Friday, July 16, 2010

PENGEMIS AMERIKA KALAH KREATIF DENGAN PENGEMIS INDONESIA

Kalau kubanding-bandingkan, ternyata pengemis Indonesia lebih kreatif dibandingkan pengemis Amerika. Pengemis di Indonesia -- khususnya di Jakarta tak pernah 'mati gaya'. Selalu ada cara – cara baru dalam 'mengemis', sedangkan pengemis Amerika gayanya 'garing' dan itu-itu saja.

Yang paling sering kujumpai adalah gaya 'terus-terang' alias nodong kita. Beberapa kujumpai di pertokoan daerah kota tua Georgetown, diantara turis maupun pengunjung yang lewat. Mereka duduk dengan tangan mengacungkan gelas plastik bekas air soda dan mengemis,” Give me a change ... give me a change.” Atau lebih sopan, “ Spare your quarter please ..” Atau,” Spill little help...Spill little help...” Atau dengan sedikit maksa,” Hey man, can you help me two dollars?”

Lain lagi, seorang pengemis kulit hitam yang suka mangkal di daerah P Street yang bergaya sok akrab, Ia melihat lawan bicaranya, menebak darimana berasal, lantas ngajak ngobrol kita dengan nada bicara seolah – olah kita adalah kawan lama,” Hey man, I aint racist. You know what I'm saying, It's okay about Spanish people, Asia, Japan, Chinese, Jacky Chan, I'm cool. Give me 5 dollar. “

Cara lainnya, mengemis dengan sedikit menghibur, salah satunya pengemis yang suka mangkal di trotoar Dupont Circle, Ia sering melontarkan komentar – komentar lucu bermaksud menghibur orang – orang. Terutama malam Minggu dan banyak gadis – gadis cantik lewat, si pengemis itu berkomentar,” Hey Young ladies don't break so many hearts tonight!!”

Atau di sebelahnya, di toko CVS. Seorang pengemis berlagak seolah-olah Ia seorang 'doorman' sebuah hotel yang selalu membukakan pintu kepada pengunjung sambil 'tak lupa' meminta uang recehan. Tapi ketika polisi datang diapun lari tunggang langgang.

Adalagi pengemis yang menurutku paling percaya diri. Dia seorang wanita muda yang cukup cantik, berpenampilan model punk, biasanya duduk di trotoar dengan ekspresi wajah cuek seolah tak butuh apapun di dunia ini. Di depannya, terpajang kertas bertuliskan kalimat dengan ukuran besar ( kedengarannya cukup punya rima):

WHAT THE FUCK !
ITS JUST A BUCK!

Barangkali kalau orang Surabaya tapi lama berdomisili di Jakarta 'misuh' yang artinya kira-kira begini:

JANCUK!
CUMAN CEPEK AJA!

Demikian gambaran cara pengemis Amerika meminta uang. Kalau di Indonesia ada pengemis yang mengekploitasi kekurangan atau kecacatan fisiknya, di Amerikapun kujumpai hal semacam itu. Pengemis yang cukup menggetarkan hati adalah seorang pria tengah baya bertampang Timur Tengah yang berpenyakit beri-beri dengan kaki bengkak persis seperti kaki gajah, sambil memegang kertas bertuliskan (barangkali) permohonan bantuan, diam terpaku dengan ekspresi sedih. Orang yang iba dengan kondisinya pasti merogoh saku atau membuka dompet untuk memberikan uangnya.

Terakhir, menurutku cara yang paling kreatif dalam mengemis adalah cara para homeless dan pengemis yang menjajakan 'koran jalanan' Street Sense, sebuah koran dua mingguan berharga 1 dollar bertiras 12 ribuan yang punya ide menggugah kesadaran publik tentang isu orang miskin perkotaan, pengemis, dan homeless. Hasil penjualan koran tersebut sekaligus sebagai sumber penghasilan bagi mereka. Setidaknya, mereka bekerja ..... Ada sebuah usaha ....tidak sekedar meminta-minta.


Janu Jolang
Catatan Saku Imigran Gelap Di Amerika

 
Site Meter