Tuesday, December 17, 2013

DARI DISH WASHER MENJADI SUSHI HELPER

Pedro si sushi helper dari El Salvador keluar kerja. Arif lantas menawariku untuk menggantikan posisi Pedro sebagai orang ketiga di Sushi Bar. Aku bilang aku nggak punya pengalaman membuat sushi tapi Arif meyakinkanku bahwa membuat sushi gampang. Seperti gerakan orang memijat, kamu tinggal menyebarkan nasi ke lembaran Nori dan meratakannya.

Arif kemudian bilang ke Bos bahwa ia siap mengajari aku untuk menjadi penggulung sushi. Johny si bos tak banyak cakap dan kini aku resmi menjadi seorang sushi helper yang pekerjaannya menanak nasi, mengaduk nasi itu dengan rice vinegar hingga rata. Arif kemudian mengajari aku cara memegang pisau yang benar, belajar memotong ikan salmon, tuna, escolar untuk sushi gulung. Masih banyak lagi yang harus kusiapkan yaitu memotong timun, alpukat, jalapeno, memasak udang rebus, lobster, dan jamur shitake.
Aku juga mengatur barang-barang pesanan yang datang dari suplier. Ada barang-barang yang harus kutaruh di gudang pendingin seperti timun, alpukat, cream cheese, dan sayur-sayuran. Ada yang harus masuk freezer seperti ikan tuna saku, kanikama, lobster, octopus. Barang lainnya kutaruh di storage seperti beras, rice vinegar, gula, garam, soy sauce, wijen dan lain-lain.
Hari pertama aku di belakang sushi bar, Arif mengajariku cara menakar nasi untuk sebuah  gulungan sushi. Aku mengambil nasi dan mengepalkan nasi itu dalam telapak tangan, tak boleh padat karena nanti akan ditaburkan ke lembaran Nori. Nasi yang bercampur rice vinegar itu ternyata lengket. Tanganku blepotan nasi, tak bisa seperti Arif yang bersih, tak ada sebijipun nasi yang menempel di tangannya, butuh waktu untuk bisa seperti itu. Arif menjelaskan bahwa tangan kita harus selalu basah dengan air biar nasi tak lengket di tangan. "Orang sushi punya tangan paling bersih di dunia, karena tiap mau bikin order harus cuci tangan, selesai bikin order cuci tangan. Sehari bisa 500an kali cuci tangan....."
Orang sushi kata Arif punya tangan yang halus karena tiap hari memegang nasi. Aku tak mempercayainya. Lantas aku disuruhnya memeriksa tangan Arif, memang kurasakan tangan Arif lembut seperti bayi. Johny Tan si bos yang melihat adegan itu tersenyum - senyum penuh arti. Arif tiba-tiba mengkibaskan tangannya. Aku tak sadar dengan apa yang terjadi dan ketika Arif bilang," Eiiits ... Di sini daerah P street bro ....sensitif ....Entar kita dikira gay ...."

 
Site Meter