Thursday, December 24, 2009

EduRantau: RANKING

Rangking.., kata ini sering dipeributkan, bukan hanya oleh anak-anak sekolah, tapi, bahkan yang lebih heboh adalah..terutama, Ibu, Mamah-mamah dari anak sekolah itu. Tidak semua memang.., dan yang lebih banyak tidak ikut meramaikan kehebohan itu, aku nilai, sebagai orang tua yang tahu, dan menerima sistem yang sedang berjalan.

Kira-kira, kalau tidak salah ingat, sudah sekitar 3 tahun terakhir, yang namanya sistem rangking, tidak lagi dipakai, terutama di sekolah dasar. Alasannya apa, aku kurang paham...mungkin iklim sistem rangking ini tidak kondusif, bagi pemerataan, dan pemacu kemajuan belajar anak-anak, yang notabene mempunyai KEMAMPUAN dan BAKAT yang berbeda-beda.

Bagi aku, kalau sudah dibilang ga ada sistem rangking, ya ikuti saja sistem penggantinya. Yang aku ingat, format rapor pun diganti bentuknya.

Maksudnya, kan ga ada rangking, tapi ketika terima rapor, kok masih pada nanya, "anak saya "urutan" ke berapa di kelas, bu Guru.." he2..kagak puass aje ni Ibu kalau ga tahu di mana posisi anaknya. Trus kalau sudah tau anaknya urutan ke berapa, anak lain urutan ke berapa, jadi ribut.."lho, si X itu kan gak pandai, kok rangkingnya di atas anak saya.." Rame pula kan? Hiks..hiks..

Oke..mereka, Ibu-ibu itu, Mamah-mamah itu yang terlalu progresif, atau aku yang terlalu biasa-biasa saja, tak masalah. Bagi aku, bersaing, tidak harus menjadi sama dengan yang lain. Karena namanya PERSAINGAN, itu luasss banget, kagak cuma soal nilai rapor.

Soal rangking ini pun, pernah membuat anakku, si Kakak nangis bombay bak kehilangan kucing belangnya. Terima rapor kenaikan kelas, dengan bangganya, ditunjukkannya pada Eyangnya, karena nilainya, cukup baik.

Ngemeng-ngemeng,dengan nilai yang cukup baik itu, dia menduduki urutan 25 di kelasnya..what...??!!! Ya, rangking 25, dan aku sebagai Ibunya, tetap bersyukur.

Kenapa si Kakak nangis bombay? Karena si Adik Sepupunya, sama-sama naik kelas 6 waktu itu, tapi lain Sekolah Dasar, menduduki urutan ke 5 di kelasnya. Padahal, sehari-hari mereka les matematika bareng, seminggu 2 kali, kemampuannya ga beda jauh, sebelas setengah duabelas deh..

Lha kok yang satu urutan 25, yang satu lagi urutan 5..what's up?

Aku langsung bilang, karepku ki yo menghibur, "Kak, SDmu ki SD ngetab-etabi..whuampuh..sing ampuh ki ya terutama orang tua murid yang sangat progresif mendukung kemajuan anak-anaknya. Maka, kelasmu itu kumpulane wong sing pinter kabeh, podo oyak-oyakan prestasi. SD-ne Adik Sepupumu kuwi, lain..Coba kamu liat rapor Adik Sepupumu, lihat skornya, jangan lihat rangking..karena rangking gak jadi patokan, apalagi dengan lain SD.."

Karena gak mudheng omonganku, si Kakak masih membombay..dia sudah menunjukkan rapornya pada si Sepupu, sementara si Sepupu gak mau menunjukkan rapornya.

Acara bombay-bombay-an bertahan sampai 1 minggu, sampai ketika 2 anak perempuan bersaudara ini, ngobrol, dan si Adik Sepupu akhirnya bersedia membuka rapornya...Ternyata, si Adik Sepupu ini, skornya, total nilainya, 5 point di bawah si Kakak.

5 point di bawah si Kakak, dan si Adik Sepupu di SDnya urutan ke 5,dengan rata-rata 87.8 sementara si kakak di kelasnya rangking 25 dengan rata-rata 88.6

So.., mari kita kupas..
Salah tahu, salah duga, tentang nilai, rangking..ujung-ujungnya, bisa jadi..awasss..Ibu-ibu, Mamah-mamah.., anaklah yang jadi tumpuan. Bila rangkingnya "jelek" maka anak akan jadi tumpuan kesal, diomelin, dihardik, dibanding-bandingkan dengan temannya..dan akhirnya DITEKAN! Les ini itu di sana sini..wuihh...melas...Bu, Mah..

Nahh, celakanya, yang suka menekan ini bukan cuma Ibunya, Mamahnya, tapi juga terutama, Gurunya. Ngapa si Pak, neken-neken bocah..wedi ora pada lulus 100% apa? Ya, itu salah satu motivasi, Guru menekan murid untuk mendapat nilai bagus.

ya.., gak salah-salah amat sih, Bapak Guru. Tapi maksud aye, jangan menekan, tapi menumbuhkan motivasi meraih prestasi yang lebih baik.

Untuk hal ini, aku bahkan sempat adu argumen (he2..opo malah emosi) dengan si Bapak Guru.

Begini ceritanya:
Karena ada KKM- Kriteria Ketuntasan Minimal, atau nilai minimal yang harus dicapai anak untuk mata pelajaran di sekolah, ya aku ambil praktisnya saja, nilai si Kakak sudah cukup memenuhi, bahkan sedikit banyak melampaui KKM.

Kok rangkingnya 25? Ya karena teman-temannya yang rangking 1 sampai 24, nilainya berada di atas si Kakak...he2.., rata-ratanya, beda-beda tipis di atas 88.6 sampai yang terpandai, rata-ratanya sekitar 9,1.

Ketika aku bilang, "Ya sudah Pak, nilai anak saya cukup lah, meski urutan ke 25, itu bukan masalah bagi saya, dan saya cukup paham, apa dan bagaimana anak saya. Saya akan tetap pantau, moga-moga sampai UNAS, anak saya tidak mengalami hambatan yang berarti.."

Pak Guru bilang, "Ibu jangan berpatokan pada KKM, mestinya Ibu lihat Rata-rata Kelas, jadi anak Ibu harus di atas Rata-Rata Kelas.."

"Lho.., lha anda bikin KKM buat apa? Pajangan? Kalau memang kelas anak saya, kelas yang Bapak ampu, pintar semua, naikin dong KKMnya, karena KKM ini sifatnya kan ukuran minimal. Atau, hapus KKM, jadi pembandingnya cuma Rata-Rata Kelas saja,itu lebih fair, dan maaf ya Pak, setiap anak mempunyai kemampuan dan bakat yang berbeda. Saya tidak akan pernah menekan anak saya dengan berpatokan pada nilai anak lain. Pemikiran Bapak yang seperti itu, bagi saya, artinya, Bapak tidak bisa memahami kemampuan dan bakat masing-masing anak...Bapak cuma mau, kelas bapak "selamat" karena anaknya puintar semua...dan nanti lulus semua, gitu? Nehik lah Pak.."

"Lha nanti kalau masuk SMP kan bersaing Bu?"

"Bersaing macam apa Pak? Apa Bapak lihat, sudah mendata, anak-anak yang masuk SMP favorit itu, semua murni karena nilainya buagus? lha wong sistemnya gonta ganti gini, tahun kemarin masuk SMP pake tes, sekarang kagak, patokane malah nilai rapot..sapa tahu tahun depan cuma berpatokan pada "hasil wawancara" dengan orang tua, anda nyumbang berapa? Lima juta, sepuluh, atau limabelas? Jangan dibikin refoth lah, Pak..."

"Iya sih Bu.., tapi.."

"Kagak bisa dipegang, Pak..Dan kalau lihat perkembangan anak saya dari kelas satu, dia cukup konsisten dengan rata-rata nilai rapornya. InsyaAllah sampai UNAS saya akan maintenance minimal seperti itu. Tapi saya sangat tidak setuju kalau Bapak bilang, anak saya harus tergopoh-gopoh menyusul rata-rata kelas anak lain di atasnya. Kagak bisa Pak.., salah-salah, kalau saya menekan anak saya dengan cara begitu, anak saya malah down..sudah dibandingkan dengan kawan-kawannya, masih ditekan-tekan pula.. Jangan kasih anak beban melampaui kemampuannya, Pak. Dan khusus anak saya, saya tahu persis siapa dia. Mboten lah Pak..saya tidak gila rangking.."

"Masuk SMP? Ya ikuti sistem yang ada nanti Pak..kalau perlu beli bangku, tak beli semua 40 bangku," gitu kataku agak marah, he2.. Piye ki, kok njuk emongsieehh...(Padahal, yo duite sopo, duit gambar bagong, po..)

Jadi gmana ni...
Hualow..Diknas negara Indonesia, mohon, kalau anda berdalih bahwa pergantian sistem ini itu adalah demi perkembangan pendidikan di Indonesia, ya oke lah..tapi jangan bikin syusyah orang buanyak gini dong...

Mana sistem OTONOMI, sekarang kagak cuma di kampus doang,kagak cuma di Universitas doang, tapi juga di SD, SMP, SMU... Ayo podho oyak-oyakan le golet sumbangan.., bajindul..bajindul..Iki pendidikan, Pak, Bu, dan lulus SD tu baru 6 tahun lamanya sekolah. Padahal dulu ada Wajib Belajar 9 tahun, lha kok mlebu SMP nemen le susah ki piye..Nek muni wajib, yo gak sah ribut to, nyumbang brape, trus jadi patokan ketrima kagak!

Mungkin sistem Rayon, itu yang paling adil! Anak Indonesia, siapa pun, punya hak sama dalam hal ini!!! Marah ni aku..huhhh!!!

Dan, Tuhan berkata lain, si Kakak pindah ke Amerika sebelum UNAS, tapi karena sistem pendidikan di Amerika, SD cuma sampai kelas 5, maka Kakak langsung "mendadak akselerasi", naik ke kelas 6 Middle School, alias SMP. Lha, rak iyo to.., ra perlu ngomel nganti methentheng..manusia berusaha, Tuhan pula yang kasih keputusan..

Sing penting, sakmadyo, wajar..jujur, berusaha, ndonga, aja seneng "bikin kalah" orang lain dengan cara yang tidak baik...Wes ah, tak ra nesu-nesu.., mbokan ana sing gilapen..Kurang lebihnya mohon kritik dan saran, karena cerita di atas, murni..murni, pandangan saya secara pribadi...

North Carlin SpringArlington, Virginia
Dian Di sini jam 4.37 subuh, kancilen gak iso turu..
Tanggal 22 November 2009
Masih sisa-sisa Fall..

No comments:

 
Site Meter