Tuesday, January 13, 2009

Akankah Tuhan Membantu Obama?

(Janu Jolang - Washington DC)

Artikel ini ditulis untuk Kompas online, Kokiworld - Senin 12 Januari 2009

Dear Zev dan semua KoKiers di penjuru dunia ....
Tinggal selangkah lagi Obama akan menduduki Gedung Putih. Tanggal 20 Januari 2009 adalah upacara pengambilan sumpah yang diperkirakan berlangsung meriah dan paling spektakuler dalam sejarah kepresidenan Amerika.

Berbagai persiapan, mulai pengamanan yang super ketat, penutupan jalan dan jembatan ke arah Washington DC, kesiagaan pasukan keamanan nasional, ribuan polisi, rumah sakit, penjara, dan hotel – hotel telah siap menyambut kedatangan 2 juta orang yang akan memenuhi Ibukota Amerika yang luasnya tak seberapa. Kalau tidak ada aral melintang, Obama akan menjadi Presiden Amerika yang ke 44.


Di sisi lain, ada pihak – pihak yang ingin menggangu atau barangkali mempunyai agenda dalam acara pengangkatan sumpah Obama. Salah satunya, pada tanggal 30 Desember 2008, 11 organisasi atheis dan 29 orang atheis di Amerika, dipimpin oleh Michael Newdow, lawyer dari California, dokter, sekaligus atheist tulen mendaftarkan tuntutan hukum pada US District Court di Washington, DC.

Tuntutan itu berkaitan dengan rencana upacara pengangkatan presiden terpilih Barrack Obama. Sedangkan pihak yang dituntut, defendants, diantaranya Chief Justice of Supreme Court John Roberts, executive director Presidential Inaugural committee Emmett Beliveau, Senator Dianne Feinstein, Major General Richard J. Rowe Jr., the Reverend Rick Warren dan the Reverend Joe Lowery.

Tuntutan dari Newdow dkk ada dua hal:
- Pertama, tuntutan menghilangkan kata – kata “ So help me God” dari teks sumpah presiden yang akan diucapkan Obama
- Kedua, tuntutan menghilangkan ritual doa pembuka dan penutup dalam acara tersebut.

Seperti diketahui, ketua Mahkamah Agung John Roberts akan mengambil sumpah pada acara itu, dan Obama juga telah menunjuk pendeta pilihannya untuk mendampinginya. Rencananya Obama akan menggunakan Bible yang dulu dipakai oleh Presiden Abraham Lincoln saat diambil sumpahnya.

Bagi Newdow dkk, karena mereka – adalah orang – orang yang menganut faham tidak mempercayai Tuhan, maka ketika mendengar kalimat “ So help me God” diucapkan, dirasakan bagi mereka sangat mencederai hati, nalar dan perasaan kaum Atheis. Dasar hukum tuntutan Newdow dkk adalah Amandemen Pertama Konstitusi US yang menyatakan “Congress shall make no law respecting an establishment of religion, or prohibiting the free exercise thereof …” Kemudian US Supreme Court menjabarkan tafsir kalimat dalam Undang – undang tersebut menjadi: prinsip Amandemen Pertama memberi mandat pemerintahan untuk bersikap netral diantara agama satu dengan yang lain, dan antara agama dan nonagama.

Menurut Newdow dkk, sangat jelas pemerintah tidak bersikap netral ketika menempatkan kata-kata “So help me God” dalam sumpah jabatan presiden atau mensponsori orang – orang untuk menyembah Tuhan, sedangkan mengetahui diantara individu lain percaya bahwa Tuhan tidak ada. Pemerintah dengan kekuasaannya berpihak pada satu sisi dalam kontroversi terbesar dalam kepercaan: Tuhan ada atau tidak ada. Mereka menginginkan kehidupan yang sekuler, melepaskan keberadaan Tuhan dalam urusan – urusan kenegaraan dan pemerintahan.

Seperti diketahui, pada tahun 2001 dan 2005 Newdow mengajukan tuntutan hukum yang sama tapi tak mendapatkan tanggapan alias tidak pernah sampai ke persidangan. Kali ini ia mencoba lagi dan ternyata mendapat tanggapan hukum dari U.S. District Judge Reggie Walton yang mengatakan Ia melihat “good cause” yang mengijinkan kasus Newdow untuk dilanjutkan. Akhirnya nanti pada tanggal 15 Januari 2009, U.S. District Court for the District of Columbia mengabulkan hearing kasus Newdow v. Roberts. Kabar ini mendapat tanggapan positif dari pihak Newdow dengan mengatakan sangat terkejut sekaligus gembira atas jawaban hakim yang mau mendengar kasus mereka. Akankah tuntutan mereka dikabulkan?


Menurut pandangan pakar hukum konstitusi pada Georgetown University Law Center, Professor Susan Low Bloch, kasus ini akan berakhir seperti yang sudah – sudah, “standing... whether there is an injury and there is a way in which the court, the law can remedy the injury.” Kemudian ia melanjutkan “ adalah sebuah pertanyaan yang susah karena dalam sejarahnya, masyarakat Amerika mempunyai kaitan erat dengan Tuhan sejak lama, baik dalam aktifitas sosial maupun ruang publik.



Kemudian dia merujuk pada sebuah acara persidangan, ketika sidang dibuka selalu menyebut,”God save this honorable court”. Dan juga dibalik tulisan Federal Reserve Note mata uang dollar tertulis “ In God We Trust”. Kita mempunyai Tuhan dalam hal-hal lainnya sejak dulu kala dan tidak pernah memisahkan secara tegas dalam kehidupan bernegara seperti yang diinginkan para plaintiffs tersebut..

Akankah tuntutan para plaintiffs memisahkan Tuhan dalam urusan – urusan kenegaraan atau pemerintahan berhasil dikabulkan hakim?

Mari kita lihat bersama pada tanggal 20 Januari nanti, ketika Obama mengucapkan sumpah jabatan presiden. Akankah diakhir kalimat Obama masih akan memohon pertolongan Tuhan atau tidak.

________________________________
CATATAN : FOTO-FOTO AP, REUTERS
MODERATOR - Penggagas KoKi : ZEVERINA

Friday, January 2, 2009

OBAMA MENJADI PRESIDEN KULIT HITAM PERTAMA DI AMERIKA SERIKAT

Detik-detik mendebarkan penghitungan suara di TV mencapai puncaknya ketika batas minimal electoral vote mencapai 270. Obama menang!!! Obama menang!!! Maka segera kuhampiri si Chef Chong san yang sedang berbincang dengan pelanggan di sushi bar. Dengan lesu ia merogoh sakunya dan menyerahkan uang 50 dollar kepadaku. Ia kalah taruhan.

Malam itu seluruh Amerika bergembira, hingar bingar kemenangan Obama dirayakan dimana-mana. Ya, untuk menang pemilu di Amerika seorang calon harus mengumpulkan 270 electoral vote. Sistem tak langsung dan "rumit" ini mendasarkan pada besaran populasi di masing-masing negara bagian. Jumlah 538 electoral votes yang ada saat ini adalah mewakili jumlah 100 senator dan 435 anggota perwakilan rakyat dari ke 50 negara bagian di Amerika. Sedangkan 3 electoral vote yang tersisa adalah hak istimewa Washington DC lewat amandemen ke 23 yaitu jumlah electoral vote yang sama dengan negara bagian lain yang berpopulasi rendah.
Sebagai gambaran tentang Electoral Vote, karena tiap Negara Bagian besaran populasinya tak sama maka jumlah pemilih yang mewakili satu electoral vote berbeda dari satu negara bagian dengan yang lainnya. Andai kita hidup di Wyoming yang berpenduduk sedikit, di sana 174,277 orang mendapatkan satu electoral vote, di California dibutuhkan 664,604 orang untuk satu electoral vote. Jadi orang Wyoming suaranya 3,8 kali lebih kuat daripada orang yang hidup di California.
Dan dari hasil penghitungan akhir Pemilu Presiden Amerika, Obama dari Partai Demokrat mendapatkan 297 electoral vote, menang telak atas Mc Cain calon Partai Republik yang  mendapatkan 139 electoral vote.
***
Kemenangan Obama ini sangat dramatis, karena dia bukan siapa-siapa saat itu, seorang pendatang baru di panggung politik nasional, Senator Partai Demokrat dari Chicago yang baru dua tahun berkarir di Gedung Capitol. Dengan nama yang kedengaran aneh di telinga orang Amerika: Barack Hussein Obama; Ya, Obama yang berayah Obama, Sr., mahasiswa muslim kulit hitam dari Kenya, yang bertemu dengan Stanley Ann Dunham tahun 1960 di University of Hawaii, tiba-tiba mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden Amerika dalam pemilu 2008.
Kala itu banyak orang yang menganggap remeh; karena satu alasan, Obama adalah seorang kulit hitam. Ya walau di Amerika adalah negara yang menjunjung tinggi hak azasi manusia, kebebasan dan persamaan hak, tetapi pada kenyataannya masalah rasial masih menjadi tema yang sensitif dalam kehidupan sehari-hari.
Kembali pada masa Abraham Lincoln di tahun 1863, Presiden ke 16 yang ingin mengakhiri perbudakan, ingin membebaskan jutaan orang kulit hitam dari perbudakan di Amerika. Jaman itu orang kulit hitam masih diperjual belikan layaknya binatang ternak di pasar. Harga seorang budak laki-laki setara dengan harga seekor kuda. Perjuangan Lincoln banyak ditentang oleh orang-orang negara bagian Selatan, perbudakan adalah hal yang legal di sana. Lincoln dalam keyakinannya berpendapat, "Para penulis Deklarasi Kemerdekaan tidak pernah bermaksud untuk mengatakan semua manusia adalah sama dalam warna, ukuran, kecerdasan, perkembangan moral, atau kapasitas sosial, tapi mereka memandang bahwa semua manusia diciptakan sederajat dalam hak tertentu, di antaranya adalah kehidupan, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan."
Dua tahun setelah membebaskan perbudakan, tahun 1865 Lincoln ditembak mati. Dan era perlakuan diskriminasi masih terus berlanjut. Orang kulit hitam yang mulai bebas memiliki tanah sendiri, menggarapnya, dan menjual hasil panennya, mendirikan gereja, membangun sekolah, kini mulai mendapat perlawanan dari orang-orang kulit putih yang masih berfaham rasialis. Supremasi kulit putih,"White Power" dengan organisasinya Ku Klux Klan melakukan teror dengan menculik dan memukuli orang kulit hitam, juga menggantungnya.
100 tahun kemudian di era Martin Luther King, supremasi kulit putih dan nasionalis kulit putih masih mendominasi kehidupan sosial maupun politik di Amerika. Jaman Great Depresion yang menghantam Amerika di tahun 1930an kala itu menambah tensi ketegangan rasial dan perbedaan perlakuan terhadap ras berwarna. Peristiwa Amok Massa di Athens, Alabama 10 Agustus 1946 menggambarkan kenyataan bahwa kaum kulit putih masih memperlakukan ras kulit hitam dengan semena-mena. Peristiwa itu dipicu ketika dua orang kulit putih ditahan karena menyerang seorang laki-laki kulit hitam. Dan keesokan harinya sekitar 2000 orang kulit putih dan remaja yang tidak terima dengan penahanan kedua temannya kemudian melakukan aksi balasan dengan merazia orang-orang kulit hitam yang dijumpai di sepanjang jalan dan memukulinya. Pasukan keamanan diturunkan untuk mengamankan kerusuhan itu. Tak ada yang tewas dalam peristiwa itu, tapi 50 orang kulit hitam cedera. Sebanyak 16 perusuh kulit putih didakwa melakukan tindakan kekerasan oleh pengadilan.
Ya, kala itu nasib orang kulit hitam sangat memprihatinkan. Mereka mendapat perlakuan diskriminatif dengan diciptakannya aturan-aturan pemisahan tempat antara kulit putih dan kulit berwarna pada fasilitas-fasilitas umum. Rosa Park seorang wanita tua kulit hitam di Alabama ditangkap gara-gara tak memberikan tempat duduk kepada penumpang lelaki kulit putih di sebuah bis. Ya, perlakuan diskriminasi diciptakan mulai dari sekolah, tempat duduk di bis, kereta, hingga kamar mandi. Segregasi dalam hal ekonomi dan peluang kerja makin memperburuk nasib orang kulit hitam. Mereka tak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, diskriminasi gaji dan kecilnya kesempatan kerja membuat tingkat pengangguran pada ras kulit hitam meningkat tajam.
I Have A Dream begitulah pidato Martin Luther King tahun 1963 yang fenomenal, di depan 250.000 orang pendukung perjuangan hak-hak sipil di Lincoln Memorial. Pidato itu menuntut semua pihak untuk mengakhiri faham rasialis di Amerika, baik fihak pemerintah, legislatif, yudikatif, maupun masyarakat Amerika.
" Setelah 100 tahun Lincoln membebaskan sistem perbudakan, Negro masih belum bebas. Kehidupan orang Negro masih sangat menyedihkan akibat belenggu segregasi dan rantai diskriminasi. Seratus tahun kemudian orang Negro masih hidup terasing dalam pulau kemiskinan ditengah-tengah lautan kemakmuran. Seratus tahun kemudian Negro masih mendekam di sudut - sudut kumuh Amerika dan menemukan dirinya terasing dari tanahnya sendiri...."
Dan pidato yang melegenda itu akhirnya menjadi tonggak dari pergerakan hak-hak sipil di Amerika. Tahun 1968 Martin Luther ditembak dan mati.
***
40 tahun setelahnya, seorang Obama yang berkulit hitam dengan ayah warga negara Kenya telah merubah sejarah Amerika dengan menjadi Presiden Pertama Kulit Hitam di negara Super Power itu. Impian Martin Luther King terwujud, suatu hari akan ada bukti di Amerika bahwa semua manusia diciptakan sederajat. Suatu hari anak bekas budak dan anak bekas majikan bisa duduk bersama dalam meja persaudaraan.
Ya, Obama membuat sejarah yang mencengangkan bagi Amerika Serikat. Ia mampu mengalahkan kandidat kuat Demokrat Hillary Clinton di pemilihan umum awal yang ketat, Ia juga bisa melewati masa-masa sulit walau diterpa isu tak punya akte kelahiran, juga isu telah pindah kewarganegaraan Indonesia karena diadopsi oleh Lolo Soetoro, seorang mahasiswa muslim Indonesia yang menikahi ibunya, kemudian pindah ke Indonesia. Semua rintangan dan isu seolah tak berarti ibarat bola salju sudah menggelinding, maka ia makin membesar dan tak tertahankan. Puncaknya adalah ketika Obama mengalahkan kandidat dari Partai Republik Mc Cain dengan telak.
Dalam pidato kemenangannya di kota tempat tinggalnya Grand Park Chicago, Obama mengatakan sesuatu yang monumental:
" Jika ada ... siapapun di luar sana yang masih menyangsikan; bahwa Amerika adalah tempat dimana segala sesuatu hal itu mungkin, ... siapapun yang masih meragukan; bahwa impian para pendiri bangsa ini masih tetap hidup pada masa kita,.... siapapun yang masih bertanya-tanya; tentang kekuatan dari demokrasi kita; ... malam ini adalah jawabannya."
Ya, selama 232 tahun setelah kemerdekaan, kini anak kecil kulit hitam bisa bermimpi tentang cita-citanya; tidak hanya sekedar jadi dokter, insinyur, ahli komputer, melainkan bisa jadi presiden. Barrack Hussein Obama, Presiden ke 44 Amerika Serikat, Presiden Pertama yang berkulit hitam. Sebuah era baru dimana 140an tahun lalu, seorang kulit hitam, seorang budak yang tak memiliki hak-hak sipilnya, yang hanya bisa diperas keringatnya, kini bisa mendiami Gedung Putih dan menjadi salah satu orang yang paling berkuasa di dunia.
Kemenangan Obama adalah sebuah katarsis nasional dikarenakan keterpurukan Amerika di era Presiden Bush dalam bidang ekonomi, juga beban berat karena menanggung perang berkepanjangan di Timur Tengah dan Asia Selatan. Maka slogan slogan Perubahan menggema di setiap sudut Amerika. Yes We Can ... Si Se Puede ... Ya Kita Bisa.

Thursday, January 1, 2009

Kuliner Rantau: Makan Bakso

Bakso adalah makanan populer bagi masyarakat Indonesia. Kuahnya yang sedap serta daging sapi yang kenyal sanggup menggelitik lidah kita untuk bergoyang. Apalagi ditambah dengan sambel pedas serta kecap manis, lengkap sudah kenikmatan dalam memanjakan lidah kita.

Bagi perantau asal Indonesia, khususnya yang tinggal di Amerika bagian Timur, kerinduan akan cita rasa bakso sedikit terobati dengan adanya restoran Vietnam yang berlabel Pho yang berarti "sup".
Menurut sejarahnya, Pho berasal dari Vietnam Utara pada tahun 1880an. Mereka meyakini Pho dipengaruhi oleh cara memasak dari China dan Prancis. Pho memakai mie berbahan beras dan menggunakan rempah - rempahan yang kala itu diimpor dari China. Sedangkan kebiasaan memakan daging sapi setengah matang dan juga memanggang bawang bombay untuk mendapatkan cita rasa kuah yang lezat adalah pengaruh dari Prancis.


Salah satu tempat yang ramai dikunjungi orang - orang Indonesia adalah Pho 75 yang terletak di daerah Rosslyn, Arlington Virginia. Jangan heran di restoran ini sering terdengar orang bercakap dalam bahasa Indonesia. Entah itu bercakap masalah negara karena memang banyak orang yang bekerja di kedutaan Indonesia yang makan di sana, atau beberapa berceloteh tentang suka dukanya bekerja di Amerika. Mereka - mereka itu adalah para perantau yang mencari nafkah di sini. Dan yang terakhir, restoran ini juga sering dikunjungi para pelajar Indonesia yang sedang menimba ilmu di sini.

Restoran Pho75 sendiri tidaklah mementingkan tempat yang mewah. Hanya dengan menempatkan meja panjang berderet beserta kursi - kursinya, Anda siap melahap pho seperti layaknya makan di warung bakso di Indonesia.
Khusus hari Minggu, antrian pengunjung tampak mengular terjadi pada jam makan siang. Sampai - sampai si Empunya menyediakan kurang lebih 80 galon kuah sup mendidih yang siap disantap. Dalam hal pelayanan, restoran ini terbilang seadanya. Setelah Anda diberi tempat duduk, Pelayan datang dengan wajah tanpa ekspresi sambil menyerahkan menu, beberapa menit kemudian dengan secarik kertas di tangan, tanpa banyak omong, pelayan siap menulis pesanan Anda. Ada kurang lebih 20 jenis variasi pho yang disediakan restoran ini.
Sekedar info tambahan, walau tempat dan pelayanannya sederhana, restoran ini selalu memenangkan penghargaan dari Washingtonian sebagai salah satu restoran yang menjual makanan enak dan murah. Ada 21 piagam menempel di dinding yang berarti sudah 21 tahun restoran ini memenangkannya.

Pertamakali mencoba Pho, kita langsung jatuh cinta dibuatnya. Kuahnya yang harum dan lezat ternyata berasal dari perpaduan kuah daging sapi dan bermacam bumbu seperti cinnamon, jahe, star anis, cengkeh, serta dipadu dengan bawang bombay yang dibakar.
Kebanyakan orang Indonesia suka memilih menu Bo vien yang berarti meat ball atau bakso saja. Tetapi kalau Anda tertarik merasakan berbagai rasa daging sapi dalam semangkuk pho, maka menu no.1 adalah pilihan yang paling komplit. Di dalamnya terdapat irisan tipis flank beef atau daging dari bagian perut, irisan brisket beef yang diambil dari daging diantara dada dan iga, babat, tendon, dan irisan tipis daging setengah mateng. Untuk yang terakhir, sebetulnya dagingnya masih mentah - tapi berhubung disiram kuah panas maka berubah jadi pink kecoklatan alias setengah mateng. Tapi jangan tanya rasa dagingnya, juicy banget!!

Selain daging, kita juga dimanja oleh isi garnisnya yang bermacam - macam, diantaranya kecambah, thai basil yang rasanya persis daun kemangi, cilantro, daun bawang, irisan bawang bombay, dan jalapeno. Terakhir sebagai penyedap rasa, disediakan jeruk nipis, sambel pedas sriracha, dan hoisin sauce dari buah plum.

Seperti makan bakso, cara makan Pho-pun bermacam-macam tergantung bagaimana cara kita menikmatinya. Kebanyakan orang Indonesia, karena terbawa cara makan bakso ala Indonesia, mereka senang mencampurkan sambel pedas sriracha dan hoisin sauce ke dalam kuah. Bahkan ada seorang teman, setiap dia pergi makan Pho tak pernah lupa membawa sambel pedas ABC dari rumah. Selain itu ia suka mencampurkan kecambah, kemangi, dan jeruk nipis ke dalam mangkuknya.
Dari beberapa teman Vietnam, mereka punya cara makan yang berbeda, yaitu dengan mencampurkan sambal pedas, jeruk nipis, dan hoisin sauce ke dalam cawan kecil, sedangkan kuahnya dibiarkan apa adanya. Kondimen yang dicampur dalam cawan itu digunakan buat mencocol dagingnya. Kata mereka, rasa daging sapi akan lebih keluar, dan setelah saya mencoba cara ini ternyata memang rasa dagingnya lebih nonjok di lidah. Sayapun bisa menikmati kuahnya yang memang sudah lezat, dengan bunyi sruputan yang terdengar sampai meja sebelah.


Untuk menyantap semangkuk pho ukuran besar, Anda harus rela merogoh kocek sebesar $ 6.80, sedangkan mangkuk kecil $5.95. Untuk extra topping, entah itu bakso, babat, tendon atau brisket dikenai harga 1 dollar. Dan restoran ini hanya menerima pembayaran tunai saja alias tidak menerima credit card. Selamat mencoba....
(Janu Jolang - ditulis untuk Kompas online, Kokifood)



 
Site Meter