Wednesday, May 9, 2012

KAMAR 216: PUISI NYOMAN KEPADA AKIRA SAN

AKU TAK BERPUISI
Aku tak menulis puisi di Bali
Bali menuliskan puisi untukku
Rinai hujan di Pura itu
Bukan akhir dari kisah indah percintaan ini

Ombak badai menghempas batu karang
Dengan gagah ia menghadang
Untuk apa kau tanyakan
Sudah semestinya aku berkorban

JANGAN KAU PISAHKAN KITA
Andai kautancapkan belati di dadaku
Takkan kaucium anyir darahku
Karena luka itu akan terbasuh airmata
Dan bumi akan mengekalkannya

Andai kaupukulkan gada di kepalaku
Takkan kaucium anyir darahku
Karena angin akan menerbangkannya
Dan hadir kembali lewat semilirnya

Andai kaubangun tembok yang memisahkan kita
Segera akan tercium anyir darah
Yang berontak melewati pori-poriku
Dan akan terus mencarimu

CINTA SEJATI
Adakah Rahwana mengira itu cinta sejati
Berbunga bunga semerbak petamanan hati
Memberi sangkar emas kepada pujaan hati
Melumat cinta membungkusnya dengan,

Segala digdaya dan angkara
Untuk memiliki pujaan hatinya

Adakah Romeo mengira itu cinta sejati
Ketika tragedi memisahkan kehidupan ini
Tak bisa memiliki tak bisa menciumi lagi
Melumat cinta membungkusnya dengan,

Segala pengorbanan hidupnya
Untuk memiliki pujaan hatinya

Cinta sejati adalah,
Ketika Sri Rama bisa

Melumat rasa cemburu dan rindu
Melumat rasa hina dan dusta,
Melumat rasa gelisah dan amarah,
Kedalam kasih sayangnya

Cinta sejati ada dalam jiwa yang penuh cinta
Bukan dalam jiwa yang penuh angkara

PENGEMBARA CINTA
Pantang melukai karena dihempas cinta
Pantang mendendam karena luka
Walau darah mengucur di kepala
Walau hati terkoyak tajamnya asmara

Cinta tak akan pernah bisa membunuhnya
Tapi akan menuntunnya
Dalam pengembaraan belantara sepi 
untuk menemukan Cintanya kembali

(Janu Jolang)

No comments:

 
Site Meter