Saturday, December 17, 2005

JALAN-JALAN KE WHITE HOUSE

Hari Minggu Aku diajak Rinto jalan-jalan ke museum dan bangunan bersejarah yang berada di pusat kota Washington DC. Banyak turis mengunjungi beberapa obyek wisata yang sudah mendunia dan tak kalah dengan obyek wisata terkenal lain seperti Istana Buckingham di London, menara Eiffel di Prancis, atau menara Pisa di Itali.

Aku jalan kaki menuju 16th street yang hanya berjarak 5 blok dari Kampoeng Melajoe. Hari Minggu udara cerah dan tak begitu panas, membuat langkah kaki menjadi ringan. Tak makan waktu lama kami menyeberang jalan dan di depan terhampar taman Laffayette yang asri.
Sayang taman itu dipenuhi oleh homeless yang sedang bermalas-malasan, tidur sambil mendengarkan musik dari headphonenya, beberapa kata Oki ternyata anggota Secret Service yang menyamar untuk menjaga White House dari depan. Ya.. taman itu  menyatu dengan lingkungan White House dan hanya dipisahkan sebuah jalan yang banyak dipenuhi turis-turis untuk berfoto ria.
White House yang dulu hanya bisa kulihat di layar kaca kini benar-benar hadir di depan mataku. Rupanya inilah tempat berkantornya orang paling berpengaruh di muka planet dunia ini. Sosok yang suaranya seolah mewakili Penjaga Keamanan Dunia, yang kemana-mana selalu menenteng sebuah tas koper kecil berisi kode untuk meluncurkan rudal nuklir ke segala penjuru dunia.
Setelah itu aku berjalan ke belakang menyusuri trotoar di pinggiran perkantoran Departemen Keuangan hingga sampai ke sebuah tugu yang menjulang tinggi sebagai simbol kota DC, sebagai penghormatan kepada Bapak Bangsa sekaligus pencetus proklamasi kemerdekaan Amerika, George Washington Monument.
Ya .. Washington DC memang kota yang banyak mempunyai bangunan bersejarah. Di kejauhan kulihat monumen Abraham Lincoln berdiri megah, bapak bangsa yang telah membebaskan perbudakan kulit hitam.
Dan di sebaliknya kulihat gedung kubah dengan kedua sayapnya memanjang persegi khas arsitektur neoklasik dengan kolom kolom yang panjang, juga bentuk simetris di banyak tempat dan kubah yang terinspirasi dari gereja-gereja di Eropa. Gedung berwibawa yang kekuasaannya merambah ke segala penjuru dunia. Ya gedung dimana tempat berkantornya anggota Konggres yang terdiri dari 100 Senator dan 435 Anggota Perwakilan Rakyat. Yang suaranya bisa sampai ke Indonesia. Suara segelintir orang yang bisa mengancam hasil textil Indonesia atau menghentikan bantuan militernya. 
Kami berhenti dan duduk di bangku sepanjang lapangan. Dalam semilir angin diantara rerimbunan pohon, aku merasakan aura Ibukota Super Power Dunia terbingkai dalam penataan taman-taman kota yang asri dan sejuk, dengan segala keangkuhannya.

Wednesday, November 9, 2005

DITIPU KAWAN SENDIRI

Oki terlihat muram malam itu, ada kemarahan terselip di wajahnya. Oki mengeluarkan sumpah serapah dan menyebut nama seseorang: Aman. Aku tahu Aman adalah teman Oki yang datang bersama-sama ke Amerika lewat program magang kerja. Aman dan teman-teman berangkat dengan visa J-1 atau exchange visitor program, semuanya berstatus mahasiswa, dan kebanyakan kerja magang di restoran siap saji seperti Mc Donald, atau di hotel-hotel terpencil yang ramai hanya musim tertentu saja.

Oki tak menyangka Aman yang sudah dianggap saudara, teman akrab, teman yang selama 4 tahun tinggal di Amerika, mengalami suka duka bersama, pernah hidup terpencil di West Virginia, ternyata tega menipu dirinya. Ya, memang kalau kulihat antar teman-teman bervisa J-1 itu kompak, rasa solidaritasnya tinggi, sering menolong rekannya yang ada di daerah terpencil dan mendatangkannya ke DC. Mereka sering kumpul-kumpul, arisan, pergi pesiar bersama-sama, dan beberapa diantaranya bahkan pacaran, beberapa putus, dan beberapa ada yang menikah.
Mengenai Aman, kejadiannya sendiri berawal ketika bulan lalu Aman bilang bahwa ia akan pulang ke Indonesia untuk selamanya, alasannya ia ingin meneruskan kuliahnya yang telah terbengkelai akibat kabur dari program magang kerjanya. Kepada teman-teman, Aman menawarkan jasanya kalau ada yang mau titip sesuatu buat keluarga di Indonesia, ia bersedia menampungnya. Tawaran itu mendapat respon dari teman-teman J-1nya.
Memang kebiasaan orang Indonesia di sini, kalau ada kabar si anu mau pulang ke Indonesia, maka berita itu cepat menyebar dari kamar ke kamar, mereka lantas berbondong-bondong ke kamarnya si anu dan minta titip sesuatu untuk kerabatnya di Indonesia. Kadang mereka malah lebih "heboh" dari si anu yang mau pulang, dengan sok mengatur ini itu, memaksa titipannya dibawa walau tas sudah penuh.  
Dan betul saja, si Aman kebanjiran titipan dari teman-temannya. Sebulan berlalu, berita kedatangan Aman di Indonesia tidak bisa dikonfirmasi. Oki yang dilapori istrinya bahwa Aman tak bisa dihubungi merasa was-was. Sudah ditelpon berkali-kali tak ada jawaban. Dan ketika istri Oki mendatangi alamat yang diberikan, Aman tidak tinggal di situ.
Akhirnya heboh tentang Aman menyebar di Kampoeng Melajoe. Ketika Oki menanyakan hal itu kepada Kusno Oki mendapat jawaban yang sama: Aman tak bisa dihubungi. Usut punya usut ternyata bukan Oki saja yang kena tipu, Aman juga membawa kabur uang titipan teman-teman. Oki kena $5000, Kusno kena $3000, Desi kena $3000, Rustam kena $ 2000, dan masih banyak lagi teman-teman yang kena tipu, ada laptop, kamera digital, HP, baju-baju, tas, dan lain-lain. "Jancuk ..arek iku ... Tak dongakno ora slamet!!"

Saturday, October 1, 2005

HARI-HARI SETELAH PERISTIWA 911

Seluruh dunia geger dengan Serangan 911. Hari-hari mencekam kini meninggalkan duka yang mendalam. Proses pencarian dan penyelamatan korban terus dilakukan. Jumlah korban terupdate dengan cepat. Dari data penerbangan, jumlah penumpang keempat pesawat yang dibajak: 92 penumpang American Airlines 11 yang menabrak Gedung WTC, 65 penumpang United Airlines 175. Yang menabrak Pentagon pesawat American Airlines 77 membawa 64 orang, sedangkan pesawat United Airlines 93 membawa 44 orang dan jatuh di Shanksville. Semua pesawat tipe Boeing 757 dan 767. Tak satupun yang selamat dan total yang meninggal termasuk pembajak dan awak pesawat adalah 265 orang.

Hari-hari setelah peristiwa 11 September masih meninggalkan rasa kesedihan yang mendalam. Daerah P Street yang biasanya ramai di malam hari kini kulihat sepi. Orang-orang memilih tinggal di rumah untuk mengungkapkan rasa berkabung atas korban-korban yang meninggal dalam serangan 911 itu. Restoran tempatku bekerja juga sepi malam itu, para pelayan menggerombol di sushi bar. Saat itu Chong san memperkirakan jumlah korban meninggal lebih dari 10.000 orang mengingat saat itu adalah jam-jam sibuk perkantoran, dimana kedua gedung itu bisa menampung sekitar 50.000an orang.
Laporan korban terus terupdate dari kantor pemadam kebakaran yang petugasnya hilang dalam tugas, juga dari pihak kepolisian, paramedis, dan petugas keamanan. Tiap saat data bertambah ketika ada laporan masuk dari para keluarga orang - orang yang berkantor di gedung WTC.
Tuan Wang si delivery man mengatakan pada kami bahwa beberapa orang yang tahu seluk beluk tentang gedung itu memperkirakan andai para korban adalah yang terjebak di lantai atas dimana pesawat meledak, juga orang-orang yang secara langsung terhujam pesawat, maka diperkirakan korban meninggal sekitar 1500 an orang. Mereka meninggal karena menghisap asap tebal, bunuh diri loncat dari gedung, yang terbakar api, dan meninggal bersamaan dengan runtuhnya gedung. Di Washington DC, bagian gedung Pentagon  yang dihantam pesawat diperkirakan menelan korban sekitar 100 sampai 200 orang. Semua masih menunggu-nunggu dengan rasa berkabung yang mendalam.
Dalam waktu 72 jam pihak FBI sudah bisa mengidentifikasikan siapa dibalik aksi serangan 911 ini. Mereka mencurigai 19 orang berkebangsaan Arab yang menjadi penumpang pada ke empat pesawat tersebut. Dalam press release FBI menyebutkan nama nama yang terlibat beserta alamat, status, dan siapa-siapa yang dicurigai sebagai pilotnya. Diduga masih banyak anggota lain yang terlibat dalam konspirasi ini yang belum terungkap, penyelidikan intensif masih berlanjut.

Sunday, September 11, 2005

TRAGEDI 911

Jam 8:50 pagi: Selasa 11 September 2001 aku dikejutkan oleh suara keras Bang Herdi dari ruang tengah. Aku yang sedang bikin kopi di dapur kaget lalu tergopoh-gopoh menghampirinya; ia sedang serius nonton berita CNN. " Ada sebuah pesawat menabrak gedung WTC New York.... Gila, ... masa pesawat bisa nyasar sampe ke situ?", Bang Herdi membelalak. Reporter CNN melaporkan ada saksi mata yang melihat pesawat menghujam salah satu gedung kembar WTC, kemungkinan sebuah pesawat jet bermesin ganda.

Gedung kembar WTC adalah salah satu dari gedung tertinggi di dunia; setinggi 415-an meter, letaknya di pinggiran bawah Manhattan dekat Marina, tak ada jalur penerbangan yang melintasi Manhattan melainkan lewat di atas sungai Hudson mengarah ke Utara. Dan pagi itu pesawat terbang rendah dengan kecepatan tinggi langsung menuju kawasan Manhattan yang dikenal dengan pusatnya Keuangan Dunia.
Kulihat di televisi gedung tempat para pebisnis berkantor itu mengeluarkan asap. Suasana sangat mencekam. Saksi mata yang tinggal di Battery Park -- lewat telepon -- menceritakan bahwa ia mendengar suara menggelegar seperti bom disertai bunga api yang bercampur pecahan kaca, logam serta kertas-kertas yang berhamburan. Reporter menduga ini adalah Penerbangan Bunuh Diri. Apakah yang sebenarnya terjadi? Apakah kecelakaan atau kesengajaan? Semua penonton televisi masih bertanya-tanya.
Teman-teman yang sedang tidur akhirnya terbangun mendengar suara keras aku dan Bang Herdi. Oki dan Arif langsung bergabung di depan televisi, Rinto dan Asnawi tetap di pembaringan tapi menyimak. 
Jam 9.03 pagi: hanya kira-kira 15 menit, ada saksi mata melihat ledakan kedua yang lebih dahsyat, orang-orang segera berhamburan menyelamatkan diri. Penyiar mendapat kabar dari salah satu produser yang memberitahukan bahwa ada pesawat kedua yang "mungkin" menghantam gedung kedua WTC. Tak berapa lama televisi mendapatkan rekaman video saat pesawat kedua mendekat ke gedung satunya dan menghujam dengan keras hingga menimbulkan ledakan hebat. "Beyond believe!!" reporter kehabisan akal untuk memahami peristiwa yang sedang terjadi. Sangat tidak masuk akal kalau terjadi kesalahan navigasi pilot ketika dalam waktu kurang lebih 15 menit berturut-turut dua pesawat menabrak ke gedung kembar yang letaknya bersebelahan. Bang Herdi yang pernah bekerja di area itu bilang bahwa turis-turis banyak yang mengunjungi gedung WTC untuk bisa melihat panorama kota New York dari puncak gedung.
Jam 9.18 Reporter tivi mendapat kabar dari Associated Press, FBI mengkonfirmasi ada laporan dari otoritas pengontrol lalu lintas udara bahwa telah terjadi pembajakan pesawat. FBI belum bisa memastikan apakah ini serangan teroris, penyelidikan sedang berlanjut.
Jam 9:30 pagi: Presiden Bush muncul di televisi. Ia yang sedang menghadiri acara baca buku di sebuah SD di Florida langsung bereaksi dan menyatakan dalam pidatonya," Hari ini kita mengalami tragedi nasional bahwa dua pesawat menabrak gedung WTC. Ini adalah serangan teroris kepada negara kita. Saya telah bicara kepada Wakil Presiden, Gubernur New York, dan Direktur FBI dan menginstruksikan untuk segera membantu korban dan keluarganya, serta menyelidiki serta menangkap orang-orang yang melakukan aksi ini. Terorisme melawan bangsa kita tak bisa dibiarkan. Mari kita berdoa, semoga Tuhan memberkati korban, keluarga, dan Amerika."
" Gila man .... Gila .... Ini serangan Kamikaze", kata Bang Herdi. Aku sendiri masih tak habis pikir tentang dua pesawat yang bisa menabrak target yang sama dalam waktu yang hampir bersamaan. Dalam sejarah kecelakaan pesawat terbang tak pernah terjadi hal seperti ini, atau barangkali betul apa yang dikatakan Bang Herdi, ini serangan Kamikaze seperti pilot-pilot Jepang pada Perang Dunia II yang menabrakkan pesawatnya ke kapal perang lawan.
Kulihat di televisi asap tampak mengepul menyelimuti Lower Manhattan, bercampur dengan debu semen, kaca, logam, dan serpihan kertas-kertas yang berterbangan. Ribuan pekerja memenuhi jalanan, menjauh dari komplek gedung WTC. Sungguh suasananya sangat mencekam. Ambulan dan petugas Pemadam Kebakaran mengevakuasi korban luka-luka. Kobaran api di gedung kembar itu makin membesar, disertai ledakan yang menggelegar. Beberapa orang saksi mata menceritakan sambil sesenggukan bahwa ia melihat ada 5 atau 6 orang telah terjun dari ketinggian 400an meter dari gedung yang terbakar. Mereka terperangkap di atas lantai tempat pesawat terbakar. Mereka tak bisa turun dan terjebak kepulan asap tebal dan api yang menyala-nyala. Pemandangan sungguh mengerikan.
Tak beberapa lama penyiar tv menginformasikan bahwa telah diketahui satu pesawat yang dibajak adalah jenis pesawat Boeing milik maskapai penerbangan American Airlines yang berangkat dari Boston tujuan ke Los Angeles. Asnawi yang kakaknya dulu pernah kerja di perusahaan Boeing bilang bahwa pesawat yang dibajak ini adalah rute penerbangan jarak jauh, biasanya pesawatnya berukuran besar dan memuat bahan bakar lebih banyak," Ini bener-bener ..well planned, .... well coordinated." Sangat terencana .. sangat teliti.
Suasana tambah mencekam ketika ada berita dari reporter CNN di Washington DC bahwa Gedung Pentagon juga meledak. Terlihat kobaran api dan asap yang membumbung tinggi. Belum diketahui pasti apa penyebabnya, kami di kamar 720 menonton dengan suasana tegang. Teror telah merambat ke Washington DC, ibukota Amerika Serikat. Gedung yang paling aman di dunia itu telah diserang. Seluruh Amerika panik. White House dievakuasi, ada kabar dari intelijen bahwa White House akan diserang. Gedung Capitol, Departemen Luar Negeri, dan Departemen Keuangan dievakuasi. Aku makin bertambah bingung sebenarnya berapa pesawat yang dibajak dan siapa orang-orang yang bisa mengacak-acak Amerika Serikat seperti ini, secara Amerika dalam sejarahnya tak pernah diserang sehebat ini kecuali di kepulauan Hawaii.
Tak lama berselang reporter tivi menyampaikan kabar bahwa terjadi ledakan hebat dan bunyi bergemuruh, ternyata gedung South Tower runtuh. Semua rentetan kejadian itu berlangsung sangat cepat dan kami hanya bisa terbelalak kaget sambil tak percaya dengan apa yang kami lihat. Gedung kolaps dan runtuh seketika hanya dalam waktu 10 detik dan berubah jadi debu-debu semen yang menutupi Lower Manhattan. Gedung WTC, kebanggan dan simbol kota New York kini rata dengan tanah. Pemandangan sangat mencekam.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh dering telpon ternyata dari Tuan Tan bosku yang memberitahu kalau hari ini restoran tutup karena kejadian 911. Semua akses jalan ditutup, kereta dan bis disetop, semua kantor pemerintahan ditutup. Semua orang-orang tumpah ruah di jalanan, suasana pagi itu kacau balau.
Aku kembali ke televisi, kulihat dari sudut pandang berbeda ketika gedung South Tower runtuh, dari saksi mata yang ada di bawah gedung. Aku bisa merasakan kepanikan itu ketika orang-orang berlari sekuat tenaga menjauh dari reruntuhan yang mengandung puing-puing semen, pecahan besi baja, pecahan kaca jendela, serta serpihan kertas-kertas transaksi bisnis, yang membentuk gumpalan-gumpalan awan pekat seolah mereka sedang dikejar awan panas Wedus Gembel ketika gunung Merapi meletus.
Peristiwa mencekam berlanjut, gedung kedua Northa Tower kolap. Bahan bakar kerosin dari pesawat yang bersuhu sangat panas dan membakar sangat cepat itu melelehkan konstruksi bangunan gedung hingga tak mampu lagi menahan beban. Reporter televisi kehabisan kata-kata,"There are no words ....Horrific scene in horrific moment ..." Tak ada kata-kata untuk menggambarkannya .... Kejadian mengerikan pada momen yang mengerikan. Suasana saat itu seperti di dalam Zona Perang, update berita simpang siur. Ada laporan bom mobil di dekat Departemen Luar Negeri AS. FAA menutup semua penerbangan di seluruh Amerika, dan penerbangan Internasional yang menuju Amerika dialihkan ke Kanada.
Jam 10:48 pagi Helikopter datang dan pergi mengevakuasi korban di gedung Pentagon, juga pesawat tempur melintas di atas Washington DC untuk menjaga kawasan udara. Sumber di Pentagon menyebutkan bahwa ada pesawat kedua sedang menuju ke Washington DC, diperkirakan akan menyerang White House atau Gedung Capitol.
Tak lama ada berita Boeing 757 jatuh di Somerset, Pennsylvania. Berarti ini sudah empat pesawat yang jatuh di pagi hari tanggal 9 September 2001. Terlihat rumah sakit kebanjiran para korban, reporter belum tahu berapa korban yang meninggal, luka, dan hilang. WTC sendiri diperkirakan menampung 50.000 orang yang berkantor pada hari kerja, juga kereta bawah tanah yang berhenti di sana, serta turis-turis yang ingin menikmati pemandangan dari puncak gedung WTC.
Hampir tiga jam lebih kami tak beranjak dari duduk dan memfokuskan pandangan mata ke televisi. Baru pertama kali ini aku menonton tragedi kemanusiaan detik demi detik langsung dari tivi, sungguh sangat mengerikan. Tak terasa aku sudah menghabiskan berbatang-batang rokok dan dua gelas kopi. Perutku mual. Dalam benak aku bertanya-tanya siapakah yang berada di belakang ini semua?

Wednesday, August 10, 2005

JIWA JURNALIS YANG PERNAH ADA

Jiwa jurnalisku terbangkitkan kembali gara-gara si Crystal Ball, seorang wanita kulit hitam berkepala plontos yang sering mondar mandir di area sekitar restoran tempatku bekerja. Ya semasa mahasiswa aku pernah aktif di lembaga Pers Mahasiswa. 5 W 1H itulah resep dasar menjadi jurnalis, resep yang diajarkan dalam diklat pers mahasiswa yang pernah kuikuti, What, Who, When, Where, Why dan How. Dan cara menuliskannya menganut konsep Piramida Terbalik, ketika sebuah berita kepanjangan maka seorang editor akan memangkas informasi yang kurang penting mulai dari bagian bawah.

Yaaa ... aku tahu diri bahwa aku bukan seorang penulis yang diperhitungkan kala itu.
Tulisanku dulu jaman mahasiwa tak punya mutu tinggi. Ikut aktif di dunia pers mahasiswa bagiku sudah cukup menyenangkan, menambah pertemanan dan wawasan. Aku tahu diri ketika tak pernah dilibatkan dalam penulisan berita yang butuh analisa mendalam, riset data yang akurat, dan diskusi panjang sebelum diterbitkan. Kala itu aku tak bisa masuk ke dalam kalangan penulis elit yang menggarap rubrik Laporan Utama tentang Peta Perpolitikan Indonesia, atau tentang Militerisme di era Soeharto, atau penumpukan kekayaan pejabat dan kroninya lewat jalan KKN. Aku kalah pintar, kalah kritis, kalah berani, dalam membuat berita dengan analisa yang dalam. Pokoknya aku kalah segala-galanya dalam membuat sebuah tulisan yang menarik lagi menggemaskan. Dan tentu saja tulisan seperti itu berakibat sewaktu-waktu bisa diciduk intel Kodim.
Aku selalu kebagian menulis yang ringan-ringan seputar tulisan feature, tulisan ringan tentang humanisme; kisah seorang penjaga parkir motor kampus, atau penjaga palang kereta api, atau nasib seorang pemulung. Ya aku cuma kebagian nulis berita kisah, berita ringan yang lebih menekankan sisi human interest. Tak terlalu aktual tema-temanya, hanya sekedar merekam sebuah kejadian atau fenomena dalam realitas sosial.
Andai aku dapat peran yang lebih, itu karena posisiku yang fotografi dan ilustrator majalah universitas, maka giliran para penulis elit sibuk membahas masalah filsafat Post Modernisme, mengadakan diskusi dengan pakar-pakar kala itu seperti Ariel Heryanto, Nirwan Dewanto, Ahmad Arsuka dkk, aku kebagian mendapatkan tugas merancang sampul depan majalah dengan tema dekonstruksi.
Segera kuambil beberapa majalah dan kupilih beberapa warna mencolok, kupotong-potong beberapa warna menjadi sebuah kolase, dengan latar depan foto Derrida dan Fucoult yang kumutilasi menjadi sebuah disain cover berwujud Bola Dunia, dalam tatanan baru yang mencoba berdamai dengan nilai-nilai modernitas, atau merekonstruksinya kembali ke dalam sebuah aliran pemikiran baru.
****
Crystal Ball menurutku unik, kalau tak kenal dia pasti mengira ia seorang laki-laki, perawakannya kurus pendek, teteknya hampir tak ada, gaya bicaranya lantang dan macho, merokok, serta perangainya mudah marah. Apalagi kalo dari mulutnya tercium bau alkohol, maka perangainya makin runyam. Caci maki dan sumpah serapah dalam bahasa "slank" yang paling jorok keluar bertubi-tubi dari mulutnya, dan herannya -- itu tak ada henti-hentinya. Ibarat senjata api yang menyalak dalam perang kota di Baghdad, si Crystal Ball mengutuk siapa saja secara membabi buta. Barangkali semua orang sepakat bahwa si Crystal Ball punya problem mental alias sakit jiwa.
Crystal Ball tak punya pekerjaan tetap. Kadang ia membantu membersihkan kaca di toko grocery milik orang Korea, atau mengelap meja kursi di kedai Sandwich, atau menyapu trotoar sepanjang satu blok. Kalau kutanya siapa yang membayarmu untuk menyapu jalanan, dia hanya menjawab tak ada yang membayar. Dia melakukan untuk kebersihan lingkungan. Rasa peduli lingkungannya kuacungi jempol. Di sini orang dilihat dari partisipasinya dalam komunitas sosial.
Tapi kalau dibandingkan dengan si Afghanistan, Sakhi Gulestan sungguh si Crystal Ball tak ada seujung kukunya, apalagi sifat dan perilakunya sangat berseberangan bagai langit dan bumi. Sakhi adalah sosok pria yang baik hati di komunitas Dupont Circle. Yang hidup di van mobil bersama istrinya dekat stasiun kereta. Di pagi hari mereka jualan payung, syal, dan asesori pernik pernik dari Afganistan di pinggir jalan. Malam hari mereka menampung roti-roti donasi dari toko bakery yang tak habis terjual kemudian membagi-bagikan roti itu kepada para homeless di taman Dupont Circle, membangunkan mereka yang tengah tidur kelaparan di malam hari dengan suara bersahabat, teman kamu pasti lapar - ini ada sepotong roti buatmu.
Dan kalau ada roti yang tersisa maka ia meremahkan roti-roti itu untuk keesokan harinya ia memanggil merpati-merpati liar yang berterbangan secara bergerombol dan diberikan kepada mereka. Sering dia disebut si Bird Man karena kepeduliannya terhadap burung-burung itu. Kuperhatikan adegan itu seperti seorang Mujahidin tanpa senjata dengan pakaian sorban serta brewok sedada sedang memberi makan merpati-merpati. Demikianlah budi baik itu dilakukan Sakhi selama bertahun-tahun dengan tulus ikhlas.
+++
Crystal Ball sungguh mengusik rasa keingintahuanku. Kubayangkan si Crystal Ball adalah seorang pesakitan mental yang mencoba bertahan hidup. Ia selalu berkata dan mengulangi pernyataannya, " somebody gonna kill me." Dan entah siapa yang akan membunuhnya aku juga tak tahu.
Pada suatu hari kulihat di seberang jalan di depan hotel si Crystal Ball sedang marah-marah dengan petugas Doorman dan manager hotel. Tak lama polisi datang. Beberapa hari kemudian ketika aku bertemu dengannya ia menceritakan bahwa ia dituduh meludahi pegawai hotel. Sedangkan dia beralasan saking antusiasnya dia berargumen ludah muncrat dari mulutnya. Sejak kejadian itu ia mendapatkan notice dari polisi tak boleh mendekati hotel tersebut. Dalam komunitas Dupont Circle dia dipandang sebagai seorang relawan sosial sekaligus  "trouble maker". Sungguh sangat absurd.

Monday, July 4, 2005

BARANG BEKAS

Di lantai basemen apartemen dekat ruang laundry aku sering melihat perabot atau barang-barang tergeletak di sana. Ya.. itu semua barang-barang yang sudah tak dikehendaki pemiliknya, barangkali sudah rusak, atau sudah bosan. Ada kursi, rak kayu, sofa, kasur, tv bahkan komputer. Di dekat lobby ada juga penghuni yang menaruh buku-buku, majalah, atau vas bunga antik yang berarti kita boleh mengambilnya andai suka. Sering aku mengalami "dejavu" ketika bermain ke kamar orang Indonesia dan melihat sofa yang kududuki rasanya pernah melihatnya di suatu tempat, yaa .. di tempat pembuangan barang bekas di basemen apartemen.

Apakah hanya orang Indonesia saja yang suka mengumpulkan, memiliki atau membeli barang-barang bekas? Ternyata tidak. Orang Amerikapun punya kebiasaan yang sama. Di jalanan, terutama di akhir pekan sering kulihat selebaran yang ditempel menginformasikan ada Yard Sale, jualan barang-barang loak di halaman rumah mereka. Di situ dijual baju-baju, jaket, pisau dapur, sendok garpu, buku-buku, vacum cleaner atau apa saja yang pantas dijual.
Suatu hari aku diajak bang Herdy pergi ke sebuah toko, di sana dijejer barang-barang yang ditata seperti toko perbelanjaan merk ternama. Berbagai barang-barang bermerk ditempeli label harga super miring. Ada jas Calvin Klein, baju wanita Zara, sepatu merk Aldo dan masih banyak lagi. Usut punya usut ternyata semua barang-barang itu adalah bekas pakai. Dan ketika kulihat pengunjungnya banyak bule Amerika aku makin kaget. Ternyata orang bulepun "demen" mencari barang-barang bekas.
Ya, barang-barang tersebut dikumpulkan dari tempat-tempat tertentu seperti pom bensin, di area perumahan, atau di keramaian seperti di sebelah restoran tempatku bekerja. Box besi itu milik lembaga-lembaga sosial yang menampung segala macam baju-baju bekas yang oleh pemiliknya sudah tak dipakai lagi. Dari barang - barang yang terkumpul akan disortir dan kemudian dikirimkan ke toko - toko barang bekas -- biasanya disebut Thrift Store. Di dalam toko layaknya Departemen Store, terdapat segala macam barang mulai dari baju-baju hingga peralatan rumah tangga. Ya barangkali itulah bentuk dari program daur ulang yang aktif digalakkan, selain untuk mengurangi sampah dunia, juga bermanfaat bagi orang-orang berkantong cekak.

Friday, June 17, 2005

TINGGAL RAME – RAME DALAM KAMAR STUDIO

Aku tak bisa membayangkan andaikata orang Amerika yang biasa mengutamakan nilai-nilai privacy dalam kehidupannya berkumpul dalam satu ruangan sempit seperti kita di kamar 720. Mungkin mereka sudah berantem satu sama lain, atau barangkali sebagian dari mereka akan mengalami depresi.

Masalah tersebut tak lain adalah bagaimana sulitnya menjalin kebersamaan diantara kita. Bukan apa – apa, diantara kita saling kenal ketika di Amerika. Mungkin masalah tak sesulit jika sebelumnya kita memang sudah berteman. Aku sendiri mengenal Bang Herdi kira – kira 5 bulan lalu, ketika aku mencari tempat kos di DC dan mendapatkan informasi dari mas Tio kalau Bang Herdi masih menerima orang. Saat itu di kamar 720 sudah ada dua orang penghuni lainnya yaitu Arif anak Madura dan Oki anak Malang.
Tak berapa lama, Rinto yang tadinya tinggal di lantai 2 mendadak pindah ke kamar 720 karena berantem melulu dengan teman sekamarnya. Dan terakhir, sebulan lalu Asnawi anak Bandung yang baru datang dari Indonesia ngekos juga. Waktu itu secara tak sengaja Oki dan Arif bertemu Asnawi lagi jumatan di Islamic Center. Ngobrol punya ngobrol, si Oki menjanjikan untuk nyariin kerja di DC, jadi ikutlah Asnawi bergabung dengan kita.
Enam orang, berkumpul dalam sebuah ruangan sempit, masing – masing punya karakter dan kebiasaan yang berbeda. Kita berasal dan tumbuh dari latar belakang sosial dan pendidikan berbeda. Tentu merupakan sebuah pengalaman dan tantangan tersendiri. Disini kita benar – benar diuji, bagaimana cara kita bergaul, memperlakukan orang lain, saling toleransi dan ujung – ujungnya melatih kesabaran.
Salah satu contoh kecil adalah kebiasaan si Oki yang terus terang membuat kami agak bingung. Di musim panas, ketika suhu sedang panas – panasnya, 100 derajat F atau hampir 40 derajat celcius, si Oki diam – diam mematikan AC apartemen. Diantara kita yang sedang tertidur akhirnya terbangun kegerahan. Kita tak tahu apa hal itu dilakukan karena iseng, atau dengan maksud lain. Soalnya itu dilakukan berulang kali dan amat wajar kalau kita merasa jengkel. Dilain musim, ketika suhu sedang dingin – dinginnya, minus 10 derajat C, si Oki diam – diam membuka jendela tanpa sepengetahuan kami. Teman – teman yang mulai kedinginan menduga hitter-nya rusak, tapi setelah tahu jendela terbuka, kami menduga ini pasti kerjaannya si Oki.
Lain lagi kebiasaan Bang Herdi, si empunya kamar. Dia sering mengunci diri dan menghabiskan waktu berjam – jam di dalam kamar mandi. Entah apa yang dilakukan kita – kita nggak tahu pasti, kadang ia membawa laptopnya ke dalam kamar mandi. Barangkali ia sedang chatting karena memang tempat kami punya router untuk koneksi wireless. Atau mengakses situs – situs porno. Kebiasaan itu sama sekali tidak mengganggu kita, kecuali benar – benar kala kita kebelet kencing atau berak. Kalau sudah begitu, kita harus mengetuk pintu, terdengar suara bang Herdi bilang sebentar, lantas dia keluar dengan handuk masih melilit diperutnya.
Ya, itu baru sebagian kecil kebiasaan anak – anak 720. Belum mengenai karakter dan sifat – sifat yang bisa jadi berbeda. Tapi sejauh ini sepertinya kita “aman – aman saja” dan bisa beradaptasi dengan baik. Mungkin karena kultur bangsa kita yang kental dengan nilai kebersamaan, keramah tamahan, jadi mudah akrab dan bisa menerima kehadiran orang lain. Barangkali  inilah  yang  membantu kita – kita  ini para perantau bisa survive hidup di Amerika.

Tuesday, May 3, 2005

CSIG di Amerika: APARTEMEN KAMPOENG MELAJOE DI DAERAH DOWNTOWN WASHINGTON, DC

Aku tinggal di sebuah apartemen, sebut saja Apartemen Kampoeng Melajoe di daerah downtown Washington DC.

Istilah Apartemen Kampung Melayu populer ditahun 80an. Waktu itu hampir sebagian besar penghuninya orang – orang Indonesia. Kalau kita iseng menyusuri tiap lantainya, pasti segera tercium bau masakan khas Indonesia. Bawang goreng dalam kuah santan, bumbu rendang yang menggoda selera, atau sambal terasi yang menyengat hidung. Konon tetangga kamar yang bukan orang Indonesia protes keras bau tak sedap itu, katanya seperti bau bangkai.

Tinggal di apartemen bukanlah sebuah kemewahan di Amerika sini. Tidak seperti bayangan kawan – kawan atau saudara saya yang tinggal di kampung sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Mereka membayangkan aku hidup nyaman, mewah, dan tentunya berkantong tebal. Apalagi ketika mendengar ongkos sewanya yang mahal, USD1100 perbulan untuk tipe studio, atau USD 1450 untuk tipe 1 bedroom. Dalam bayangan mereka uang 8 – 12 jutaan rupiah perbulan bisa untuk mengangsur rumah yang cukup bagus di Indonesia.

Kalo boleh berkata jujur, uang USD 1100 bagiku cukup banyak untuk menyewa apartemen. Apalagi untuk kalangan perantau yang hanya bekerja di restoran seperti aku dan kebanyakan teman – teman di sini. Lokasi apartemen "Kampoeng - Melajoe" yang strategis, dekat daerah perkantoran, dan hanya 15 menit jalan kaki ke White House, harganya memang sudah setinggi langit. Bahkan teman kerja yang asli Amerika, Alex agak kaget ketika tahu aku tinggal di daerah elit yang tiap hari selalu dilewati iring – iringan polisi yang mengawal wapres Amerika.

Mungkin menurut Alex, seorang bergaji rendah tak akan mampu menyewa apartemen sekaligus memenuhi biaya hidup yang tinggi di pusat kota kosmopolitan seperti Washington, DC.

Mungkin dengan mengambil perbandingan sepadan, kita akan sama terkejutnya ketika tahu seorang tukang cuci piring di restoran Pecenongan tinggalnya di apartemen Kawasan Sudirman atau Kuningan.

Tapi keterkejutan Alex segera sirna ketika tahu bahwa aku tinggal berame – rame. Istilah kerennya “ sharing”. Cuma dalam kenyataan lebih tepat disebut “ngirit”. Kini Alex terbengong-bengong ketika tahu kami tinggal berenam di sebuah kamar studio yang sempit. Sewa kamar yang USD 1100 perbulan dibagi enam jatuhnya hampir 200an dollar. Amat murah kan?

Maaf-maaf saja aku kadang nggak tega menggambarkannya, atau menceritakan ini kepada teman-teman atau keluargaku di Indonesia. Ukuran kamar yang tak begitu luas,
kira – kira 6 x 4 meter, tapi ditempati 6 orang. Mungkin tempat itu lebih layak disebut barak pengungsian ketimbang apartemen. Salah satu teman kami, Rinto, selalu menyebut dengan istilah “ikan pindang” ketika melihat kita – kita sedang tidur berjajar.

Sedikit kalau boleh aku gambarkan, begitu kita masuk, dibalik pintu terdapat rak sepatu. Satu orang minimal punya dua sepatu dan satu sandal, jadi bisa dibayangkan jumlah sepatu yang menumpuk di balik pintu. Beberapa sepatu itu jarang dicuci, sehingga aroma kaki busuk kadang tercium memenuhi ruangan. Disebelah rak sepatu, ada sebuah komputer lawas Pentium 3 yang disediakan Bang Herdi si pemilik kamar, untuk keperluan browsing internet, nonton Tukul Arwana atau Bajaj Bajuri di Youtube.

Untuk menutupi pandangan dari luar, Bang Herdi memasang sekat sebuah meja dengan rak buku hampir menyentuh atap. Selain itu, hanya ada sebuah meja makan kecil mepet ke tembok beserta 3 kursi. Satu lagi, ada sebuah tv yang 'dapat nemu' di ruang laundry dan diletakkan di sudut dekat jendela. Sisanya ruangan dibiarkan kosong di tengah. Tata ruang seperti itu dipakai
untuk menampung ke enam orang biar bisa tidur berjajar.

Tinggal berame – rame bukannya tanpa resiko. Setiap hari selalu main kucing – kucingan dengan pihak management gedung. Batas yang diperbolehkan untuk tipe studio hanya dua orang. Ketahuan melanggar maka ancamannya adalah, peringatan pertama: nama – nama yang tidak ada di daftar harus keluar, atau perintah kedua: semuanya harus keluar. Hal ini sudah tercantum dalam pasal-pasal perjanjian sebelum kita mengontrak.

Tak sulit bagi mereka melakukannya, tinggal telpon lawyer, seminggu kemudian datang surat yang menyatakan bahwa kita melanggar kesepakatan yang telah ditentukan. Untuk mensiasatinya, kita hanya memasang dua kasur yang digelar lesehan di ruang tengah. Sisanya kita berempat tidur memakai matras tipis yang biasa untuk alas senam atau yoga. Bahkan saking sempitnya, satu kawan dari Madura bernama Arif memanfaatkan ruang closet di depan kamar mandi untuk tidur. Pagi hari, bangun tidur, kita mulai berbenah sehingga jika ada pemeriksaan kita bisa beralasan kalau empat kawan kita sedang bertamu. Siasat ini awalnya terasa berat dilakukan, tapi lama kelamaan menjadi terbiasa, bahkan sudah menjadi pola hidup kita.

Janu Jolang
Catatan Saku Imigran Gelap di Amerika

Friday, April 29, 2005

CSIG di Amerika: CHERRY BLOSSOM

Washington DC punya 'gawe', ya Festival Nasional 'Cherry Blossom'. Dimulai setiap tanggal 28 Maret sampai 12 April. Banyak turis dari penjuru Amerika dan luar negeri datang untuk melihat dan menikmati mekarnya bunga cherry (kalau di Indonesia ibuku bilang bunga sakura). Kota Washington saat ini berubah menjadi lebih asri, romantis, dan penuh dengan warna-warni pink bunga sakura yang menyejukkan mata.

Dari sejarahnya, pada tahun 1912 Walikota Tokyo Yukio Ozaki menghadiahi 3000 pohon sakura kepada warga kota Washington, DC sebagai tanda persahabatan antara Amerika dan Jepang. Dalam upacara yang sederhana, istri dari presiden Taft bersama istri dari Duta besar Jepang menanamkan dua pohon cherry pertamakali di Tidal Basin, West Potomac Park. Pada tahun 1965, duapuluh tahunan setelah Jepang dibom Amerika, Ibu negara Lady Bird Johnson menerima lagi 3800 pohon untuk ditanam di berbagai sudut kota Washington DC.

Selama festival berlangsung, diperkirakan satu juta orang datang ke Washington DC. Bisa dibayangkan kota sekecil kecamatan itu dipenuhi orang-orang, terutama pada saat 'peak bloom period' yang diperkirakan tahun ini antara 1 – 4 April.

Hotel-hotel, restoran, bis dan kereta bawah tanah mengalami masa-masa panen. Demikian pula para penyelenggara even merancang berbagai macam acara menarik mulai dari Karnaval, Festival Layang-layang di lapangan Mall, Maraton 10 mile, Pesta Kembang Api, Grand Sushi & Sake Tasting, Japanese Street Festival, Panggung Kebudayaan di Tidal Basin Stage (Anak-anak Indonesia suka ngisi acara ini), dan acara lain-lainnya.

Sunday, March 27, 2005

CSIG di Amerika: SPRING BREAK

Pertengahan bulan Maret selalu ditunggu – tunggu oleh setiap orang. Ya musim dingin mulai habis - berganti dengan musim semi. Udara mulai terasa nyaman, terasa segar masuk ke lubang pernafasan. Pepohonan yang tadinya seolah mati, kering kerontang; kini menampakkan kembali kehidupannya. Bunga-bunga mulai bermunculan, rerumputan mulai tumbuh, dan bajing – bajing mulai menari-nari di sekelilingnya. Demikian pula kulihat para wanita mulai menanggalkan jaketnya yang tebal, berganti dengan kaus nilon dan celana 'spandex' yang menonjolkan lekukan tubuhnya. Beberapa wanita kulihat sudah mulai tak sabar dengan mengenakan rok mini atau baju ' you-can-see' musim panas, padahal udara masih belum stabil, sering berubah-ubah, dan lumayan dingin. Beberapa pria kulihat mulai melirikkan mata, atau memakai kacamata gelap demi menikmati indahnya suasana musim semi.
Spring is in the Air!!!
Spring is in the Air!!!

Tuesday, January 11, 2005

TSUNAMI MENGHANTAM INDONESIA


Hari Natal restoran libur. Seharian aku berada di apartemen dari pagi hingga malam. Libur setahun sekali di Hari Natal dan sekali Thanksgiving kupakai untuk beristirahat.

Malam hari dari berita di televisi aku melihat Breaking News yang mengabarkan telah terjadi gempa dahsyat di Samudera Hindia ujung Sumatera Utara, 26 Desember 2004 dan itu adalah Indonesia negaraku. Aku lalu menyimak berita itu. Dilaporkan bahwa pusat gempa kurang lebih 160 km sebelah Banda Aceh sedalam 10 kilometer.
Dari "first picture" yang didapat kulihat orang-orang ketakutan di jalan -jalan, ada yang rebahan di tanah, panik merasakan getaran bumi yang hebat, terlihat kakak adik berangkulan sambil dari telepon genggamnya berusaha menelpon orang tuanya. Semua tak tahu dampak seperti apa yang akan terjadi dengan gempa yang diperkirakan berkekuatan 8.7 skala Richter. Dilaporkan oleh reporter tv goncangannya sampai terasa di Singapore, Thailand, Burma, Bangladesh, Kolkata, Bangalore. Gempa ini masuk kategori salah satu gempa terdahsyat yang pernah terjadi dalam kurun waktu 100 tahun.
Peringatan bahaya Tsunami kemudian ditujukan kepada 28 negara yang kemungkinan bakal kena dampak dari gelombang air laut dahsyat akibat patahan yang terjadi di dasar laut. Gelombang setinggi 6 - 9 meter diperkirakan akan menghantam daerah pantai di Samudera Hindia.
Keesokan harinya di restoran Shelly pelayan restoran menanyakan kepadaku apakah yang terkena bencana Tsunami itu kampung halamanku, aku jawab bukan. Aku jelaskan bahwa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, kampungku di pulau Jawa sedangkan bencana itu terjadi di sebuah pulau yang berdekatan dengan Malaysia, Singapore, dan Thailand, yaitu Sumatra. Dan ternyata akibat Tsunami itu sungguh mengerikan. Beberapa saksi mata yang sempat merekam kejadian betapa air bah yang berkekuatan maha dahsyat itu secara dingin dan kejam meluluh lantakkan Banda Aceh, menelan semua pepohonan, bangunan, mobil, rumah-rumah, dan orang-orang. Juga ketika hantaman ombak tsunami itu memporakporandakan turis-turis di pantai Phuket Thailand. Sungguh tragedi kemanusiaan yang amat sangat mengerikan yang terjadi di muka bumi ini, menghantam negara-negara di perairan Samudera Hindia, dan diperkirakan menelan korban jiwa 230.000 orang meninggal, dan hampir sebagian besar korban meninggal dan hilang berasal dari Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand. Gempa ini merupakan bencana yang mengakibatkan kematian terbesar sepanjang sejarah manusia.

 
Site Meter