Friday, June 17, 2011

KREATIFNYA PENGEMIS – PENGEMIS INDONESIA

Seperti pernah kubandingkan, pengemis di Amerika tak ada seujung kukunya dengan pengemis di Indonesia. Pengemis di Jakarta tak pernah 'mati-gaya' selalu ada cara-cara baru dalam mengemis.

Salah satunya yang membuat jantungku berdebar – debar adalah seorang yang bertampang “brengos”, masuk ke dalam bis, dan “berlagak” seolah-olah kriminal yang baru saja keluar dari penjara.

Dia bilang begini kepada penumpang bis:” Para penumpang bis yang budiman, saya sebetulnya malu mengatakan ini kepada Anda sekalian. Hari ini saya barusaja keluar dari penjara Cipinang dan saya ingin pulang ke kampung saya di Serang. Terus terang saya tak punya bekal dan (sambil mengehunus gagang pisau yang diselipkan diantara celananya) saya meminta dengan hormat saudara bisa sedikit menolong saya sekedar beramal untuk ongkos saya pulang ke Serang. Mohon perhatian saudara saudara sekalian, saya pernah merasakan betapa keras dan susahnya hidup di penjara, jadi jangan bikin saya terpaksa menggunakan kekerasan dan kembali lagi ke penjara.”

Wooow dalam hati aku “keder” juga mendengar ancaman si pengemis yang tampangnya “preman” itu. Terpaksa kurogoh saku dan kurelakan jatah rokokku hilang. Menurutku, cara dia mengemis sungguh kreatif. Kreatif bro ... cuma ini udah “ngeganggu” ketentraman sosial. Kita-kita merasa terintimidasi dengan tingkah polahnya.

Dilain waktu ketika aku naik KRL jurusan Beos, ada seorang pengemis tua yang kehilangan anggota tubuhnya dari lutut ke kaki. Dengan dibalut perban yang seolah-olah masih berdarah, pak Tua itu merangkak di lantai kereta sambil menghiba-hiba kepada penumpang. Peran dia sebagai “mantan” Penderita Kusta -- sangat mengena dihati penumpang. Herannya, pengemis serupa kutemukan juga di perempatan lalu lintas, dan tempat keramaian lainnya. Peran yang mereka tampilkan “seragam”, membuat para dermawan merasa iba sekaligus jijik melihat luka yang masih berdarah (dan jangan-jangan menular).

Memang kata temanku Rohman, Indonesia adalah surganya para pengemis. Aku sampai kaget mendengar bayi yang disewakan 75. 000 rupiah perhari buat mengemis, juga orang buta yang bertarif 150.000 rupiah perhari. Dalam hatiku bertanya, “Modal awalnya aja sudah 75.000 atau 150.000 rupiah. Lantas si pengemisnya dapat berapa?”

Dan makin kaget aku dibuatnya ketika Rohman mengatakan bahwa pengemis orang buta bisa bikin antara 500.000 sampai 800.000 rupiah seharinya. “ Wah kalo dirata-rata 600.000 ribu dan “ngemis” 25 hari, berarti pendapatannya 15 an juta rupiah sebulan. Ngalah-ngalahin pegawai negeri dong?”

“ Iya. Ada mafianya, ada yang mengkoordinir. Mereka punya daerah masing-masing. Tiap pagi mereka di drop dan malamnya di jemput. Jangan harap bisa ngemis di perempatan Coca – Cola kalau nggak ada lampu hijau dari preman si empunya daerah situ.”

Aku masih terheran-heran dalam hati mendengar penjelasan si Rohman. Jujur penghasilan pengemis di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan upah minimum rata-rata di negara Amerika. Di negara bagian Virginia, seorang bekerja full time 8 jam dibayar $ 7.25 perjam, dan hanya mendapatkan USD 58 sehari. Seminggu mendapat $ 290, dan sebulan $ 1160. Dengan pajak pendapatan yang bervariasi antara 10 sampai 20 an persen. Kita bisa mengantongi pendapatan bersih sekitar $ 1000 an alias 9 juta rupiah (kurs 1 dollar setara 9000 rupiah).

Pantesan pengemis Indonesia kreatif karena selain pendapatannya besar, saingannya banyak. Mereka juga berfikir tentang inovasi ketika satu cara sudah nggak mendatangkan duit lagi. Dahulu kala ketika aku masih kecil, pengemis datang ke rumah – rumah meminta sedekah dengan tulus. Jika tak ada uang didapat, mereka mau menerima makanan sisa, atau baju-baju bekas. Pengemis sekarang “boro-boro” mau dikasih baju bekas, maunya hanya uang.

Dahulu pengamen hanya memakai kecipring, ketipung dari kaleng, atau kotak kayu dengan tiga senar dari karet. Dan ketika kita bilang “sanese mawon” atau menolak secara halus, mereka segera pergi. Tetapi sekarang, pengamen lebih “garang”. Ketika dikasih 100 rupiah, duit itu dilemparkan kembali kepada kita disertai umpatan dan caci maki.

Janu Jolang
Catatan Saku Imigran Gelap di Amerika

 
Site Meter