Sunday, November 22, 2009

EduRantau: NGINTIP

Mungkin teman-teman ga menduga, kalau di Amerika ini, di United State ini, bahasa Spanyol adalah bahasa kedua setelah bahasa Inggris. Malah kalau tak nilai-nilai, bahasa Spanyol lebih populer, lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, guru-guru di skul juga, kalau ngobrol, pake bahasa Spanyol.

Mungkin, ini berkaitan dengan sejarah jajah menjajah waktu jaman dulu (hiks..hiks.., ntar-ntar aku buka Wiki kalau ga Google untuk detilnya). Tapi intinya, bahasa Spanyol, it's most common lah.., gitu.

Dan tentu saja, terutama yang berkaitan dengan publik servis dan perdagangan, di mana ada keterangan dalam bahasa Inggris, pasti di bawahnya ditulis dalam bahasa Spanyol. Di sekolah juga demikian, apa pun, undangan, brosur, semua.., dalam bahasa Inggris, dan bahasa Spanyol.

Karena apa... Nah, ni beberapa cerita seputar bahasa, pengguna bahasa, dan aksen..Seperti sudah aku ceritakan pada Catatan terdahulu, bahwa Amerika adalah negara terbuka bagi multi bangsa dan multi ras, untuk masuk dan hidup di negara ini. Sebagian dari mereka adalah Legal Alien, masuk Amerika dengan prosedur lengkap, dan memiliki semua dokumen pribadi yang diperlukan untuk hidup, sekolah, dan bekerja di sini.

Tapi, sebagian lainnya, pemerintah Amerika pun menyadari, bahwa kurang lebih sekitar dua belas juta penduduknya adalah Ilegal Alien, alias masuk Amerika dengan berbagai cara yang tidak prosedural. Dan kabarnya, bagi Ilegal Alien ini, cukup aman lah, apabila mereka tidak melakukan tindakan kriminal, yang mengundang petugas berwenang, harus "menelusuri" asal muasalnya.

Bahkan kemarin aku lihat di TV, konggres pun menyebutkan perlindungan kesehatan warga, termasuk untuk kaum ilegal. Jadi, boleh dibilang, khususnya masalah sekolah dan kesehatan, Citizen (Warga Negara) maupun Ilegal Alien, adalah sama. Kalaupun ada yang membedakan, kemungkinan karena mereka "membeli" asuransi dari berbagai perusahaan, yang fasilitas bagi kliennya, sedikit banyak ada perbedaan. Kalau ini, masalahnya sudah masuk ke wilayah "dagang."

Masalah bahasa, sama, untuk anak-anakku yang berbicara asal bahasa Indonesia, pelajaran bahasa Inggrisnya dimasukkan dalam kategori LEP (Limited English Proficient), yang berarti bahwa anak-anakku diterima sebagai murid ESOL atau Speakers of Other Languages dan menerima fasilitas di kelas HILT (High Intensity Language Training), alias kursus bahasa Inggris tiap hari di skul, sampai dinyatakan bisa mengikuti kelas reguler.

Dua atau tiga tahun ke depan, diharapkan mereka akan sama mudengnya, sama cas cis cusnya, sama ngesesnya, dengan native, penduduk asli berbahasa Inggris. Di kelas ini anak-anakku sekelas dengan teman-teman pendatangnya, dari Afrika, negara Arab, Vietnam, India, dan lain-lain.

Makanya, aku pernah surprise, bahwa guru-guru di skul anak-anak, sangat "menghargai" bahasa Inggrisku yang terbata-bata dan non gramatikal, alias ga ngikutin aturan bentuk pertama, kedua, ketiga. Dan memang, sehari-hari di sini, juarang banget orang bicara bahasa Inggris dengan mengandalkan gramar atau tata bahasa yang tepat. santai boo, sama-sama kagak bisa bahasa Inggris ini.. Jadi bener Tukul, ngomong bahasa Inggris salah-salah, juga pede abiz..

Dan, kata orang yang sudah tinggal lama di sini, bilang, bahwa anak-anak kita yang sekolah itu, kursus bahasa Inggris itu, nantinya pasti jauh lebih pintar berbahasa Inggris, daripada emaknya dan bapaknya, yang di Indonesia pernah mati-matian kursus bahasa Inggris, bahkan sampai bertahun-tahun.

Ini sudah terbukti, sedikit banyak, anakku yang kelas tiga SD, sering membawa pulang vocab, yang sama sekali aku gak pernah pakai, dan aku harus bertanya padanya, "Artinya apa, Dek?"

Kadang pula, kita harus terkejut, dengan menyadari bahwa di Amerika ini, orang awam, banyak yang ga bisa bahasa Inggris. Nah lo.. gmana coba, hidup di Amerika kagak tahu bahasa Inggris?Banyak cerita, kalau kita lihat, banyak orang-orang Indonesia yang "nyasar" di Amerika ni. Aku bilang nyasar, karena, dari cerita mereka sendiri, bilang, bahwa semula, mereka adalah TKW yang dikirim ke negara -negara Arab, seperti Saudi Arabia dan Kuwait, kemudian majikannya pindah ke Amerika, dan ketika majikannya pulang kembali ke negara Arab, si Mbak-mbak ni dah kagak mau ikut Tuannya ke sana. Mereka sudah pintar membedakan, "lebih enak di Amerika daripada di negara Arab, lebih butuh dollar daripada dinar."

Jadilah si Mbak-mbak ini tinggal di Amerika, kerja pada orang-orang bule, dan menurut mereka, ini lebih baik.Kebanyakan mereka senang bekerja sebagai nanny, pemomong anak. Katanya, santai, ya bisa dibilang ga butuh skil,dan modal mereka cuma bilang "Dont eat..!" ketika anak momongannya mau menggigit sesuatu yang tidak boleh dimasukkan mulut. Cukup... Ga perlu tahu banyak kata, vocab..he..he..

Lucu lagi ketika aku ngantar anakku yang sekolah di SD, 10 menit jalan kaki dari apartemen. Memang sebagian dari mereka adalah orang-orang yang berasal dari Bolivia, Meksiko, Jamaica, Salvador, yang asli mati : berbahasa Spanyol!Kenapa aku bilang asli mati, coba?

Gini ni critanya...Pas aku datang ke skul, mau ngganti baju anakku dengan baju daerah untuk Parade waktu itu, aku nanya ke seorang Ibu, "where's the assembly room?" (maksudnya ruang ganti, untuk berdandan anak-anak).

Apa yang terjadi? si Ibu nyolek anaknya yang juga baru kelas tiga, dugaanku, si Ibu bilang sama anaknya, "Nduk, apakah kamu tahu apa yang Ibu ini (aku) bilang? Dia pakai bahasa Inggris, Mamahmu ini ga tau sama sekali, tolong jawablah..."Kemudian si Anak bilang padaku, "Maaf, Mamahku cuma bicara Spanyol. Oh, ruang asembli ada di ruang No. 1.." Aku bilang, "Terima kasih banyak, manis.."

Bukankah itu sama saja, tanpa bermaksud merendahkan bangsa kita sendiri, ketika seorang Jawa Tengah nggunung ketemu dengan orang Sunda udik... Sama-sama cuma bisa bahasa Jawa Tengah, dan cuma bisa bahasa Sunda totok, tapi ga bisa bahasa Indonesia...

Yang paling "indah" adalah kaum Black (jangan pernah sebut kata negro, karena ini artinya budak). Di Amerika, kaum Black cukup dominan jumlahnya. Lihat saja iklan-iklan di TV, kebanyakan modelnya orang Black. Mereka juga punya channel TV sendiri untuk acara-acara mereka. Black pun, akhirnya, kita bisa membedakan, dari bentuk tubuh dan bentuk mukanya, mereka itu Black dari mana. Black Afrika, Jamaica, Ethiopia, dan lain-lain..Dan kalau diamati bener-bener, kaum Black tuh wajahnya manis-manis, lho..He2, bener tuh kata orang Jawa, Hitam manis..hitam manis, yang hitam manis...(nyanyi mbuh lagune sopo...).

Soal orang Black, aku punya pengalaman yang cukup mengejutkan.. Pertama, ketika duduk-duduk di taman, "memburu matahari" ketika hari itu Arlington sunny day (ga tiap hari ketemu matahari, boo..).Waktu itu ada pemuda Black, berdiri, sambil berayun-ayun tubuh, tangan,kepala, dan juga kakinya "mincek-mincek" bagaikan ada pernya, sambil nyrocos berirama. Aku pikir, dia lagi ngerap, ber-acapela, tanpa penonton,..tapi kok terus nadanya tinggi, agak marah-marah, dan sedikit kata-kata kotor (macam F word gitu)...

Ealah, ternyata mas Black ni sedang bicara di telpon, pakai headset. Headsetnya ga kliatan, karena kabelnya berwarna hitam, sehitam warna tubuhnya. Maap lah, mas..jadi ga kliatan ni kalau pake headset.

Beberapa kali kemudian, aku perhatikan, lha memang orang Black itu, mungkin darah dalam tubuhnya penuh irama, jadi bicara apa pun, suasana gimana pun, mereka "ekspresif', dengan tubuh yang meliuk-liuk, tangan berayun, leher menggeleng, mincek-mincek dan seterusnya. Pokoknya, suara dan tubuhnya full irama lah.Jadi, rapper-rapper terkenal itu, rasanya ga perlu latihan banyak menari, karena sehari-hari, mereka sudah "menari."

Satu lagi, ketika aku di toko Marshall, huih, tokone guedene puol, sepanjang mata memandang adalah deretan -deretan pakaian tergantung. Puyeng aku, tenan... Di Indonesia pun aku benci masuk toko yang rumet penuh barang gini. Salah-salah bisa pingsan nih aye..

Sementara suami dan anak-anakku di deretan lautan baju, aku mojok di counter kelompok art, pernik-pernik, gitu, tapi ya deket juga sama deretan baju-baju bayi.
Lha kok aku dengar orang bicara, yang aku duga pasti bicara per telpon, sambil cegukan. Cegukannya gak tanggung-tanggung, nyekek banget, layaknya penyanyi dangdut memainkan cengkok dalam lagunya, tapi juga agak-agak "tersiksa".

Aku deg-degan, karena aku pikir perempuan itu, jangan-jangan perlu pertolongan. Bukankah kita bisa dipersalahkan, bila mengetahui orang lain dalam bahaya, tapi kita diam saja?

Ni aku contohin dia ngomongnya, dalam bahasa Indonesia, "Hei, broe.. (brother), aku lagi di Marshall nih (ceguk..), Iya, aku lagi mau cari baju hangat buat bayiku (ceguk..), ohh, tidak..tidak, hanya beberapa baju (ceguk..), oke lah tak mengapa, sebentar juga selesai (ceguk..)

Cepat-cepat aku masuk ke lorong di mana perempuan itu berada, dari jarak beberapa langkah aku perhatikan, ga langsung aku tanya kenapa cegukan, apa butuh pertolongan...He..he.., dasar Black! Dasar manusia penuh irama! Bener dah, dia baik-baik saja, kagak cegukan, tapi memang aksen bicaranya, kayak orang cegukan. Huahh..huahh..cepek pula daku ni..


Salam Black!North Carlin Spring
Arlington, Virginia,
Dian
Di sini jam 11.59, Dzuhur, hari Kamis 12 November 2009
Sisa Fall menuju Winter

Wednesday, November 11, 2009

DuniaIbuAnak: SI PEREKAM YANG HEBAT

Anak-anak, mereka punya media rekam yang luar biasa dalam otaknya, khususnya dalam masa perkembangan usia balita. Secara umum, kita sudah sampai pemahaman bahwa para anak ini, mampu belajar, bahkan sejak dalam kandungan ibunya.

Dan sebagai Ibu, yang sangat tertarik pada makhluk yang namanya 'anak', syukurlah, aku pun sedikit banyak, 'merekam' perkembangan mereka, khususnya anak-anak yang kukandung, dan kulahirkan. Puji Tuhan juga, aku punya pengalaman melahirkan dengan 2 jalan, satu anak lahir dengan proses normal,3.6 kg, satu anak lahir dengan proses seksio Sesar, 2.6 kg (bukan karena bayinya terlalu besar tapi karena posisi 'sungsang').

Aku yakin, Ibu-ibu di Indonesia, pada jaman sekarang, sudah sangat banyak mendapatkan pencerahan tentang apa dan bagaimana memandang anak dan segala masalahnya. Banyak aku lihat ibu-ibu muda, mungkin juga banyak diantara mereka adalah wanita bekerja di luar rumah, ketika hamil, mereka penuh semangat (bahkan mungkin malah jadi punya semangat'lebih') menjalani semua peran dalam hidupnya. Berangkat kerja, bahkan di kota besar macam Jakarta, bagi yang tidak terlalu beruntung, ibu-ibu hamil ini harus turun naik ganti kendaraan umum,sedikit mengejar bus agar tidak tertinggal, berdiri di bus karena tak kebagian tempat duduk, dan tentu saja bekerja, di tempat mereka sehari-hari bergelut mencari nafkah. Dalam kesibukan dan perjuangan yang demikian tinggi, para ibu hamil ini tetap sangat memelihara janin dalam kandungannya, dengan berusaha makan dengan nutrisi cukup, meski banyak diantara mereka yang terkena sindrom muntah-muntah berlebihan,kehilangan selera makan, dan lain-lain.

Mereka juga tak segan-segan membawa mesin kecil pemutar musik, dengan headset tertempel di telinga, memutar musik Mozart untuk janin di perutnya, atau musik-musik lain, tergantung selera..,konon kabarnya, musik semacam 'musik klasik', bila diperdengarkan pada ibu hamil, akan mampu merangsang pertumbuhan kecerdasan otak sang janin. Atau, sang calon ibu, sesekali akan mengelus perutnya, seolah dia membelai bayinya, sambil mengajak sang bayi 'bicara'. "Nak, ini naik metro mini, gak enak ya, ngebut ni supirnya.., sumpek, penumpang penuh.., maaf ya, sabar, sebentar lagi sampai rumah, kita mandi, makan, dan santai, deh," itu salah satu kalimat yang aku lontarkan pada janin usia 6 bulan di perutku, yang 'berontak' ketika aku ajak naik metro mini yang memang, tidak nyaman. Ibu-ibu hamil juga disarankan, peduli pada suasana 'mental' dirinya sendiri, karena hal itu akan sangat mempengaruhi perasaan si janin.

Suasana mental-pengertiannya sangat luas- harus didorong untuk selalu 'positif', bahkan Kakekku dulu bilang begini, "Orang hamil, hatinya harus selalu suci. Tidak boleh jahat pada siapapun. Jangankan jahat, berpikir jahat pun tidak boleh. Harus selalu berserah diri dan berdoa, bla-bla-bla..."

Pokoknya, pada intinya, hamil itu suatu kebaikan yang sangat istimewa, maka harus dijalani dengan segala sesuatu, lahiriah maupun batiniah, yang istimewa pula, karena kita semua mengharapkan, bayi kita berkembang secara istimewa, kan? Bukankah semua orang tua mengharapkan bayi yang sempurna? Sehat lahir batin, dan seterusnya...

So, dalam perkembangannya, meskipun belum bisa bicara, bahkan sejak bayi lahir, dia akan langsung 'merekam untuk belajar apa pun'..hebat bukan ? Yang ingin aku sampaikan di sini, bahwa kita, para orang tua, dan lingkungannya harus tetap menjaga agar anak, berkembang sesuai dengan haknya.

Dalam perkembangannya, bayi, anak-anak, akan belajar. Dalam belajar itu, ada unsur disiplin, kasih sayang, pengakuan terhadap harga diri, dan lain-lain. Sekali lagi, tolong selalu ingat, janin, bayi, anak-anak, adalah perekam yang sangat hebat..., pembelajar yang sangat progresif.., dengan daya serap tinggi, mereka akan melihat, mendengar, merasa, berpikir, bereaksi, dan mengeksplore terhadap apa pun yang diterimanya, hal-hal baik, maupun hal-hal yang tidak baik.
Itu yang mereka belum mampu bedakan, baik dan tidak baik, boleh dan tidak boleh.., pelajaran mereka belum sempurna untuk mengerti norma.

Kemarin dulu, aku sempat membaca satu kalimat seperti ini, "Tahukah anda, seringkali anak-anak akan melupakan apa yang anda PERBUAT, tapi, anak-anak tidak akan pernah melupakan apa yang DIA RASAKAN ketika kita melakukan perbuatan terhadap mereka..."

Jantungku terasa berdegup sangat berat untuk sesaat.., dan menengok banyak ke belakang.., kira-kira, yang kita PERBUAT terhadap anak-anak, lebih banyak baiknya atau bagaimana? Kira-kira, yang DIRASAKAN anak-anak atas perbuatan kita terhadap mereka, lebih banyak baiknya, atau macam mana?

Dari kilas balik yang sangat-sangat banyak itu, ada satu hal yang sangat membuatku menangis, bahkan sampai hari ini..

Begini ceritanya, ketika anakku kedua lahir, aku memutuskan untuk jadi ibu pengurus anak sepenuhnya, hal pertama yang aku lakukan adalah berhenti bekerja di luar rumah, karena inilah faktor utama, yang menyebabkan aku jadi tidak punya banyak waktu bertemu anak-anak (Dulu aku masih di Jakarta, boo, brangkat jam 6 pagi, pulang sudah jam 7 malam, belum lagi macet, bla-bla-bla...).

Dalam perkembangannya, secara umum, anak-anakku normal, tapi, satu hal yang keduanya cukup mengesalkan, adalah, masih harus disuapi ketika makan nasi. Mending ga makan dari pada harus makan sendiri.Jadilah aku harus sering mengalah untuk satu hal ini, daripada mereka terus-teruan ngemil ketika lapar. Ini terjadi sampai anakku yang kecil usia sekitar 5 tahun.

Susahnya, jam lapar mereka tidak sama, ketika kakaknya lapar, adiknya masih full, dan seterusnya. Jadi sering kali, aku suapi kakaknya duluan. Dan sering makan si kakak tidak habis, biasanya yang tersisa adalah nasinya. Karena sayang, sesering itu pula makanan sisa ini aku simpan, dan nanti ketika adiknya lapar, biasanya aku berikan pada adiknya, kadang aku tambahkan sayur atau lauknya.

Bagi aku, hal ini masih masuk akal, karena nasi yang sisa yang aku simpan adalah nasi 'kering', bukan yang sudah terendam kuah sayur dan lain-lain. Tapi sadarkah anda, "si Perekam Hebat"ini, anak-anak ini, menyimpan hal itu dalam memorinya, dengan sangat kuat?

Ketika kira-kira satu jam setelah si Kakak selesai makan, kemudian aku tawarkan makan pada sang Adik, "Dek, makan ya..."
Jawabnya, "gak, ah, belum lapar.."
"Tapi Adek belum makan dari tadi, ayo Mamah suapin..."
"Gak mau lah, ntar aja," jawabnya agak ngeyel. "Aku ntar bilang kalau sudah lapar."
Ketika itu si Adik sedang duduk di kursi nonton Tom and Jerry, aku sedikit memaksa, "Ayolah, Mamah suapin, oke?"

Si Adik memandangku sambil bilang begini, datar-datar saja ngomongnya,tapi rasanya bagaikan terhunus pedang di ulu hati, "Memang ada nasi sisa Kakak...?" (Aku terpaku menatapnya tak berkedip...)

Ya Tuhanku, tolong ampuni aku.., aku langsung simpuh dan menjatuhkan kepalaku di pangkuan Si Adik, aku tidak ingin menangis. Adik tidak senang melihat Ibunya menangis. Aku cuma memeluknya, beberapa detik kemudian kulepaskan ketika si Adik bilang, "Sumpek lah Mah, aku lagi nonton TV ni..."

Aku ke kamar mandi , "Tuhan, betapa tidak adilnya aku pada anak-anakku. Aku sudah melukai PERASAAN si Adik..." Aku menangis sampai puas.., cuci muka dan lain sebagainya, kemudian aku samperin lagi si Adik, aku simpuh sambil bilang, "Adek tidak harus nunggu sisa Kakak ketika mau makan.., semua makanan boleh dimakan Kakak dan Adek. Maafin Mamah ya, Mamah gak punya maksud kasih Adek makanan sisa Kakak...Sekarang, Adek sudah lapar belum? Pengen makan apa?"

Si Adik memandangku, memegang mukaku, dan menciumiku (itu memang kebiasaannya), "Aku gak pengen makan nasi, aku mau makan bakso."
"Oke, kam on girls.., kita beli bakso..," seruku.
Dan dua gadis kecilku berebutan mencarikan Kethu Lettoku, kacamata, dompet, dan kunci mobil. Empat hal itu harus selalu ada ketika aku akan mengendarai si Ngatini, Katana merahku, Kethu Letto berfungsi untuk melindungi rambutku agar yang sudah keriting ini tidak semakin gimbal ketika tersapu angin (buka kaca, ga pake AC, ngirit bensin, kek..kek..kek..), dompet, ada STNk dan SIM, dan duit, boo.., kacamata, ya memang sudah sangat minus dari jaman kapan tau,dan kunci mobil tentu saja. 4 hal utama, dan keempat-empatnya, amat sangat sering aku lupa, di mana naruhnya.., he-he, sdikit tua, pikun, dan yang jelas (ssstt...malu sama anak-anak), kurang disiplin meletakkan barang-barang.

Aku nyetir pelan sambil bernyanyi bersama anak-anak, lagu-lagu 'ngawur' yang kadang membuat anak-anakku terganggu dan protes. Si Kakak, biasanya tidak akan terlalu berkomentar, karena dia kurang memperhatikan hal-hal detil, tapi si Adik akan bilang begini, "Mamah ni kalau nyanyi, nadanya bener tapi kata-katanya salah semua.." begitu komentarnya ketika aku nyanyi.

Aku menatap dua gadis kecilku dari kaca spion, damai melihat mereka begitu riang.., sambil aku berkata dalam hati, "Maafin Mamah ya, Kakak, Adik, Mamah pasti sangat banyak kekurangan, mungkin juga sering gak sengaja melukai perasaan kalian. Mamah tau, seorang anak, sangat wajar jika salah, tapi kalau mamah-mamah, sebaiknya berpikir ulang untuk melakukan banyak hal, ya kalau bisa jangan sampai salah terhadap anak-anak. Mamah akan berusaha untuk lebih baik untuk kalian. Tuhan tolong bantu kuatkan aku, Amin..."

"Hue.., jangan ucek-ucek kepala Mamah, sayang, lagi nyetir nihhh...," teriakku bercanda ketika si Adik ucek-ucek kepalaku, dia berdiri dan bilang, "I love you, Mamahku yang baiiikkk.."

Nah, lo, malu kagak sama anak sekecil itu, yang setiap saat dia bisa menghargai dan menyentuh perasaan kita dengan hal-hal kecil yang mengejutkan macam ini?

"Aku juga sayang Mamah," itu suara si Kakak, yang gak mau kalah sama adiknya...
"I love Youuuu, all...!"

(Terimaksih Tuhanku, ini pastilah "SURGAKU" yang Kau anugerahkan padaku...)

North Carlin Spring
Arlington, Virginia,
Dian Di sini jam 5.33 sore, hari Minggu, tanggal 26 Oktober 2009
Musim Gugur, pohon-pohon sudah hampir botak semua..

Wednesday, November 4, 2009

EduRantau: Intake Center

Ini cerita, ketika anak-anakku menjalani proses pendaftaran sekolah di Amerika, alias pindah dari Indonesia. Proses pembuatan surat pindahnya pun, di Purwokerto, kota tempat anak-anak bersekolah di Indonesia, sudah cukup membuat Dinas Pendidikan setempat menggelar "Rapat Mendadak", dengan alasan belum pernah memberikan rekomendasi pindah ke luar negeri, mereka bilang "belum ada format surat pindah ke luar negeri." Ya wes, nganah lah, sana lah, rapat ndisit.. maturnuwun...Sampai akhirnya mereka bilang, surat yang sudah di setujui dari Dinas Pendidikan Kabupaten, harus dibawa ke Provinsi, dan kemudian ke Departemen Pendidikan di Jakarta. Alamak.., mana sempat, waktuku untuk berangkat tinggal 1 minggu. Ya, aku cuex ajalah, tenang-tenang aja, gimana nanti lah, gitu pikirku.

Singkat cerita, sampai di Amerika, untuk anak-anak yang berbahasa asal (bahasa utama negara) bukan bahasa Inggris, harus melalui lembaga yang bernama INTAKE CENTER. Eeh.., ternyata bener, di sini tidak ditanyakan surat pindah apa pun, ga ditanyakan rapor kelas berapa pun. Hanya ditanyakan passpor, Birth Certificate alias akta kelahiran, dan secara lisan ditanyakan, "Di Indonesia kelas berapa?"..tok!Kemudian anak-anak di tes bahasa Inggris dan matematika, ini penting karena akan digunakan sebagai dasar penempatan di sekolah, karena sistem sekolah di sini bukan mutlak, "kelas berapa kamu", tapi lebih dari itu,"seberapa jauh kemampuanmu". Nantinya, boleh jadi anak kelas 6, karena kemampuan Matematika dan Bahasa Inggrisnya lebih, maka dia akan mengikuti pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris di kelas 7, dan seterusnya. Sebaliknya, bagi yang kemampuannya di bawah standard kelasnya, maka dia akan 'turun' ke kelas di bawahnya. Jadi mereka akan seperti anak kuliahan, pindah-pindah ruangan kelas...

Setelah selesai tes tertulis, mereka di cek mengenai imunisasi dan vaksin yang sudah dan belum diberikan ketika di Indonesia. Setau aku, mereka sudah diberikan vaksin dan imunisasi "wajib" bagi anak2, di Rumah Sakit Internasional di Jakarta sebelum berangkat, karena hal ini sangat ketat di Amerika. Tapi apa kata Virginia, Lady paramedis di INTAKE CENTER ini mendata kembali, dan bilang, "Mereka akan menerima 7 suntikan hari ini sebelum bisa masuk sekolah." Tujuh suntikan, gila, boo! Ketika aku mengabarkan hal ini pada anak-anak, kontan aja mereka teriak "Gak mauuuu!" Si Lady Paramedis terkejut dan bertanya, "What they say?" Aku bilang, "mereka ga mau 7 suntikan, mbak..Apakah ini wajib?" Jawabnya, "Ya wajib, tapi kalau anda keberatan, ada 3 yang paling wajib yang harus di terima hari ini. Measles Mump Rubella (MMR), Varecella (Chickenpox alias cacar air) and DPT tahap lanjutan. No shots no school!" Wuih, gile, ga suntik, ga boleh skul!Pelan-pelan aku coba menerangkan pada anak-anak tentang "No shots no skul".., dan akhirnya mereka pasrah menerima 3 suntikan.

Lain hari, anak-anak dites secara fisik oleh dokter, dan apabila perlu, anak akan direkomendasikan ke dokter spesialis yang diperlukan. Misalnya anak dengan gigi tidak sehat, dia langsung diberikan pada dokter gigi yang berpraktek di wilayah tempat si anak tinggal, untuk diberikan perawatan, bebas biaya.Setelah itu, tanpa diminta, orang-orang INTAKE CENTER memberikan banyak rekomendasi, yang intinya, asuransi untuk anak-anak, sekolah, makan di sekolah, bus sekolah dan lain-lain, semua gratis..

Aku jadi ingat, bahwa di Indonesia sering terjadi wabah penyakit. Mungkin bukan penyakit berat, saat ini pastilah sudah mudah ditangani, seperti cacar, dan flu. Bahkan kira-kira dua bulan sebelum anak-anak pindah ke Amerika, Alma, kelas 3 SD, pernah aku "ground'kan, alias bolos 4 hari, bukan karena dirinya sakit, tapi karena teman-temannya banyak yang tidak masuk kelas (26 anak dalam satu kelas dalam hari yang sama!), karena cacar dan flu.Ya, kalau sudah begini memang kegiatan belajar mengajar pasti terganggu. Secara finansial, orang tua juga harus mengeluarkan uang untuk pergi ke dokter demi kesembuhan anaknya. Belum lagi minimnya pemahaman tentang masa inkubasi suatu kuman penyakit, yang sakit cacar, 4 hari kemudian sudah masuk kelas.., lha yo kuwi sing marai nular-nulari kancane...Kerugian yang dialami akan semakin meluas menyentuh berbagai lini kehidupan. Piye neh...

Amerika, negeri ini sangat peduli untuk membuat rakyatnya tidak sakit "yang ga perlu". Artinya, orang-orang di sini tidak perlu sakit semacam flu, cacar, campak, dan lain-lain, di mana sudah disediakan vaksin maupun imunisasinya. Apalagi untuk anak-anak sekolah. Untuk itu, setiap sekolah punya "nurse" di UKSnya (Unit Kesehatan Sekolah). Tugas nurse ini bukan semata-mata merawat anak-anak yang tiba-tiba pusing di sekolah, atau yang semacam itu, tapi dia adalah pelaksana seluruh program kesehatan yang ada di sekolah. Jadi, bagi anak-anak yang belum lengkap imunisasi dan vaksinnya, akan diberikan di sekolah, gratis. Bahkan untuk anak perempuan, sampai dengan imunisasi untuk pencegahan kanker serfix! Wajib hukumnya! Juga flu H1N1, yang kabarnya sudah ditemukan vaksinnya, besok tanggal 26 Oktober ini, anak-anak akan mendapatkannya di sekolah.

Ya, beda tempat akan beda budaya, itu pasti. Contohnya gini, di Indonesia, ketemu orang flu yang bersin-bersin, batuk-batuk, dan mungkin suhu banadnya tinggi, ya..., apes-apesnya yang kita pikirin, paling ketularan..gitu kan.Naa, di Amrik ini, ketemu orang kudisan sepanjang badan, bagi mereka masih jauh lebih baik daripada harus ketemu orang flu...Mereka akan pelan-pelan menjauh (Iii aku alami ketika ngantri kasir di swalayan, ktika aku bersin-bersin dan keluarin tisu dari tas untuk ngelap hidung..., orang-orang di sekitarku pindah ke kasir lain..., he2, maap ya bapak2 ibu2, ini mah biasa di negeri aye...Soalnya mereka langsung akan berpikir, ni bukan orang bule, pasti pendatang yang bisa jadi bawa flu burung atau flu babi dari negaranya...atau dapat di pesawat..Hahh..hahh..hahh). Tapi dari hari itu, aku langsung konsumsi makanan dan banyak vitamin, agar tidak kena flu dan "mengkhawatirkan' banyak orang...

Demikianlah cerita ndaftar skul.., sekarang Alma tetap kelas 3 dan Cedar kelas 6 Middle School (setara SMP) karena di Amrik, SD mung tekan kelas 5, cuma sampai kelas 5. Dan dengan kebisaan mereka berbahasa Inggris yang tidak terlalu banyak, mereka bisa langsung merasa nyaman sekolah di sini, bahkan berani bilang "Lebih senang sekolah di Amerika.""Lebih senang" ini akan aku "selidiki" lebih lanjut, karena bagi aku agak aneh. Dulu di Indonesia, tidak ada kendala bahasa, pulang jam setengah 12 siang aja mereka sudah bener-bener bete, dan sampai rumah langsung tidur, bahkan ga sempat makan siang saking capeknya.Malamnya jam 8 atau 9 juga sudah merem lagi. Lha ini pulang jam 3 sore kok masih pada sumringah, melek fesbukan, ngerjain PR, dan tidur jam 10an malam...Oke, mulai hari ini akan terus aku gali, mengapa mereka bilang "Sekolah di sini lebih menyenangkan..."

North Carlin Spring, Arlington, Virginia
Dian ibu dari dua anak
Di sini jam 7.05 malam, tanggal 22 Oktober 2009

Saturday, October 31, 2009

EduRantau: ITU ADALAH BENTUK DARI BULLYING ...

Wednesday, October 28, 2009 at 3:22pm
Dear Parents of Barrett Students, Our Traditional Halloween Parade is Friday, October 30, 2009We will assembly on the blacktop in the back of the school yard at 1:15p.m. We will be calling by grade level to line up starting with Pre-k through grade 5 if the weather is good. In the event of inclement weather we'll parade throughout the school.again, children can bring costumes in their backpacks to dress for the parade, but:* No weapons are allowed and no red dye as blood* Nothing that resembles a weapon - not a toy gun, sword, knife, bow and arrow, or harpoonIf you would like to participate in this event, please come and join us!Sincerely,Theresa D. Bratt, Principal




Halloween.., Halloween, apa maning kiye..,

Banyak cara orang bersenang-senang. Pesta Halloween, setahu aku, hubungannya dengan Pumpkin, Waluh, basa Jawane. Selain itu, kostum aneka ragam, lebih hebohnya lagi mungkin yang selama ini kita tahu, kostum-kostum yang scary.., menakut-nakutkan.. Kemudian, mereka yang berkostum akan berkeliling ke tetangga-tetangga, ntar dikasih permen, deh..


Yah, atau modifikasi lain dari acara ini, tergantung usia yang menyelenggarakan pesta juga, mungkin anak SD akan lain dengan anak SMP, SMA, orang tua, dan seterusnya.


Na, sudah sebulan ini, di Amerika, spanjang swalayan, toko, restoran, kedai.., semuaaa.., berdandan menyambut Halloween. Union Jack Bar, memasang 2 balon kucing hitam yang menyeramkan, yang bisa bergerak tengak tengok. Swalayan Hariss Teeter,memajang Pumpkin kecil-kecil yang sudah dilukis gambar aneka rupa, sebuah counter baju memasang boneka sawah (kalau di Indonesia, yang takut sama boneka sawah, ya burung-burung kecil pemakan padi, itupun kalau digoyang-goyangkan, kalau diem aja, burungnya ya EGP, Emang Gue Pikirin...).Oya, hampir semua berwarna orange Pumpkin dan hitam...




Ngeri di dunia anak-anak, mungkin ngeri yang mengundang degup jantung berpacu sedikit lebih cepat, dan kengerian ini, akan berubah menjadi kegembiraan, karena mereka menyadari, "ini cuma maen-maen kok, biar perayaan Halloween jadi tampak lebih hebat.., Huray..!" anak-anak bersorak.. sensasi yang didapatkan adalah rasa gembira bersama-sama.




Sebab aku menangkap, ada rasa ngeri yang sifatnya lebih tajam, keras, dan tentu saja, sensasi yang didapatkan adalah, salah satunya, trauma...dan seterusnya. Seperti apa ? Buanyak... Mari kita tengok hal-hal sederhana, tentang apa dan bagaimana, anak kita menerima rasa ngeri, dan akhirnya menyimpan trauma yang mendalam bagi mereka. Dan itu, seratus persen aku bilang, JANGAN TERJADI. Tolong, lindungi anak-anak di manapun mereka berada.




Anak-anakku, perempuan. Sejak kecil, bahkan ketika masih balita, ketika mereka aku dandani pakai rok, aku selalu kasih celana dobel untuk underwearnya. Maksudnya, setelah celana dalam, kasih lagi tu celana pendek. Buat apa? Ga sumuk, apa? Gak, tuh.., anak-anakku nyaman-nyaman aja, mungkin karena sudah dibiasakan sejak kecil.




Ya, buat apa celana dobel-dobel gitu? Buanyak, lho manfaatnya.., Salah satunya, melindungi paha dan pantat anak-anak dari debu, karena anak-anak kecil suka ndeprok sana ndeprok sini sesuka hati. Iya gak?Slain itu.., risih gak, ngliat anak perempuan, kecil pun, kelihatan celana dalamnya ketika memakai rok? Hei, lihat, mereka sudah sangat lucu dengan rok warna-warni, tapi ketika naik tangga mau prosotan, di taman atau sekolah TK, waduhh, pengantri lain yang dibawah tangga, bisa melihat dengan jelas, paha si anak, celana dalam si anak perempuan...Kalau pengantrinya cowok (meski kecil tetep disebut cowok, kan?)...Trus, dimalu-maluin dah, "Ehh, kliatan tu celana dalamnya..."




Hmm.., sayang sekali.., kasihan anak perempuan kita, keliatan dalemannya. Kasihan juga cowok kecil ini, sedikit banyak pasti terobsesi untuk "melihat lebih dalam".., sesuai kodrat. Apalagi, anak-anak kecil umumnya sudah tahu, bahwa alat kelamin antara anak perempuan dengan laki-laki, berbeda. Itu saja yang mereka tau, belum mengarah pada hal yang "saru". Tapi, pemikiran, "kok punyaku gak kayak punyamu.." itu yang memicu anak, dalam beberapa contoh kasus, terjadi peristiwa "cocok-cocokan", saling ingin menunjukkan" bahwa mereka "berbeda."




Pernah dengar kasus seperti itu, kan Bu, Pak? Tapi, tolong, jangan hardik mereka dengan kata-kata "keji", sebab mereka akan tambah bingung, alias ga nyandak, alias ga klop dengan tuduhan orang dewasa.. Bapak dan Ibu harus bisa menerangkan hal ini dengan lebih "keilmuan". Hal ini, sangat pantas diterangkan, karena ini memang fakta, mendasar, dan harus disadari sejak dini, bahwa "Aku ni siapa? Ohh, aku anak perempuan. Ohh, aku anak laki-laki.."




Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak sekaliyaaannn...,Itu tadi lho Bu, Pak.., hal-hal kecil yang nampaknya remeh, ternyata kok bisa berkembang menjadi hal besar yang cukup menakutkan...




Kasus ketika anakku TK, (heranku, kok ya di setiap angkatan di TK, selaluuu saja ada"regenerasi" yang jelek-jelek gini), anakku bilang, "Tadi Lani nangis." "Kenapa?" tanyaku spontan. "Roknya disingkap sama Akbar. Sebenere aku juga sih, tapi kan aku pake celana dua (anakku menyebut celana pendek dobelan sebagai celana dua), jadi ya gak kliatan dalamnya""Lha Adek marah gak, digituin sama Akbar ?" tanyaku lagi."Wo.., ya marahlah Mah.., aku kejar, aku omelin... Trus anak-anak perempuan bilang ke Bu Guru.." "Oke, gud job, my girl..kamu harus bilang bu Guru kalau ada yang saru" kataku.




(SARU ARTINYA -kurang lebih- TIDAK SOPAN YANG MENGARAH PADA PELECEHAN YANG BERBASIS JENDER! he2, bahasanya medeni bangets!)




Ada lagi ni, masih di Tk, namanya si Arya (he2, gak pake si, cuma Arya, gt..maap ya, Mamahe arya)..Kalau ke skul bawa mainan mlulu. mainannya juga serem-seremmmm, maksudnya, tiruan palu, tiruan pistol..ahh, sebutannya ga asyik, gini, palu-paluan, pistol-pistolan, pedang-pedangan..., nah, gitu-gitulah..Saat istirahat, dia akan berciat-ciat bak pendekar memecundangi teman-temannya, apalagi yang badannya lebih kecil...Yang aku liat kemudian, dia bagaikan Penguasa, Ketua Gang yang ditakuti, punya anak buah.., uhh, gile..gile.. Tentu saja beberapa temannya kadang menangis kena jatah "kekerasan" si Arya. Sampai-sampai, para ibu saling beradu mulut, saling marahan gara-gara soal anak-anak ini..Wuih, cepek dehhhh...




Lain hari, anakku yang lebih gede, kelas 3 SD waktu itu melaporkan dirinya padaku sepulang sekolah, "Mah, tadi Edo pukul-pukul pantat anak perempuan." Aku langsung nyolot, "Sapa aja?" "Ya, Nia, aku, Dea.." "Trus, Kakak bilang apa?" cecarku."Aku teriakain, aku marahin...""Doang ?" desakku lagi."Lha trus, mesti gmana? Edo kan memang nakal, Mah...""Bilang bu Guru atau pak Guru" jawabku tegas."Itu tidak baik, tidak sopan, pelecehan, dan seterusnya..!" "Ah, bu Guru dan pak Guru cuex aja kalo kita lapor...""Ohh, kalo gitu, besok Mamah temui Kepala Sekolah.Mamah harus diskusi.""Jangan Mah, ntar aku malu, dikira ngadu...""Ehh, mang kamu ngadu, dan itu hukumnya wajib. Dan Guru harus tahu, ini tidak boleh dibiarkan, ntar habis tepuk pantat, lain lagi yang dicolek laki-laki kecil itu. No Way alias kagak bisa Mamah diam. Ini bukan hanya buat kamu, tapi buat semua anak perempuan, dan kebaikan Edo sendiri. Santai, neng, Mamahmu kan 'hopeng' (akrab) sama Bapak Ibu Guru, ini bukan masalah adu mengadu, oke?". Anakku yang ini agak 'jaim' pengennya sok manis di depan siapa pun, bukan pengadu, dst..,huhh, sdikit keliru kaprah ni anak!(bukan salah, tapi keliru, ini bisa diperbaiki, dengan mengajari dan memberi pengertian lebih lanjut)




Kasus lain, aku dengar ada seorang Ibu yang tanpa basa basi, "mencabut" anaknya pindah sekolah. Pagi itu, dengan muka murka dia menemui Kepala sekolah, "Tolong tandatangani surat pindah anak saya!" Weishhh, ini mah perintah, bukan tolong. Ketika Kepsek mencoba bertanya apa dan bagaimana, si Ibu langsung teriak, "anak saya dipalakin temannya di sekolah, dan ga ada guru yang tahu? Lha panjenengan pada kemana hari-harinya?" Di sudut kelas 3, aku liat Dewi si 'TERTUDUH' pemalakan, nangis bombay. Ketika aku tanya, "knapa, sayang?" Sambil terisak, dia bilang "telponin Mamahku, aku dimarahin Mamahnya Ami..huu..." Ami,anak yang kabarnya dipalakin Dewi, dan Ibunya marah2 kepada Kepala sekolah, minta pindah.




Waduh, kok jadi main hakim sendiri gini jadinya? Ami kena palak Dewi. Ibunya Ami datang ke skul langsung nyari Dewi dan marah-marah (dengan muka kejam kale ya.., sampai si Dewi histeris gitu), dan nyabut anaknya pindah skul.Oo..lha piye to iki Bapak-bapak Ibu-ibu, itu namanya menyembuhkan luka lama dengan menimbulkan luka baru. Aminya merasa dibela, Dewinya merasa dianiaya..Buuu, ini di skullll, tolong dong, lapor dulu ke Bapak Ibu Guru.., jangan langsung marahin anak orang..Kagak bener ni...belum tentu juga kasusnya benar-benar nyata...




Ada lagi yang gak mau masuk sekolah, mogok, karena apaaaa? Karena bu Gurunya mengatakan sesuatu yang menyakitkan hati si anak. Lha bagaimanaaaaa?Yang ini ceritanya gini, sudah 3 kali berturutan, Afi telat masuk kelas. Bu Guru bertanya, "Rumahmu mana?" Afi menjawab, "Dukuhwaluh, Bu.." "Ohh, pantas telat terus, apa di sekitar Dukuhwaluh tidak ada sekolah? Kenapa harus sekolah jauh-jauh di sini?" cerca si Ibu Guru.Haa.., kok pertanyaannya gitu, bukan ditanya, "Kenapa 3 hari ini terlambat terus ?"... Pasti Afi tidak akan sakit hati, dan gak harus mogok sekolah.Lha trus pirwe kiye lah...Tenang Bu, Pak, jangan panik. Mari kita urai sedikit demi sedikit benang kusut ni, moga-moga berhasil.Gak sadar ya, bahwa sebenarnya, anak-anak yang demikian itu, sedikit banyak adalah buah dari kekurangwaspadaan kita. Dari tayangan televisi, banyak film-film, bahkan film kartun yang kerjaannya ciat-ciat melulu, tentu saja menggunakan pedang, tali laso, parang, panah, anak panah, pistol.., yaa.., semuanya mainan sih, tapi esensinya kan, berantem, kekerasan berperang, kekuatan, kalah menang, menimbulkan rasa berkuasa di satu pihak dan kelemahan, kekalahan, ketakutan, rasa tertekan, dan mengecilkan hati di pihak lain. Ingat, Bu, Pak, anak-anak adalah PEREKAM YANG HEBAT, Reaksi yang akan muncul kemudian di antara anak-anak antara lain adalah meniru adegan, menyakiti teman lain, timbulnya rasa dendam, pengen membalas. gak terima, dan, makin hari "kekerasan" yang timbul pada jiwa anak-anak, akan makin tinggi, tinggi, dan tinggi..Tanpa ingin bilang ini baik itu tidak baik-monggo lah, panjenengan bisa menilai sendiri- saya hanya ingin mengabarkan bahwa di Amerika yang film dewasanya sering dar der dor.., ternyata untuk anak-anak, mereka peduli sekali. Sangat peduli, bahwa anak-anak tidak boleh diajarkan pada kekerasan.Berkali-kali aku ke mal, sampai hari ini jarang sekali aku liat mainan macam pedang-pedangan, pistol-pistolan, panah, dan seterusnya.Tayangan kartun anak-anak, juga "manis" dan "mendidik" macam Dora si Explorer, Mickey Mouse Club yang mengajarkan bagaimana menggunakan mesin pembuat jus, bagaimana memanaskan roti untuk sarapan, bagaimana menyapu dedaunan di halaman, yah.., gitu2lah.Soal senjata mainan ini, juga pernah aku 'keluhkan' pada teman di Kunci D (Komunitas Cinta Drum Band), di Purwokerto, yang aktif melatih Marching Kids,(halo, Kakak Deni...), waktu itu aku bilang, "Kak, sayang ya, TK X itu musiknya bagus, kostumnya menarik, koreografi CG (Color Guard-penari dengan memainkan bendera dan dikombinasikan dengan alat-alat lain seperti tongkat, dan alat mainan yang lain) lumayan.., tapi kok pake senjata pedang.., hitam lagi.., sayang sekali..."Dan ternyata benar, meski permainannya bagus, TK ini malah menduduki peringkat terakhir di kelompoknya, ketika lomba waktu itu.. (Makasih Juri-juri, pasti anda person-person yang memahami psikologi anak...).Dan.., lihat undangan untuk Perayaan Halloween ini, perayaan yang scary-scary-an (maksudnya menakut-nakutkan, menyeram-nyeramkan).., ternyata GAK BOLEH PAKE SENJATA (MAINAN) MACAM PEDANG, PISTOL, SENAPAN, TRISULA ATAU TOMBAK BERMATA TIGA, PISAU, DAN WARNA MERAH SEOLAH-OLAH DARAH.. GAAAK BOOO-LEHHH. ITU NGERI YANG MENIMBULKAN IMAGINASI TENTANG KEKERASAN.....Trus pirwe kiye, bakul-bakul senjata mainan yang bahkan sering nongkrong di skul, ga boleh jualan ya? Toko-toko yang jual mainan, ga boleh majang senjata mainan juga? Trus tanyangan di TV.., sensor, boo! Satu lagi, aku ingat salah satu famili yang dengan bangganya "mempersenjatai" anak lakinya berusia 2 tahun dengan sebilah pedang mainan, di mana tiap saat anak tersebut diputarkan DVD kartun Ciat-ciat, kemudian si anak memperagakan ciat-ciat,.."We, Le, lha kowe kok wes pinter men lehe dadi pendekar..," dengan ketawa-ketawa bangga si Ibu dan Bapaknya mengomentari anak ini... Padahal, anak perempuan kecilku yang sudah berumur 7 tahun, langsung meledak tangisnya sambil pegangi dahinya, yang ternyata memerah dan benjol..."Mamah aku di sabet pedang, Huaa...huaa... (Hualah, Nduk..,Nduk, piye to tante dan pamanmu itu,wong bikin anak lain nangis kok malah bangga pada sabetan pedang anaknya... hii..hi...hi...)




North Carlin Spring,Arlington, Virginia,Dian,


Di sini jam 3.10 sore, hari Rabu, tanggal 28 Oktober 2009




Tulisan ini terinspirasi dari tulisan seorang teman di wall FaceBooknya, yang berbunyi :




1. Perlakuan buruk spt ditendang, dipukul,dipalak, ditampar, dijegal, dipermalukan, dihina, dicaci, disoraki,diancam & dilecehkan adalah bentuk dr BULLYING yg hampir sbagian besar terjadi di sekolah.Ortu harus tanggap bila beberapa hari anak tiba2 diam, murung,menutup diri & malas sekolah. Sudah banyak korban..jangan lagi terjadi pada kita..dan,




2. Lady Concelor di INTAKE CENTER, seorang Dokter yang memberi bimbingan dan konseling fisik pada kedua anak perempuanku.waktu itu beliau, sambil menyentuh pantat, dada, dan daerah kelamin anak-anak perempuanku, bilang, "Ini daerah privat, tak seorang pun boleh memegangnya. Bila suatu saat ada yang melakukannya pada kalian, maka kalian harus TERIAK, LARI MENJAUH DARI ORANG TERSEBUT, MENDEKAT KE ARAH GURU, ORANG TUA, POLISI...dst, untuk minta PERLINDUNGAN. Hal ini TERLARANG, tidak boleh dilakukan di negara ini, bahkan bila teman-temanmu membuat ini sebagai candaan atau lelucon... TIDAK BOLEHHHH!

Tuesday, October 27, 2009

EduRantau: United Nations Day...

All student are invited to wear typical outfit from another country where some of their ancestor came from to be part of the Parade.., begitu undangan yang aku terima, seminggu sebelum tanggal 23 Oktober 2009, dari SD Barret.

Beberapa hari yang lalu, juga sudah aku terima pemberitahuan, tentang Hispanic Heritage Musseum, intinya, anak-anak di SD Barrett akan menyelenggarakan in house musseum, bertempat di perpustakaan sekolah. Dan untuk menyelenggarakan musseum ini, anak-anak diminta untuk meminjamkan barang-barang yang berasal dari negaranya, atau negara-negara yang pernah dikunjungi, atau barang-barang yang merupakan oleh-oleh dari negara lain. Tuliskan apa nama subjeknya, tuliskan negara asalnya, dan tuliskan siapa pemiliknya.., demikian dicantumkan dalam pemberitahuan tersebut.

Walahh, ngerti gitu kemaren dulu aku bawa tu wayang kulit, tembikar, bla-bla-bla... Saking inginnya
berpartisipasi, akhirnya kutemukan secarik selendang batik, dan selembar kain songket. Cuma itu barang
etnik Indonesia yang aku bawa...

United Nations Day, benar-benar buta daku tentang sejarah Amerika...Tolooong..., aku mesti search di
Google, atau Wikipedia untuk tau apa dan bagaimana, siapa, kapan, dan mengapa, hingga Amerika menjadi negara yang kayak gini ini.., negara multi ras, negara multi bangsa.
Sebelum search tentang sejarah Amerika, aku ceritakan 'live' nya aja ya, acara tadi pagi. Tapi baiklah,
sebelumnya ada cerita-cerita yang mungkin ga pernah kalian bayangkan, tentang Amerika ini. Bener-bener, boo...negara terbuka dengan multi bangsa dan multi kemampuan!
Ingat ga, sekitar 30 tahun lalu (kalau lo pade usia sepantar gue, men, women, skitar 40an geto), ada tokoh kartun dari suku Indian, namanya Hiawata. Adik perempuannya yang berkucir dua di bahu, aku lupa namanya.

Tapi yang juga tidak aku lupa, bapaknya Hiawata, kalau ga salah ingat disebut Kepala Suku Perut Buncit, yang suka mengundang pesta Hisap Cangklong alias Hisap Pipa Perdamaian (tolong koreksi kalau daku salah ingat, ya...). Naah, itu dia, di SD Barret ni memang whuampuh, alias ampuh bangets...Jan, membuatku merasa hidup jadi lebih hidup karena banyak terkaget-kaget.

Jangan bayangkan di SD Barrett ni isinya 'bule'. Kalau dihitung, paling bulenya cuma 20%. Bule Inggris,
bule Jerman, bule Perancis, bule Swedia, dan yang kayak gitu-gitulah, yang secara awam, kita di Indonesia menyebutnya, bule.

Lha yang lain siapa? Yang lain adalah orang Mexico, Spanyol, sedikit Asia, seperti Vietnam, Jepang, Black, India,Indonesia, China.., dan yang spektakuler adalah...Puji Tuhan..., anakku sekolah bareng dengan orang-orang Indian, boo! What's an amazing... Setiap antar dan jemput skul, aku mlototin, mana kira-kira yang mirip Hiawata. Tapi, tanpa ingin bermaksud melecehkan, akan akau ceritakan.., tentang, ingatkah wahai kawan-kawan,dalam cerita Hiawata itu, disebutkan suku Perut Buncit, suku Pipi Tembam.., dan itu memang bukan rekaan. Secara genetik, orang-orang Indian ini memang berwajah seperti di gambar yang dikartunkan, ada yang berpipi tembam, ada yang berperut buncit, dan ada yang 'muka garis keras'. Penampilan mereka juga masih "Indian'(jangan bayangin pake baju kulit dan bulu-bulu atau coreng moreng di muka mereka...). Maksudnya, masih cukup sederhana dari cara pemilihan jenis kain yang dipakai untuk baju, sandal, sepatu, dan.., yang paling indah adalah cara mereka menggendong balita di punggung, masih memakai kain, seperti kain tenun yang hangat, sampai si balita ga kliatan sama sekali. Yang aku pikirkan cuma satu, apa bayinya ga susah nafas, ya...(Pas mau aku foto, mereka bilang, "no picture", sambil ketawa memperlihatkan gigi-gigi emasnya,ketika aku bilang, 'I love the way you caring your baby.., may I take your photo?'...Ah, si Ibu Indian ga mau difoto, ya sudah...lain kali aku mau jadi paparazi, tembak jarak jauh).

United Nations Day,a Celebration... (sejarahnya kapan-kapan aku tulis lagi, ya, sebagai 'catatan
kaki'..kaki yang panjaaang...).., jam 9 pagi aku datang kembali ke skul untuk dandani Alma memakai kostum Indonesia, seadanya, (Lo percaya ga, kebaya yang dipakai Alma ni adalah kebayaku waktu menikah! Summ..pahhh! dan skarang dipakai anakku yang kelas 3 SD.., lha mbiyen ki awakku sing kurus apa sekarang anakku yang kegemukan? Mbuh lah, tapi itu fakta...)
Di ruang perpustakaan, kira-kira 40 anak sudah siap dengan kostumnya (tidak semua anak memakai kostum hari ini, karena ini sifatnya permintaan untuk partisipasi, bukan paksaan, bukan harus), yang tidak memakai kostum, akan 'simpuh' di lantai sebagai penonton.
Di ruang teater yang tidak terlalu besar, anak-anak dengan kostum berparade, dan sampai stage, memperagakan "We speak many languages" dengan mengucapkan "salam" dalam berbagai bahasa..., whoa..., hebats...
(Aku gak iso nirokke kabeh to, pokoke ya ada yang ala Jepang, ala arab, ala India, ala Bolivia, ala
Salvador, ala Mexico, ala Spanyol, ala Cina, ala Indonesia, ala Mali...wuakeh.., bikin aku menangis..,
lihatlah, di manapun tempat di dunia ini, anak-anak, anak siapa pun, memang menakjubkan, miracle...).
"Hola, i'm from Mexico, Halo, i'm from..." bla-bla-bla, yang jelas tertangkap kupingku ya, "selamat Pagi,
saya dari Indonesia.." itu suara anakku, satu-satunya makhluk Indonesia di SD Barrett ini.

Acaranya sederhana, salah satu guru, Lady Narator (aku belum tau namanya), berpakaian seperti koboi
perempuan di Teksas, pidato begini, kurang lebih, "Halo, anak-anak semua, para guru, dan tamu yang hadir.., hari ini kita merayakan United Nations Day (terus terang aku ga pasti, sbenere perayaannya tu tanggal hari ini, 23 Oktober apa besok, 24 Oktober.., ga bgitu penting lah yauw). Kalian tahu, anak-anak, bahwa Amerika memang mengundang semua orang dari bangsa manapun, untuk tinggal dan hidup bersama di negeri ini. Lihatlah, kita memang berbeda, ada yang kurus, gemuk, rambut lurus, kriting, hitam, putih, kuning.., indah bukan karunia Tuhan ini? Bisakah kalian bayangkan, bila kita semua sama? Tak ada beda..., apa bagusnya? Yang penting kita di sini berpikir, bahwa perbedaan akan membawa warna hidup, bahwa meski kita berbeda, tapi dengan kebersamaan, kita akan kuat.., untuk berjuang demi anak-anak, agar lebih maju, lebih berkembang, dan tetap bahagia..." (Bagi aku, pidato ini huebats!).

Kemudian, diselingi dengan anak-anak nyanyi bersama, kadang karaoke, kadang dengan iringan musik, kadang dengan acapela, dipandu 2 guru, satu cowok dan satu cewek. Pastilah tidak semua anak bisa melafalkan syairnya, tapi kok nyanyian mereka, lagi-lagi membuatku menangis..., mereka pasti bernyanyi dengan jiwa dan hatinya..(ada yang syairnya gini, "Aku akan menjadi kawanmu, kapan pun, tak peduli, meski kaos kaki pinkmu bau, meski kau tak pernah sikat gigi...he2...)

Nah, ini lagi yang membuatku salut, di antara nyanyian yang didendangkan bersama oleh anak-anak, diputar video tentang True Story, 3 guru senior (aku juga belum hapal nama-nama mereka, maaf Mam, bukan ga hormat, bener -bener karena belum sempat gaul aja sama penjenengan sami...).
Masing-masing guru senior itu, menjadi narator bagi video True Storynya sendiri-sendiri. Dua orang di
antaranya,long-long time ago,adalah Imigran dari daerah di luar Amerika, yang sesuai jamannya, adalah
keluarga besar, 12 bersaudara, 6 bersaudara. Mereka, dengan bukan maksud menyombongkan diri, menceritakan, bagaimana sulitnya hidup waktu itu, tapi karena para orang tua mereka berpikiran maju, dibela-belain dah, kluarga besar itu pindah dari satu tempat ke tempat lain, dan akhirnya ke Amerika, untuk bisa belajar, dan sekolah lebih baik. Dan yang ke tiga, seorang guru asli Amerika, yang pada jamannya, Bapak dan Ibunya, mau ga mau harus ikut Wajib Militer...bla-bla-bla..., intinya mereka bertiga mempunyai kesadaran untuk berjuang dan terus belajar. Terakhir narasi, mereka, dengan bahasa yang hampir serupa, bilang, "Sekarang, aku di sini, di SD Barrett, dengan cinta dan hati, ingin mendampingi kalian berkembang jadi lebih maju..."

Whoah..., ini SD Barrett, ini di Amerika, tapi anak-anak ini, siswa-siswanya sangat menakjubkan, ada anak orang pas-pasan, ada anak yang homeless yang ga punya rumah, ada anak yang diberi gratisan smua fasilitasnya kayak anakku, ada anak-anak Indian yang benar-benar masih sangat sederhana..., tentu saja ini akan kalah hebat dengan sekolah-sekolah Internasional di Indonesia, dengan kurikulum ketat, dengan pengantar bahasa Inggris, dengan pengajar yang kebanyakan native alias orang asli dari negara bule..., pastilah kalah kita-kita ini, boo!

Tapi, lihatlah anak-anak ini, aku akan dan sangat percaya, KEMATANGAN EMOSIONAL mereka akan berkembang dengan baik, karena kurikulum di sini "njlimet", digodog dengan berbasis ilmu Psikologi. Ya Psikologi anak, keilmuan, pendidikan, dan seterusnya.., bukan hanya penyampaian ilmu murni. Singkat kata, sistem pembelajaran di SD ini sangat persuasif, merangsang kreatifitas, penghargaan terhadap orang lain yang demikian tinggi...

"Oke, anak-anak, waktunya istirahat", begitu kata Narator, ketika mengakhiri acara United Nations Day, satu-satu, anak-anak berjalan berbaris dengan santai, didampingi gurunya masing-masing. Setelah ganti kostum, anakku lari ke "backyard" menyusul guru dan teman-temannya, "Daahhh, Mamah, aku mau naik tangga tambang dan prosotan..." Wo, lha dirimu ki SD po Kindergarten, to, Nok? Kok masih pake prosotan, dan guru kelasnya mendampingi bahkan sampai ke backyard.., Lha kuwi salah satu nilai tambahnya, knapa anakku berani bilang, "Skolah di sini lebih enak..," bahkan sejak hari pertama mereka masuk sekolah.
Ternyata Amerika bilang, "Bocah ki yo tetep bocah, di mana aja, selain belajar, disiplin, kasih sayang, ..tentu saja, boo, mereka perlu, dan senang bermain!"

Nah..,lo... Halow, bapak ibu guru teman-teman ane..., what will you say about thissss? Heh..heh..heh..heh..
Salam Hiawata!!!

North Carlin Spring
Arlington, Virginia

Dian,
Di sini jam 9.38 malam, hari Jumat tanggal 23 Oktober 2009, musim Gugur

Tuesday, September 29, 2009

CerpenRantau: Kereta Terakhir Ayah

Oleh Janu Jolang
(Terbit di Kompas.com,Oase,Kamis, 17 September 2009)

Aku berada di stasiun Yogyakarta sore itu, menunggu dengan gelisah kereta Purbaya dari arah Surabaya. Ayahku sakit keras, demikian kabar yang kuterima dan aku harus segera pulang. Barangkali ini saatnya, saat ajal menjemput Ayah. Bukannya aku tak hormat pada beliau, atau tak sayang – tapi beberapakali terlintas dalam pikiranku kapan Ayah meninggal dunia. Dan mungkin ini saatnya.

Hampir satu jam kumenunggu, akhirnya kereta kelas rakyat itu nampak juga di kejauhan, bergoyang lelah di atas bantalan rel. Kereta berhenti menurunkan sebagian penumpang yang keletihan karena seharian terkurung dalam gerbong. Aku bergegas naik, berebut dengan penjaja asongan yang menawarkan bakpia Pathuk. Gerbong terasa pengap, kucium bau khas kereta kumuh. Barangkali dari asap diesel yang menempel dinding dan tertutup debu, bercampur dengan kulit jeruk dan cangkang telur asin yang berserakan di lantai. Aroma itu tiba-tiba memicu kepiluan diriku. Setiap orang akan mati, dan mungkin kini giliran ayahku. Kematian adalah satu paket dengan kehidupan. Dan ketika aku mulai mengenal arti sebuah kematian, aku makin takut memikirkannya. Perasaanku, hidup hanyalah sekedar menanti proses kematian yang menakutkan.

Tiba-tiba lamunanku buyar oleh hentakan gerbong. Kereta mulai jalan. Kusapu pandangan keluar jendela. Rumah – rumah di pinggir rel seolah berkelebat melewatiku satu demi satu. Sempat kuhitung tak lama konsentrasiku buyar. Ayahku mengenalkan permainan itu ketika aku masih kecil. Apa manfaatnya aku tidak tahu. Barangkali sekedar belajar menghitung, atau sekedar menghabiskan waktu di kereta. Tapi mungkin juga untuk melatih konsentrasi anak kecil -- karena begitu kereta lewat persawahan, tak ada satu rumahpun yang kutemui sampai ketika aku menemui rumah lagi aku sudah lupa berapa jumlah yang kuhitung. Dan Ayah kini tergolek sakit menanti ajal.

Apakah beliau juga menghitung hari - harinya sekedar menghabiskan waktu? Seperti terpidana mati yang menandai hari dengan mencoret dinding begitu matahari tenggelam di ufuk Barat? Adakah sesuatu yang bisa dimaknai Ayah dari penderitaan itu?

Sakitnya sendiri datang perlahan-lahan, hanya seperti kesemutan di telapak tangan kanan. Seiring berjalannya waktu, tangan menjadi kehilangan tenaga, menjalar ke tangan kiri, dan terus ke kaki. Dokter rumah sakit di kotaku tak tahu pasti penyakitnya. Ayahku lumpuh perlahan-lahan, Ia berjuang keras melawan penyakit misteriusnya. Adik ipar ayah yang tahu tentang hal-hal gaib menganjurkan pengobatan spiritual. Sepertinya dalam terawangan Paman, Ayah terkena guna-guna. Paman kemudian membawa dukun sakti ke rumah.
“Buat apa kamu bawa dukun segala, Dik?”
“Ini orang pinter langganan pejabat penting di Pusat, Mas. Menteri Anu disantet berkali-kali dan semuanya balik ke pengirimnya. Apa salahnya dicoba Mas, siapa tahu cocok.”

Dan hari berlalu - makin banyak dukun – dukun berdatangan. Ayahku tak pernah percaya dukun sebelumnya tapi entah kenapa sekarang berubah. Barangkali bujukan paman atau putus asa karena penyakitnya. Ayahku tampak pasrah.

Setiap dukun yang datang punya penglihatan dan pengobatannya sendiri. Ada yang bilang ayahku diguna-guna dan si dukun beraksi menghilangkan guna-guna itu. Kenyataannya sakit ayahku makin parah. Kedua tangannya lumpuh dan kaki sudah mulai kehilangan tenaga. Ayah hanya bisa duduk di kursi roda.

Lain hari ada dukun yang bilang rumah kami sesungguhnya adalah Pasar Setan, tempat makhluk halus berjual-beli barang dagangan. Si dukun lantas membuat ritual sedekah dedemit. Waktu berlalu, ternyata tak ada perubahan juga pada diri Ayah. Dan yang lebih keterlaluan lagi, terawangan si dukun muda yang bilang bahwa Ayah terkena karma sehingga untuk menebusnya harus menyembelih kambing delapan ekor dan 'nanggap' wayang semalam suntuk. Belum lagi seorang dukun yang mengatakan Ayah terkena penyakit tulang dan memberikan jejamuan yang pahitnya nggak ketulungan hingga mampu merontokkan tahi lalat di sekujur tubuh ayah.

Dari semua dukun yang mengobati Ayah, kupahami ilmu kedigdayaan mereka saling bertolak belakang. Aku kasihan Ayah hanya dijadikan obyek belaka, sepertinya Ayah tempat berbagai macam penyakit, karma, dan guna-guna. Tak ada seorang dukunpun yang berhasil menyembuhkannya. Hari-hari ayahpun selanjutnya hanya tergolek di tempat tidur.

Kereta berjalan lambat, di depanku duduk anak kecil bersama ayahnya. Anak kecil itu mulai mengantuk, barangkali kelelahan. Walau demikian kulihat garis mata dan mulutnya menampakkan rona bahagia. Kualihkan pandangan ke luar jendela. Sore itu di ufuk Barat matahari hampir tenggelam menyisakan rona merah kekuningan. Di antara Kutoarjo - Kebumen kulihat ribuan burung yang terbang rendah saling berpapasan, berhimpitan, dan tak satupun yang bertabrakan. Mereka mencari sarangnya dalam rumah-rumah kosong. Aku tak tau pasti itu gerombolan burung Walet atau Sriti, tapi yang pasti pemandangan itu selalu menghadirkan ketakjuban bagiku. Sejenak kurasakan udara masih menyisakan panas yang menyengat. Aku teringat ketika Ayah menangis dalam pembaringan meneteskan air mata. Barangkali Ayah sedang kebingungan memikirkan bagaimana nasib anak-anaknya kelak.

Kepulanganku waktu itu karena aku butuh uang untuk membayar uang sekolah di tingkat pertamaku kuliah. Hal itu menyadarkan Ayah bahwa anak - anaknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Tanpa pikir panjang, dengan pengorbanannya Ayah menghentikan membeli obat-obatan pemacu syaraf otot yang berharga mahal. Untung Ibu adalah seorang yang sabar dalam merawat Ayah. Ibu selalu membesarkan hati Ayah. Kalau tidak, barangkali Ayah tak sanggup lagi menanggung derita sakitnya. Juga ajakan pasrah kepada Tuhan membuat Ayah semakin bisa menerima keadaan dirinya.

Lampu gerbong tak menyala - kereta gelap gulita. Lewat cahaya lampu dari luar yang sesekali masuk kulihat anak kecil itu ketakutan. Ia bolak – balik menengok ayahnya, sorot mata itu seolah menyatakan Ia takut kehilangan ayahnya. Dan betul, ketika kereta memasuki terowongan Ijo – anak kecil itu menangis keras-keras. Bunyi bising udara dalam terowongan barangkali menambah ketakutan anak kecil itu. Sepertinya Ia benar-benar kehilangan Ayah dari penglihatan dan pendengarannya.

Entah di stasiun mana, kereta berhenti agak lama. Rasanya waktu berjalan lambat. Aku tak sabar ingin cepat sampai rumah melihat kondisi Ayah. Kereta bisnis menyusul dari belakang dan berhenti di rel samping, tanpa pikir panjang Aku memutuskan pindah kereta. Sisa perjalanan itu sendiri tak menarik lagi bagiku.
Sampai di rumah orang-orang telah berkumpul . Beberapa membacakan surat Yasin. Aku masuk ke dalam kamar. Kulihat Ibu sangat sedih, tapi ketabahan merawat Ayah selama ini memunculkan ketegaran diri. Kakak, adik, paman, dan kerabat keluarga semuanya juga sedih. Bagi beberapa orang yang mempunyai ide mencintai kehidupan, tentu Ia juga mencintai kematian itu sendiri. Barangkali sugesti mencintai kematian akan mempermudah saat maut menjemput. Makin dilawan makin sakit kita dibuatnya. Tapi insting alamiah makhluk hidup adalah mempertahankan hidupnya.

Setiap hari tubuh kita merasakan kesakitan, ketidaknyamanan, tak lain karena tubuh ingin tetap hidup. Dalam kadarnya yang paling ringan, rasa gatal di kulit adalah cara tubuh bereaksi terhadap ancaman dari luar. Juga bersin, atau batuk. Tapi dalam kadar akut, kulit yang tadinya gatal akan timbul nanah, melepuh, juga hidung yang bengkak atau tenggorokan yang meradang. Panas tubuh berubah tinggi, dan badan menggigil. Itu sebuah perlawanan tubuh secara alamiah terhadap serangan penyakit.

Dan disaat terakhirnya kulihat Ayah berjuang keras melawan maut. Aku tak hirau apakah itu reaksi tubuh secara alamiah atau memang Ayah ingin bertahan hidup. Nafasnya sengal seolah paru-paru sudah tak mampu lagi menarik udara. Matanya memancarkan sebuah pertahanan hidup. Apa yang bisa kauharapkan lebih dari seseorang yang berjuang melawan ajal. Tak seorangpun berhak menilai, biar dukun, alim ulama atau seorang sucipun, kematian tidaklah sekedar diomongkan sebagai kematian yang mudah, susah, menyakitkan, atau memalukan.

Bagiku ayah terlihat jantan dan tegar. Disetiap senggal tarikan nafasnya ada keberanian menatap maut, dengan kesadaran diri masih terpancar di matanya. Barangkali itulah satu-satunya yang ditunggu Ayah selama sakitnya.
Bagiku sangat manusiawi,“ .... sesuatu yang pasti dalam kehidupan ini adalah kematian, Ayah. Selamat jalan”

********
Kenangan
Stasiun Yogyakarta

Wednesday, September 9, 2009

STUPID CRIMES 3

Laki-laki dari Sarasota ditangkap pada hari Minggu karena mengijinkan anaknya yang baru berumur 8 tahun mengendarai mobil. Akibatnya parking lot rusak.

MB, 34 tahun mengatakan kepada polisi bahwa ia menyuruh anaknya menggantikannya dibalik kemudi karena ia merasa 'woozy' alias pusing. Anaknya hampir menabrak dua pejalan kaki sebelum akhirnya menabrak pohon. Ketika polisi menanyakan kepada anak kecil itu, ia menjawab bahwa bapaknya baru saja meminum obat cair supaya reda sakitnya, sambil si anak menunjuk pada sebuah botol whiskey. (Dari Tabloid Examiner)


Janu Jolang
Catatan Saku Imigran Gelap Di Amerika

 
Site Meter