sangat dekat dengan yang namanya buku, bacaan. Di mana-mana terdapat perpustakaan bebas biaya, siapa pun boleh mendaftar, meminjam buku, dan seterusnya.

Di ruang londri, ketika seseorang menunggu cuciannya, di Food Court di mal-mal, di taman ketika matahari cerah, di kereta bawah tanah ketika orang berangkat pulang kerja.., yang paling lazim mereka lakukan adalah membaca.

Toko buku pun, di dalamnya ada semacam kedai kecil. Kita boleh ambil setumpuk buku, duduk di kedai, boleh pesan minum atau tidak sama sekali, dan boleh baca buku berjam-jam tanpa membeli. Dan gak usah repot-repot kembalikan buku ke raknya semula.., tinggal pulang aja, gak akan ada yang sakit hati atau ngedumel karena harus merapihkan buku-buku yang kita ambil tanpa jadi membeli.

Dan memotivasi anak untuk membaca ini, lumayan "memaksa" pada awalnya, tapi kemudian yang aku lihat, mereka telah mengalir dengan kebiasaannya membaca buku.

Aku bilang lumayan "memaksa" karena dari sekolah, anak-anak akan diberikan blangko berjuluk READING LOG. Isinya, ya seperti tanggal mulai dan selesai membaca, judul buku, Pengarang, dan ini yang penting : phrase mana, bagian mana yang menarik buat kamu dalam bacaan itu..

Jadi tiap hari anak-anak "wajib" membaca di rumah, untuk anak SD dijatahkan 30 menit, dan anak SMP 45 menit. Mereka bebas saja menuliskan, bagian mana yang menarik menurut mereka.

Dan hari berikutnya, Reading Log ini akan diperiksa Gurunya, dan diparaf. Untuk membuat anak-anak senang, kadang dihadiahi stiker, meski cuma gambar bintang segede kuku kelingking kita...Begitulah "pemaksaan" membaca ini dilakukan terhadap anak sekolah.

Dan awal memotivasi membaca bagi anak-anak ini tidak muluk-muluk,kok.. Bacaannya dipinjamkan dari perpustakaan. Bagi anak-anak yang belum lancar membaca, boleh dibacakan oleh orang yang lebih dewasa, seperti kakak, atau orang tuanya, atau mendengarkan bacaan yang sudah direkam, mungkin bagi yang Bapak Ibunya sibuk bekerja...

Tidak muluk-muluknya lagi, bahkan bagi anak SMP, Gurunya bilang gini, "baca buku sesuai kemampuanmu (berkaitan dengan kemampuan berbahasa Inggris yang terbatas bagi pendatang).

Apabila dalam satu paragraf, kamu menemukan 5 atau lebih kata-kata sulit yang kamu harus buka kamus untuk tahu artinya, berarti buku itu TIDAK COCOK buat kamu.." (maksudnya, ketinggian, boo.., cari dari yang lebih sederhana dulu..)

Artinya, usia berapa pun kamu, bacalah buku sesuai kemampuanmu, karena kegiatan membaca ini, UTAMAnya bukan untuk mempelajari vocab, kosa kata, tetapi adalah untuk kesenanganmu...Gimana, gak muluk-muluk, kan..?

3. Olah Raga
Di SD, pelajaran Olah Raga diberikan seminggu dua kali, tidak berseragam olah raga. Berkaitan dengan masalah cuaca, maka anak-anak akan olah raga di luar ruangan jika matahari cerah. Bila cuaca tidak memungkinkan, akan dipindahkan ke gym.

Olah raga anak SD juga masih "lucu". Seperti naik tangga tambang, berayun-ayun di tambang sepert Tarzan, lempar tangkap bola, dan diiringi musik pula.

"Tadi musiknya Michael Jackson, Beat it..," gitu anakku melapor.
Sedangkan di SMP sudah mulai agak "tertib", dan gak tanggung-tanggung, olah raga diberikan sebagai pelajaran harian, alias tiap hari ada olah raga.

Anak-anak mempunyai seragam olah raga. Dan yang diajarkan selama ini adalah "bermain" basket, atau Football (bukan Soccer) dengan bola oval.. Tapi ya itu tadi, olahrganya adalah "main-main", relaksasi, mengimbangan terhadap kerja otak yang sudah terperas untuk pelajaran seperti Matematika, Sains, atau IPS.

Di SMP tidak setiap hari, olahraga di lapangan atau gym. Ada kalanya diberikan pelajaran teori Olahraga di kelas. Teorinya juga bukan berapa ukuran lapangan sepak bola, atau berapa tinggi net badminton...(huih..paling sebel nih kalau disuruh ngapalin soal-soal kayak gini..he..he.., ingat gak kawan-kawan..).

Tapi lebih "menyentuh", misalnya, akan ditanyakan, apakah makanan kesukaanmu..Kemudian akan diterangkan mengenai kandungan nutrisi dan gunanya, seperti lemak, karbohidrat, vitamin, dan lain-lain.

Nantinya, anak-anak akan disuruh menghitung sendiri, berapa jumlah kalori yang terkandung, apabila dia mengkonsumsi makanan kesukaannya itu..

4. Pekan Karir
Setiap tahun ajaran, ada acara yang dinamakan Pekan Karir. Ini akan melibatkan pihak sekolah, dan juga orang tua, atau siapa pun sebagai voluntir.

Begini acaranya, para voluntir yang bersedia, akan datang ke sekolah, masuk ke kelas, dan menceritakan apa dan bagaimanakah mereka melakukan pekerjaannya.
Waktu itu, anakku yang SD menceritakan kembali di rumah, begini, "Tadi Bapaknya Carla Soto Gomez datang ke sekolah, di kelasku dia menceritakan, bagaimana dia menanam tumbuhan bunga. Dari biji, dari potong batangnya (mungkin yang dimaksud adalah stek), pake kompos, pake shovel, sekop, bla..bla..bla.."

Hari berikutnya, anak-anak diminta menggambar atau menulis uraian sederhana, tentang AKAN JADI APAKAH KAMU KETIKA DEWASA NANTI..?

Seminggu kemudian, karya mereka sudah ditempel per kelas di dinding lobi. Lucu-lucu.., khas anak-anak.., sangat menyentuh..

Ada yang nggambar kedai Dunkin Donat, kemudian ditulisnya, "Bila besar nanti aku akan menjadi pembuat donat di Dunkin Donat.." he..he.., pastilah anak ini Dunkin Donat mania..

Atau, ada yang nggambar Burger King, ada yang nggambar guru di kelas, dokter, arsitek, petani bunga (bisnis nursery di sini sangat bagus, karena seantero Amerika memerlukan perawatan taman secara berkala, kaitannya dengan pergantian musim...)

Atau ada yang menulis essay pendek, menceritakan keinginannya dalam tulisan, "Kalau besar nanti, aku akan menjadi guru, mengajar di kelas, bla..bla..bla.."

Indah.., indah.., sangat indah...

Nah, kalau anak SMP, Pekan Karir ini sudah mulai fokus. Selain mendatangkan voluntir, anak-anak juga akan diberikan contoh-contoh sederhana tentang apa dan bagaaimana nantinya karir yang mereka inginkan.

Ada yang bilang, ingin jadi ahli make up artist, maka akan diperagakan bagaimana mendandani muka orang secara artistik.

Ada yang bilang pengen jadi pemusik, pemain teater.., silakan, boleh diperagakan di ruang Teater.., disediakan berbagai alat musik dan panggungnya..

Atau yang ingin jadi apa pun.., ditawarkan, "Apakah kamu sudah bisa membayangkan apa dan bagaimana karirmu itu? Bolehkah kamu sampaikan..?"

Manis.., manis.., sangat manis...

Oke anak-anak seluruh dunia.., apa pun keinginanmu.., kenalilah dirimu sendiri.., berusahalah dengan segala kemampuanmu.., semoga tercapailah keinginan mulia kalian...

Woce.., itulah sekilas, apa dan bagaimana pelajaran di sekolah di Amerika disampaikan...
Senang bisa berbagi cerita tentang anak-anak.., kurang lebihnya, mohon dimaafken.., ya...


North Carlin Spring
Arlington, Virginia

Dian Nugraheni
Di sini jam 5.49 sore, hari Selasa 15 Desember 2009
Mendung dan dinginn...

Saturday, December 12, 2009

DuniaIbuAnak: MEMBIASAKAN DIRI

Membiasakan diri.., untuk banyak hal, apalagi hal yang baik, positif, memang memerlukan proses dan perjuangan. Seperti beberapa pandangan dan pengalamanku sehari-hari, mungkin hal yang kecil, ringan,sederhana. Aku tuliskan, ya.., buat teman-teman semua, mungkin ada sedikit gunanya, atau yang punya pandangan lain, silakah share, bagi-bagi, ini semua bukan bermaksud untuk menggurui.., ya to ..

Masalah anak-anak sekolah, dalam hal ini ya anak-anak sekolah usia Sekolah Dasar, karena anak-anakku masih duduk di bangku SD. Dalam usia ini keinginan mereka untuk banyak hal mulai berkembang pesat, dan juga masih sangat materialistik. Mereka sangat mudah untuk menangkap hal-hal yang nyata, bersifat kebendaan, dan tentu saja, sesuatu yang menyenangkan..

ya.., contohnya, dari pengen punya HP sendiri, pengen memiliki mainan yang canggih-canggih, dan lain-lain. Yah, korban iklan juga aku pikir..

Inilah kurang lebih sedikit terjemahan dari "the small world", buat anak-anak. Bagi mereka, yang ada adalah kasih sayang, nyaman, aman, senang. Karena itu adalah hal yang cukup sulit untuk menerapkan hal yang "tidak enak" bagi anak-anak, seperti penerapan disiplin, berusaha, berhemat, dan seterusnya ...

Tapi itu bukan berarti anak-anak tidak mau belajar hal-hal di luar "the small world" mereka. Hanya, mungkin caranya yang harus kita bantu carikan, agar sesuai dengan zona berpikir mereka. Kalau ini sudah "match", anak-anak pun akan dengan "smooth" mengalir, belajar tentang hal-hal yang lebih berat dari sekedar hal yang membuat mereka senang.

Inilah cerita itu..,
Dulu, waktu masih di Indonesia, anak-anakku dengan mudah mendapatkan "dunianya", misalnya main game semacam Timezone di mal, atau membeli apa pun yang mereka inginkan, karena selain ada aku, Mamahnya, mereka boleh jadi juga "disupport" oleh sanak saudara, seperti Tante, Bude, dan Eyangnya. Nyaman banget kan? Habis ke mal sama Mamahnya, besok sama Tantenya, besok lagi ikut Budenya, besok lagi ngajak Eyangnya..

Ketika pertama-tama main Timezone, aku belikan koin seharga 50 ribu rupiah, dan akulah yang pegang koin tersebut. Dua anakku ambil sedikit demi sedikit dari tanganku. Dan ketika aku bilang, "koin habis..main selesai.., pulang yok..

"Mereka masih nawar, "Beli lagi dong, Mah.."

Mana tega bilang TIDAK ? Maka aku beli koin lagi, dan gak terasa, seratus ribu melayang hanya untuk membeli koin..

Aku pikir, boros juga nih, kalau seminggu dua kali harus beli koin seharga ini..he2..pasti jatah bensin yang harus berkurang, karena jatah makan kan gak mungkin dikurangi..ya gak..

Lain waktu, aku berusaha berdiskusi dengan anak-anak, bagaimana untuk tidak membuang uang hanya untuk memuaskan diri sendiri yang kurang berguna. Mereka tampaknya cukup mengerti, meski ya, protes juga.

Akhirnya ketika mereka nagih buat main game di mal, masing-masing anak aku beri uang 25 ribu rupiah. "Terserah, mau buat beli koin, atau mau buat naik kereta, atau mau buat beli es krim.., gak boleh nambah.."

Dan mereka langsung ngabur beli koin, main game. Habis koin, mereka kembali mendatangiku, "Plis, Mah..tambah dong, sepuluh ribu aja.."

"Tidak, Nak..cukup sudah mainnya. Ini masih ada sisa uang 50 ribu jatah kalian, tapi gak boleh buat beli koin lagi. Mau buat beli apa?" kataku.

"Beli buku aja, Mah.." seru mereka.

Maka, masuklah kami ke toko buku, dan uang 50 ribu aku serahkan pada mereka. Aku cuma nungguin aja, mau liat, apa yang akan mereka buat. Ternyata, mereka beli komik Doraemon, dapat 4 buah. Ya, baguslah, meski yang mereka beli cuma komik...

Kali berikutnya, aku bilang, "Sekarang jatah main gak 3 hari sekali, tapi hanya ketika Mamah punya uang lebih..."

Mereka karuan saja protes, dan aku bilang, "kalaupun uangnya ada, tapi bukan buat foya-foya.., tolong pikirkan, nanti sekali waktu Mamah tetap kasih uang buat kalian, tapi gak banyak-banyak ..."

Dan ketika suatu hari, kembali aku beri mereka uang, ternyata, mereka dengan "rakusnya" kembali membelanjakan uangnya buat beli komik, buku bacaan anak-anak, dan stiker. Oke, tak apalah, masih lebih positif, ada perkembangan..

Dan yang gak aku sangka-sangka, kedua anak perempuanku, kelas 5 dan kelas 2 SD ini, di rumah sibuk sendiri, mencatat semua judul buku, dan memotong-motong stiker menjadi bagian-bagian kecil yang terpisah. Kemudian mereka ngaduk-aduk loker properti kreasi masakku, yang isinya antara lain berbagai macam kantong plastik dalam banyak ukuran. Dan mereka ambil plastik pengemas kacang bawang yang kecil-kecil tuh..

Ternyata mereka kemas stiker-stiker itu satu-satu, kemudian ditempel label harga, ada yang 800 rupiah untuk stiker yang besar, ada yang 600 rupiah, 500 rupian, sampai 150 rupiah untuk stiker yang terkecil.

Mereka juga minta dibuatkan stempel bertuliskan "Perpustakaan CedarAlma".., ya, aku turutin, mungkin biar bukunya gak tertukar dengan punya teman ketika dipinjam.

Apa yang terjadi ? Di luar pengetahuanku, ternyata mereka menjual stiker dan menyewakan buku bacaannya di sekolah..

Waduh..! Bisa jadi masalah nih kalau mengganggu ketertiban sekolah..Tapi ternyata mereka "pintar" juga, kegiatan jual menjual dan sewa menyewa mereka lakukan ketika waktu istirahat.

Gak tanggung-tanggung, tiap hari mereka bisa bawa pulang uang sekitar 30 ribu rupiah. Heleh.., ketawa juga aku akhirnya.., ada-ada aja nih (maksudnya, deg-degan, jaga-jaga kalau hal ini sampai mengganggu ketertiban sekolah, pastilah aku akan dipanggil Bapak Ibu Guru... )

Sampai di rumah, mereka akan mencatat pemasukan uang, dan ketika "dagangannya" habis, mereka minta aku antar ke toko untuk kulakan...

Lain waktu, mereka protes, "kok kita gak punya PS, Play Station, sih Mah..semua temanku punya, deh.."

Aku bilang, "Gak lah, Kak, Dek.., ntar kalau kita punya PS, Mamah takut kalian gak bisa berhenti main..malah gak belajar dan lain-lain.."

Dan ini kalimat protes yang lain, "bosan nih Mah.., di rumah mlulu..!"

Waduh.., perlu inovasi lagi untuk mengisi waktu luang nih..

He2.., dasar Emak-emak.., aku belanja di toko pernik, segala macam pita barang satu meter per satu warna, kain-kain flanel yang lucu-lucu warnanya, benang, kancing.., pokoknya yang gitu-gitu deh..

Sampai di rumah, aku main aja sendiri dengan properti baruku..gunting-gunting, jahit, masukkin kapas biar tampak 3 dimensi, hias-hias.., dan "Bagus, gak Kak, Dek..?" aku tunjukkan pada mereka.

Hiks lah.. Pucuk di cinta, ulam tiba. Akhirnya, dengan sangat terbata-bata mereka belajar membuat pola dari bentuk yang mereka inginkan. Tentu saja, bagi perempuan-perempuan kecil ini, bentuk Love, hati, adalah yang paling sederhana, mudah, dan indah. Dengan sangat hati-hati pula mereka membiasakan diri mereka untuk memasukkan benang pada jarum, dan menjahitnya tanpa melukai tangan.

Lagi-lagi, anakku yang "pedagang" itu bilang, "Jual, ya Mah.., kasih tali jadi gantungan kunci, nih..." Jawabku, "kamu harus bikin sampai rapih dulu, baru layak jual.."Tapi, dasar anak-anak, tanpa pengetahuanku, ternyata si Kakak sudah jual hasil karyanya ke teman-temannya, dan ketika "pesanan" bertambah banyak, dia bilang, "Plis lah Mah..bikinin ya.., ntar aku yang jual.."

Oke..Oke.., tampaknya kami cocok, aku bisa produksi, tapi "kelu" kalau harus bilang "mau beli gak..?" Tapi si Kakak yang biasa berdagang ini, kok bisa aja njual ke orang lain, aku juga gak ngerti gimana bahasa penawarannya. Bahkan dia mencatat dengan detil, begini misalnya, Pesanan : 1.Wahyu : Capung, badan hitam, sayap orange + kuning, 2. Nia : kupu, badan hijau, sayap hijau tua dan merah, 3. Gilang : kotak pensil, hitam putih, tulisan merah, gitu-gitulah...

Jadilah aku ikutan sibuk memproduksi pernik..

Bosan dengan jahitan, mereka bertanya lagi, "ada mainan baru gak..?"

Dan ketika mereka sekolah,aku, lagi-lagi belanja. Kali ini ke toko kecil di ujung jalan dekat trafficlight. Sudah berapa waktu aku sempatkan melirik toko ini ketika tertahan lampu merah. Aku "borong" tembikar kecil - kecil yang masih polos, dari harga 500 rupiah yang paling kecil. Ada bentuk tungku, kuali, wajan, piring, cangkir...Ingat gak, teman-teman, ini mainan kita ketika kecil dulu, ketika dunia main kita masih sangat sederhana,tembikar buat masak-masakan, petak umpet, loncat tali, yang sekarang sudah hampir semuanya digantikan dunia game yang bejibun macemnya tuh..Tak lupa aku beli kuas-kuas kecil, dan cat poster segala macam rupa.

Sampai rumah aku bilang, "Nih, mainan baru.."

"Buat apa Mah..kotor ah.." protes lagi deh..

Aku ambil lap, semua tembikar dibersihkan, dan ditempatkan di keranjang. Aku mulai beraksi, membuat cat dasar pada tembikar, mengeringkan, kemudian menggambarnya dengan bentuk sederhana seperti kelopak bunga, bentuk lingkaran, coretan..apa saja. Akhirnya jadilah sebuah piring tembikar yang cantik.

"OOhh.., begitu.." teriak mereka. Dan mulailah mereka menghabiskan waktu luangnya dengan melukis tembikar.

Kali ini aku bilang, "Gak usah dijual, Kak, Dek.."

Dan mainan ini gak cuma "laku" buat anak-anak perempuan, nyatanya ketika teman-temanku main ke rumah membawa anak-anak laki mereka, cowok-cowok kecil yang biasanya banyak bergerak lari sana sini ini, juga dengan asyiknya menggabungkan diri untuk bermain cat pada tembikar..

Ya.., ini cerita seputar bagaimana aku berusaha memenuhi salah satu kebutuhan anak-anak, yaitu bermain.. Selain gak boros-boros amat, ini akan menyita waktu untuk hal-hal yang positif, bahkan seingatku, mereka jadi sangat jarang bilang "koin buat game" atau minta PS, meski, sekali waktu aku ajak juga mereka main game di mal. Nah, kalau TV, karena aku gak langganan TV Kabel, mereka hanya boleh liat Asal Usul, Si Bolang, Si Unyil, atau yang semacamnya. Aku benar-benar sangat keras dalam soal nonton TV.Sinetron, No way ! Gak boleh sama sekali..Maaf, ya Nak..tidak ada bagus-bagusnya tuh sinetron yang buanyak macemnya itu, cuma bersolek, bicara keras, bergaul bebas, borju..kalian belum saatnya mengkonsumsi tontonan itu..

Sekarang, sampai Amerika, kegiatan "produksi" di rumah tetap berjalan, dengan segala kertas berwarna, kain beraneka rupa..

Dan ketika sudah jadi, he2.., mereka gak bisa jual ke temannya, gak boleh ada jual beli di sekolah..mereka pasang aja karya mereka di pintu kamar, di pintu lemari..puass dehh..

Selain itu, di sini anak-anak sekolah ada kewajiban membaca. Elementary School, SD, dapat jatah 30 menit, sedangkan Middle School, SMP, dapat jatah 45 menit sepulang sekolah, dan keduanya harus mengisi "Read Log" dari sekolah, yang keesokan harinya akan diperiksa oleh Gurunya, dan diparaf oleh beliau..

Lain waktu, aku akan tulis tentang budaya membaca, apa dan bagaimana, peran sekolah di Amerika dalam mewujudkan kebudayaan ini. Mereka sangat concern, peduli banget untuk "menghalau" anak-anak agar menggantikan waktu nonton Tvnya buat membaca. Di sini ada himbauan, nonton TV tidak lebih dari 2 jam buat anak sekolah...

Halow..Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak teman aye di Indonesiee.., kebetulan ini tentang anak-anak perempuan, bagaimana dengan anak laki-laki..? Yang punya pengalaman, baik tentang anak perempuan maupun laki-laki.., share ya..ditunggu dengan sangat dan hangat...Terimakasih banyak sebelumnya..


North Carlin spring,Arlington, Virginia
Dian
Di sini jam 12.11 siang, hari Jumat, 11 Desember 2009
Real Winter..brrr..deh ! Suhu sekian derajat di bawah nol skala Celcius..

Wednesday, December 9, 2009

EduRantau: ANAKKU BERKUNJUNG KE WHITE HOUSE

Ketika dapat selebaran dari sekolahnya SD Barret, kalau Ia kepilih sebagai salah satu murid yang akan mengunjungi White House, anakku bertanya," White House itu rumahnya Pak Obama ya?"

Aku menjawab," Iya."

" Apa dulu Pak Obama sekolah di Indonesia?", tanya anakku lagi.

" Iya."

Lantas aku meneruskan," Al, nanti kalau di White House ketemu Pak Obama, coba tanya dia, dia kan bisa bahasa Indonesia, tanyanya gini, Pak Obama, apa di White House ada bakso dan rambutan?"

Dan anakku menjawab sekenanya dengan logat banyumasan yang kental," Lah embuuuh lah, ngawur..."

Lho Pak Obama kan selalu bilang kangen makanan abang bakso dan nasi goreng keliling jaman dulu.

Anakku menimpali lagi, " Lah embuh ra ngerti."

Demikian sepenggal percakapan sebelum dia berangkat ke White House.

****

Dari website sekolahan anakku, kudapatkan informasi yang ditulis oleh bu gurunya yang cantik Miss Molly Toussan tentang kunjungan mereka ke White House:

This past week we visited the White House in Washington, D.C. While we didn't see President Obama, who was in Asia, we learned a lot and saw many of the rooms in East Wing of the White House.

Students wrote that they learned that John Adams was the first President to live in the White House; Dolly Madison saved the portrait of George Washington from fire during the War of 1812; and there are WAY more bathrooms in the White House than we would ever want to clean!

We also loved the plush red velvet of the China Room, the view from the Green Room, and the patient and knowledgeable staff at the White House who answered so many of our questions. Please note: President Obama does not play video games--he prefers basketball





Anakku berpose dengan baju pink kesukaannya

 
Site Meter