Monday, October 15, 2012

NIKAH SURAT BUKAN AURAT

Foto perkawinan Hussein dan Aaliyah tampak bahagia dalam adat Pakistan. Diantara kerumunan teman-teman dan saudaranya, Aaliyah terlihat anggun dengan baju Lehenga warna maroon berselendang kuning, berkerudung ala Benazir Bhutto dan kalung batu yang menghiasi keningnya. Sang suami, Hussein memakai baju yang sama berlengan panjang terlihat memeluk Aaliyah dengan mesra. Mereka berdua tampak bahagia walau usia tak muda lagi.


Usai acara pernikahan adat, mereka mencatatkan perkawinannya ke Court House guna mendapatkan sertifikat perkawinan. Giliran pulang ke rumah, alih-alih segera "honeymoon" tapi mereka malah berpisah dan pulang ke tempat tinggalnya masing-masing. Keesokan harinya mereka menjalani hidup sehari-hari seperti biasa, Aaliyah menjadi nanny - perawat bayi di keluarga kaya di Bethesda, sedangkan Hussein adalah kasir di toko mini market. Tak ada yang istimewa tentang pernikahan mereka.

Sungguh dunia imigran gelap di Amerika sangatlah berwarna. Apa yang dilakukan oleh Hussein dan Aaliyah disebut Nikah Surat. Hal ini "sering" dilakukan para imigran sebangsanya. Aaliyah yang warga negara Amerika naturalisasi menikahi Hussein seorang pendatang gelap asal kampung halamannya di Pakistan. Lewat proses sponsorship, Hussein sang suami yang tadinya berstatus imigran gelap bisa memperoleh status sebagai permanen residen.

Berbeda dengan di Indonesia yang (secara sembunyi-sembunyi) populer dengan istilah Nikah Aurat alias nikah tak butuh surat. Konon praktek seperti ini banyak dilakukan para pejabat atau pengusaha kaya raya yang mengambil istri simpanan sebagai gula - gula dalam hidupnya. Nikah aurat semata-mata untuk "memenuhi" hasrat aurat, sebaliknya nikah surat yang dikenal di Amerika tak melibatkan kontak aurat tapi yang dibutuhkan adalah surat. Kedua jenis perkawinan itu punya maksud sama, sama-sama mengakali norma norma lembaga perkawinan.

Nothing is free in America. Ya, ujung-ujungnya duit alias UUD. Untuk pernikahannya Hussein harus mengeluarkan uang sebesar 15.000 dolar sebagai imbalan karena Aaliyah bersedia menikahi dirinya. Lewat proses sponshorship Hussein kini telah mendapatkan green card ditangannya, dan Hussein secara hukum punya hak legal untuk tinggal dan bekerja di Amerika. Ia juga bisa mengklaim benefit seperti bantuan kesehatan, asuransi, dan tunjangan sosial. Hanya butuh waktu menunggu dua tahun pada masa kondisional Greend Cardnya, Hussein kemudian bisa mengajukan cerai tanpa takut kehilangan status permanen residennya. Tiga tahun berikutnya ia bisa mengajukan naturalisasi untuk menjadi Warga Negara Amerika.

Aku lantas teringat film komedi romantis Green Card tahun 90 an yang pernah populer di Indonesia, diperankan aktor Prancis Gerard Depardieu yang dalam film ini ia menjadi pelayan restoran dan si cantik Andie Mac Dowell, berperan sebagai aktifis lingkungan hidup. Dalam kisahnya, mereka melakukan Fake Married, alias pernikahan palsu agar si lelaki tidak dideportasi ke Prancis, dan si perempuan dapat keuntungan finansial dari pernikahannya.

Masalah muncul kala si petugas imigrasi mencium kejanggalan dalam pernikahan mereka. Ketika si petugas minta ditunjukkan ke kamar mandi tapi sama si Gerard (karena tak pernah tinggal di apartemen istrinya) malah ditunjukkan ke Closet. Kecurigaan timbul dan kedua petugas imigrasi kemudian memutuskan untuk menginterview (investigasi) mereka secara formal di kantor imigrasi dua minggu lagi.

Takut akan ketahuan pernikahan palsunya si perempuan lantas mengajak si lelaki untuk tinggal bersama di apartemennya, berusaha untuk saling mengenal cara bicara dan kebiasaan masing-masing, masa lalunya, profesi pekerjaan, hingga kesukaannya. Dalam prosesnya ternyata tak semudah itu. Mereka baru menyadari bahwa mereka tak dapat mentolerir kebiasaan masing-masing pasangannya. Si cowok yang ternyata keras kepala, pemalas, egois, perokok yang lebih suka daging setengah mateng ketimbang masakan vegetarian. Dan si cewek yang saklek dan progresif liberal, terobsesi dengan kebun aneka tanaman di rumahnya.

Dalam hukumnya, setiap pasangan nikah beda bangsa di Amerika harus direview status perkawinannya selama dua tahun berturut-turut oleh petugas imigrasi. Hal ini ditengarai karena hampir 30 persen pernikahan itu berstatus "Nikah Palsu". Dan Ketika petugas imigrasi menginterview pasangan secara terpisah, layaknya seorang penyelidik, seorang profiler yang dibekali dengan kepandaian menganalisa watak dan perilaku seseorang. Mereka memberikan pertanyaan yang paling ringan tentang kebiasaan masing-masing pasangan tiap harinya, makanan kesukaan, baju yang disukai, sampai film atau musik kesukaannya. Dari pemeriksaan silang keduanya akan terlihat apakah mereka benar-benar tinggal serumah dan seberapa dekat mereka mengenal pasangan hidupnya. 

Dan ketika petugas menemukan kejanggalan dalam perkawinan Aaliyah - Hussein, ketika masing-masing jawaban nggak sinkron satu sama lainnya, petugas akhirnya mencecar dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak dan mengintimidasi. Aaliyah diprofokasi bahwa Hussein ternyata adalah seorang yang disinyalir anggota teroris Al Qaeda yang sedang membangun jaringan di Amerika. Mendengar pernyataan dari si petugas Aaliyah menjadi ciut nyalinya. Takut dituduh ikut terkait jaringan teroris yang bisa mengakibatkan hukuman berat akhirnya Aaliyah menyerah dan mengakui bahwa perkawinan yang dilakukannya adalah perkawinan palsu.

Demikian nasib keduanya berakhir tragedi. Hussein akhirnya ditahan dan kemudian deportasii ke Pakistan. Sedangkan Aaliyah dijerat dengan pasal yang bisa mengakibatkan hukuman kurungan selama 5 tahun dan denda sebesar 250.000 dollar. Kejadian ini tak membuat orang jera dan mereka tetap melakukan praktek Kawin Surat. Selama hukum ekonomi masih berlaku, ada permintaan - ada penawaran, maka akan selalu bermunculan kisah-kisah seperti dalam film Green Card. Ada diantara mereka bernasib tragis, tapi adapula yang berakhir manis.

Janu Jolang
Catatan Saku Imigran Gelap di Amerika

No comments:

 
Site Meter