Duren adalah buah yang sangat populer di Indonesia, banyak orang suka. Bila musim duren tiba, udara serasa penuh aroma duren. Entah itu di bis umum, di rumah-rumah, di pinggir jalan, atau di Super Market. Semua bau duren. Musim Duren menawarkan sebuah kegembiraan tersendiri, mulai dari memilih duren yang bagus, menawar harga, dan menyantap duren yang rasanya manis bercampur sedikit pahit. Sungguh duren meninggalkan rasa mantap di mulut, juga di perut.
Berbeda dengan di Amerika, duren di sini tidaklah populer. Tidak banyak orang tahu kecuali hanya imigran asal Asia. Malam tadi Ekki pulang dari Asian Market membawa tiga geluntung duren besar-besar, duren Montong asli Thailand. Duren ini memang besar, baunya wangi. Tapi rasanya tidak manis dan sudah mulai berair. Maklum di Amerika kita tak bakalan mendapatkan buah duren yang matang di pohon. Semuanya telah lewat proses impor yang memakan waktu panjang dan masuk gudang pendingin.
Walau tak seenak duren Indonesia, kami tetap melahapnya sampai habis. Sedikitnya – ini bisa mengobati kerinduan dan mengingatkan saat-saat musim duren tiba.
Kira-kira 15 menit setelah pesta duren usai - ada suara orang mengetuk pintu. Kami terkejut ketika mengetahui ada 4 atau 5 petugas Pemadam Kebakaran telah berdiri di depan pintu lengkap dengan peralatan 'tempurnya'. Salah satu petugas menjelaskan kalau Ia dapat laporan ada kebocoran gas dari kamar kita. Ia menanyakan apakah mencium bau aneh, seperti pipa gas bocor.
Lantas Kami mengendus-enduskan hidung seolah mempertajam indera penciuman. Kamipun serempak menjawab”TIDAK”. Tapi salah satu dari mereka mencium bau aneh dari kamar kita.
Dan tanpa ba-bi-bu lagi mereka langsung menuju dapur sambil mengeluarkan alat pendeteksi kebocoran gas. Satu orang lagi merunut pipa gas dari kamar mandi pakai detektor. Kami sekamar hanya terbengong-bengong campur was-was. Bau duren yang menyengat mungkin dikira gas bocor oleh tetangga.
5 sampai 10 menit kemudian petugas Pemadam Kebakaran pasrah tidak menemukan sumber kebocoran. Mereka hanya menyarankan jendela dibuka lebar-lebar supaya (kalo ada kebocoran gas) kita tidak mati lemas. Atau menghindari percikan api yang bisa menimbulkan kebakaran.
Setelah pergi, kami merasa lega. Cepat-cepat Bang Herdi membuang kulit duren ke tempat sampah.
Untuk selanjutnya, kita harus berhati-hati kalau mau makan duren. Orang di sini tak tahan bau duren yang menyengat. Mereka mengira itu bau gas 'butane' dan beberapa mengira bau comberan.
Wednesday, July 2, 2008
CSIG di Amerika: MAKAN DUREN DI AMERIKA
Posted by Janu Jolang at 1:49 AM 0 comments
Sunday, June 22, 2008
CSIG di Amerika: APARTEMEN ZULKIFLI DIGREBEK PETUGAS - EMPAT ORANG PENGHUNINYA DIANGKUT.
Berita penangkapan itu menyebar cepat di kalangan anak-anak Indonesia. Kami semua merasa was-was. Kabarnya mereka mencari seorang bernama Hendri, anak Indonesia yang datang ke Amerika memakai visa F1 alias Student Visa tapi tidak mendaftar ulang di sekolahan alias kabur.
Modus ini dulu aman-aman saja tapi setelah peristiwa 911 aturan diperketat. Pihak sekolahan langsung melaporkan ketidakhadiran si calon pelajar kepada Homeland Security Department. Mereka kemudian menindaklanjuti dengan melacak keberadaan si pelajar.
Alih-alih sekolah, Si Hendri malah bekerja di Deli jadi tukang bikin sandwich. Egg and Cheese on Bagel, Pastrami on Rye, Steak and Cheese on Sub, Rueben, Tuna Sandwich, Chicken Club, BLT – jadi urusannya sehari-hari. Dan memang bekerja itulah tujuan para pendatang, ada gula ada semut, bekerja untuk mendapatkan dollar. Dari cerita beberapa temannya, Hendri baru 1 tahunan masuk Amerika. Jadi kalau dihitung – hitung secara matematika (hitungan para perantau), modal yang dikeluarkan untuk berangkat ke Amerika belum impas alias tekor. Kami hanya bisa menghela nafas.
Dari kesemua penghuni apartemen yang terletak di dekat Union Station, Hendri, Zulkifli, Karim, dan Madi – semua diangkut petugas. Sudah menjadi resiko kalau satu orang ketangkap, yang lainnya dipastikan ikut terangkut. Dan biasanya hanya sedikit yang dilepaskan kembali kecuali mereka punya surat-surat lengkap atau minimal sedang mengurus status keimigrasian tertentu. Sebagai perantau sekaligus pendatang gelap, barangkali suatu saat itu bisa juga menimpa kami.
Posted by Janu Jolang at 1:01 AM 0 comments
Saturday, June 14, 2008
CSIG di Amerika: TERNYATA BANYAK JUGA ORANG MISKIN DI AMERIKA
Amerika yang dalam bayanganku dulu (waktu masih tinggal di Indonesia) adalah sebuah negara Adidaya, maju, makmur dan kaya - ternyata masih juga menyisakan sebuah permasalahan sosial yang rumit. Seperti Washington, DC. – ibukota Amerika dimana aku tinggal, ternyata dari data Biro Sensus U.S. tahun 2005 menyebutkan: 1 dari 5 orang penduduk Washington DC hidup dibawah garis kemiskinan. Persentase 19.1% atau sejumlah 104.000 orang itu menduduki peringkat ke 3 secara nasional dalam hal jumlah orang miskin. Sangat ironis jika melihat ibukota negara Super Power ini banyak dihuni orang-orang miskin dan gelandangan.
Pada tahun 2006, sejumlah 9369 orang di Washington, DC. tidak punya tempat tinggal atau dengan sebutan kerennya para 'homeless'. Kebanyakan dari mereka hidup menggelandang dan tidur di emperan toko atau di taman-kota. Taman Lafayette di depan White House, taman samping Gedung Keuangan, atau di taman Dupont Circle banyak kulihat gelandangan tidur-tiduran dan menghabiskan waktunya di sana. Hal yang paling menyedihkan jika musim dingin tiba. Berhubung shelter atau tempat penampungan bagi homeless jumlahnya terbatas, maka banyak dari mereka ditolak dengan alasan penuh. Para homeless itu terpaksa bertahan di luar membungkusi tubuhnya dengan selimut flanel, plastik, atau kertas koran. Kadang terdengar kabar gelandangan ditemukan mati kedinginan di bawah suhu -13 derajat celcius di emper toko, atau di taman kota. Ketika ditemukan, tubuhnya telah beku dengan ekspresi wajah menahan dingin.
Aku lantas teringat salah satu gelandangan muda berkulit putih yang biasa 'nongol' di belakang restoran tempatku bekerja. Ia suka mengaduk-aduk tempat sampah, memilah-milah mana yang bisa dimakan, dan langsung melahapnya. Bau busuk tempat sampah tak dihiraukan, Ia asyik mengisi perutnya yang kelaparan. Melihat caranya makan, aku merasa jijik. Tapi dalam hati, aku kasihan -- si gelandangan itu tak mampu membeli makanan. Bukankah Ia masih muda lagi berbadan tegap? Kenapa ia tidak bekerja saja? Kalau dipikir-pikir, status dia yang warga negara Amerika lebih menguntungkan dibandingkan aku yang imigran gelap. Segala gerak-gerikku yang terbatas kuakui menyulitkan diriku. Aku tak punya ijin bekerja, tak punya ijin tinggal di Amerika lagi, dan menggunakan bahasa Inggrispun masih gagap. Bisa saja suatu hari aku ketangkap petugas Imigrasi, masuk penjara, dan dideportasi. Atau yang paling menyedihkan jika tidak ada lagi restoran yang mau mempekerjakan pendatang gelap yang tidak punya surat-surat lengkap. Hanya dengan modal nekat dan bekerja keraslah aku berusaha untuk 'survive'.
Barangkali si gelandangan muda itu punya problem mental, kecanduan obat dan alkohol, atau memang sudah tidak punya semangat hidup lagi. Mungkin gelandangan itu salah satu diantara 1891 orang di Ibukota ini yang terdaftar sebagai homeless kronis. Status menggelandang lebih dari satu tahun atau setidaknya punya catatan sebagai homeless 4 kali selama 3 tahun terakhir.
Posted by Janu Jolang at 10:52 PM 0 comments
Monday, May 5, 2008
CSIG di Amerika: HEAD SUSHI CHEF DI RESTORAN TIPE ORANG YANG SERIUS.
Namanya Mr. Chow - orang Taiwan, berhubung kerja di restoran Jepang dipanggil dengan sebutan terhormat Chow-san atau kadang dipanggil Seinsei, yang dalam bahasa Jepang berarti master atau guru. Chow-san pandai berbahasa Jepang karena dia pernah tinggal dan bekerja di restoran China di kota Tokyo. Potongannya jangkung, tubuhnya kurus, kalau bicara mulutnya meledak-ledak. Kadang saking tak terkontrol sampai - sampai ludah 'muncrat' dari sela-sela giginya. Ada kesepakatan antara Aku dan anak-anak Malaysia untuk menyebut si Chow ini dengan sebutan Si Kurus. Ini untuk menghindari kecurigaan kalau kita sedang "ngrumpiin" dia.
Si Kurus adalah tipe orang yang serius. Barangkali didikan orangtuanya yang keras sehingga membuat si Kurus sering melihat sesuatu hal yang sepele jadi bertele-tele. Sudut pandangnya selalu serius. Kalau si Marcus Yap anak Malaysia bilang, si Kurus ingin berperilaku dan bertindak sempurna dalam segala hal, “Dia mau 'face' bagus. Apa .. dia cakap always betol”. Saking seriusnya, kadang ia berkomentar terlalu pedas di telinga kita.
Tadi malam, si boss (kadang) minta kita untuk membuatkan sushi “to go” (sebelum restoran tutup) untuk ibunya di rumah. Setelah sushi dibuat dan kita mulai beres-beres, datang seorang wanita muda mencari si boss. Si boss ini sudah menikah tapi rumah tangganya berantakan. Mereka sudah pisah rumah dan sedang dalam proses perceraian. Konon kabarnya, penyebabnya adalah Jane, salah satu pelanggan restoran. Maklum si boss ini memang pandai bergaul, ramah, suka humor, dan bisa menyenangkan hati wanita. Kini mereka asik ngobrol bahkan kulihat sangat mesra.
Keesokan harinya, sushi dalam kotak plastik itu masih tergeletak di meja dapur alias tidak dibawa pulang si boss. Melihat hal itu si Kurus tersulut emosinya. Aku cuma berkomentar maklum sambil bercanda, “ Barangkali si boss tidak pulang semalam, lupa pada ibunya karena ada wanita cantik yang harus diurus...”.
Tak kuduga, si Kurus menanggapi ini dengan serius. Kata-katanya sungguh keras, “ Selama 45 tahun aku hidup, belum pernah kutemui seorang laki-laki tidak mempedulikan ibunya, sangat egois, punya 'mental problem', dan bla bla bla bla....”.
Sambil terus 'nyerocos', Mr Chow menarik sudut bibirnya ke atas yang kira-kira menyiratkan bahasa tubuh mencibir. Giliran si boss datang di siang hari, kulihat mereka bercakap akrab dalam bahasa Mandarin. Seolah lupa apa yang tadi dia ucapkan, si Kurus terlihat antusias, penuh rasa hormat, manggut-manggut dan setuju dengan apa yang semua boss ucapkan.
Posted by Janu Jolang at 11:52 PM 0 comments
Tuesday, April 8, 2008
CSIG di Amerika: KENAPA IBU REPOT – REPOT KIRIM BUKU DARI INDONESIA
Malam ini sepulang kerja aku mendapati ada bungkusan di atas meja. Setelah kubaca ternyata paket kiriman dari Indonesia. Ya, aku minta dikirimi rokok sama ibu. Maklum, rokok Indonesia amat jarang di sini. Jikapun ada, biasanya berharga mahal. Ada sebuah toko kecil dekat apartemen yang menjual beberapa rokok Indonesia dengan harga USD 8 perbungkus. Bayangin di Indonesia sebungkus hanya 10 ribuan rupiah. Ditambah ongkos kirim sekitar Rp. 800.000, aku bisa mendapatkan 2 karton rokok dan bisa menghemat 50 sampai 70an dollar.
Kubuka bungkusan dengan segera, Bang Herdi yang sedang di depan laptop ngelirik. Dia juga perokok berat. Dari lirikan matanya seolah Bang Herdi mengatakan, “bisa di join, nih”. Dan ketika kukeluarkan rokok itu dari bungkusnya, terselip sebuah buku kecil. Dalam hati aku bertanya,”apa yang ibu kirimkan untukku?”
Kubaca sepintas buku itu berjudul Sholat dan Faedahnya. Dalam pikiranku kenapa ibu masih sempat – sempatnya kirim buku seperti itu. Bukankah mengenai sholat telah aku pelajari sejak kecil? Barangkali beliau khawatir aku terlibat dalam pergaulan bebas, narkoba, atau kriminal – seperti gambaran kebanyakan film – film hollywood yang ada di tv – tv Indonesia.
Sejenak kemudian hatiku merasa kosong. Seperti ada sesuatu yang hilang di lubuk hatiku yang terdalam. Ibu benar ia berusaha mengingatkanku. Sepertinya Tuhan telah menjauh dari keseharianku. Yang kupikirkan hanya bekerja dan bekerja. Waktuku habis untuk bekerja.
Rasanya aku seperti mengejar sesuatu yang hampa, kosong; tapi jika aku tak berlari aku akan terlindas sesuatu, semuanya serba terburu-buru. Suasana khidmat dan khusyu yang muncul secara alami di Indonesia amat susah kurasakan di sini. Semua serba nyata. Aku serasa dikejar – kejar waktu, diperas tenagaku, demi imbalan dollar. Aku mimpi kerja santai bayaran gede, tapi tak ada. Terus terang kuakui jiwaku mengalami kekosongan. Semangat spiritual dalam berTuhan menurun jauh atau lebih buruk lagi “hilang” sama sekali.
Posted by Janu Jolang at 3:41 AM 0 comments
Wednesday, January 16, 2008
TAKUT KOMITMEN
Riska mencuil pitta bread lalu
mengoleskan pada hummus dan kemudian mengunyah dengan lembut. Sam,
pasangan bulenya asik memperhatikan sambil mencecap apple martini Keduanya
tengah menghabiskan akhir pekan di sebuah restoran Amerika yang menyajikan
pertunjukan singing servers di daerah Dupont Circle. Riska dan Sam
berbeda warna kulit dan kebangsaan, tapi keduanya terlihat amat serasi malam
itu.
Posted by Janu Jolang at 1:30 PM 0 comments
Monday, October 22, 2007
Cintakah Kau Padaku?
Cintakah Kau Padaku?
Seorang lelaki bertanya pada kekasihnya
Apakah engkau mencintai
dirimu sendiri
lebih dari cintamu padaku?
Kekasihnya menjawab,
Aku telah membunuh keakuanku
dan aku hidup untukmu.
Aku telah menghilang dari diriku
dan segala sifatku.
Aku ada hanya untuk kau.
Telah kulupakan semua pengetahuanku,
tapi dari pengenalanku akan dirimu
aku telah menjadi seorang yang berpengetahuan
Aku telah kehilangan seluruh kekuatanku,
namun dengan kekuatanmu
aku mampu.
Jika aku mencintai diriku
Aku mencintaimu.
Jika aku mencintaimu
Aku mencintai diriku.
Posted by Janu Jolang at 12:39 AM 0 comments